Serafina

By NinsJo

4M 412K 22.7K

Dada Sera berdenyut nyeri, seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Pria yang ia cintai selama ini, bertin... More

Blurb
Chapter 1 : Tradimento
Chapter 2 : Accident
Chapter 3 : What happened?
Chapter 4 : Faint
Chapter 5 : Plan
Chapter 6 : Julia Act
Chapter 7 : Debate
Chapter 8 : Bloody
Chapter 9 : Zola and Julia
Chapter 10 : Peeved
Chapter 11 : Diarrhea
Chapter 12 : One room?
Chapter 13 : Absurd
Visual cast
Chapter 14 : Sera vs Julia
Chapter 15 : Geloso
Chapter 16 : Fail
Chapter 17 : Ti amo
Chapter 18 : Possessed by a spirit
Chapter 19 : Warn
Chapter 20 : Verbal attack
Chapter 21 : Pregnant?
Chapter 22 : Sly
Chapter 24 : Flashback
Chapter 25 : Same love
Chapter 26 : Caldo
Chapter 27 : Chit Chat
Chapter 28 : Parents in law
Chapter 29 : Jealous
Chapter 30 : Pillow talk
Chapter 31 : 2 months later
Chapter 32 : Pistachio Gelato
Chapter 33 : Hurt
Chapter 34 : Reason
Chapter 35 : Angry
Chapter 36 : Not good
Chapter 37 : Chaotic
Chapter 38 : Suspected
Chapter 39 : A mensa et thoro
Chapter 40 : Separately
Chapter 41 : Problem
Chapter 42 : Scandal
Chapter 43 : 24 weeks pregnant
Chapter 44 : Zola vs Raul
Chapter 45 : A little bit more
Chapter 46 : Distrust
Chapter 47 : Which is actually
Chapter 48 : Love or obsession?
Chapter 49 : Siate felici
Chapter 50 : Va bene
Chapter 51 : Incontra Lukas
Chapter 52 : Lionello
Chapter 53 : L'ultimo
Epilog

Chapter 23 : Non bene

70.6K 8.4K 702
By NinsJo

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😚 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

"Tidak di angkat." Dante berbicara pada Julia.

Matahari mulai meninggi, seharusnya mereka kembali ke Roma sejak dua jam yang lalu karena Zola memiliki jadwal yang padat hari ini.

Dante dan Julia berdiri didepan pintu kamar Zola, sudah mengetuk pintu kamar tersebut tapi tidak ada jawaban dari penghuni kamar.

"Apa kita minta pihak hotel agar mereka membuka kamar ini?" Ujar Dante.

"Tapi jika Signore marah karena sudah lancang bagaimana?" Gumam Dante kemudian.

Julia bergeming, berekspresi datar dengan rahang mengetat. Tidak menghiraukan kepanikan Dante. Semalam saat ia masuk ke dalam kamar ini, Zola tidak berada di dalam kamar. Tentu ia kebingungan dengan hal tersebut.

Julia sampai menunggu kedatangan Zola hingga menjelang pagi. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Rencana yang telah ia susun sedemikian rupa gagal dan hancur berantakan.

"Apa Zola memilih pergi ke club? Mencari wanita hiburan disana untuk menyalurkan hasrat?" Seru Julia dalam hati. Rasanya tidak mungkin jika Zola demikian.

Dante dan Julia menarik atensi, keduanya menoleh secara bersamaan ketika mendengar pintu kamar lain terbuka. Keduanya melihat Zola keluar dari kamar tersebut. Kamar itu tepat berada di samping kamar Zola.

Tentu Dante dan Julia kebingungan kenapa Zola keluar dari sana. Apalagi Zola bertelanjang dada, hanya mengenakan celana panjang. Dan, wajah Zola terlihat panik.

Julia mengamati dengan seksama begitu Zola tiba di dekatnya. Terlihat kacau dengan rambut acak-acakan. Tubuh pria ini penuh cakaran, bahkan masih terdapat darah mengering di dada dan bahu Zola.

"Signo...," Sapaan Dante terputus.

"Dante, ikut aku." Sela Zola dengan cepat.

Zola melirik Julia, "Kau tidak perlu ikut." Ia berkata dengan datar penuh penekanan.

Dante mengekori Zola ke kamar itu. Dante sendiri tidak tahu itu kamar siapa. Apa mungkin Zola pindah ke kamar tersebut karena kamar sebelumnya memiliki problem?

"Dante, kau panggilkan dokter." Ujar Zola begitu masuk ke dalam kamar.

Dante mengedarkan pandangan ke sekitar. Ada seseorang yang tidur di ranjang. Seseorang yang ia yakini adalah perempuan. Sedang tidur menyamping, membelakangi pintu masuk. Punggungnya terlihat polos karena hanya selimut yang menutupi tubuh perempuan itu.

Zola menghalangi pandangan Dante. "Telepon dokter sekarang." Ulang Zola. "Dokter wanita." Tambahnya.

"Si." Jawabnya sedikit tergagap. Dante lantas mencari kontak dokter yang ada di internet. Terlalu lama jika meminta tolong pihak hotel. Ia melakukan panggilan dan meminta dokter tersebut untuk kemari.

Dante melirik Zola yang sekarang berjalan ke ranjang, menaikkan selimut pada perempuan itu, kini punggung yang sebelumnya terekspos tidak terlihat lagi.

"Signore," Dante menjeda perkataan, menelan ludah dengan sudah payah. "Apa anda melakukan kesalahan?" Tanya Dante pada Zola.

Entah kenapa jantung Dante berdetak tidak stabil. Ia menduga jika Zola telah melakukan kesalahan. Penampilan Zola dan perempuan itu sudah menjelaskan jika mereka usai memadu kasih di kamar ini.

Zola duduk di sofa yang berada dikamar tersebut. Memberi isyarat dengan menggerakkan tangan agar Dante duduk.

Zola menyugar rambut ke belakang, "Dante, aku memperkosanya." Katanya dengan pelan, menunjukkan rasa bersalah yang begitu kental.

Julia tentu saja tidak mengindahkan perkataan Zola, ia mengekori mereka dan kebetulan pintu kamar tersebut tidak tertutup rapat.

Ia yakin jika pendengarannya tidak bermasalah. "Zola memperkosa?" Ulang Julia dalam hati.

Ada dirinya disini tapi Zola justru melampiaskan hasrat pada wanita lain. Julia mengepalkan kedua tangan ketika semalam ia mendengar suara-suara aneh. Ternyata itu adalah suara Zola dengan lawan tidurnya. Tentu Julia marah dengan kenyataan ini. Ia menjauh ketika Dante berjalan menuju pintu. Sepertinya keberadaannya diketahui.

Dante menutup pintu setelah diperintahkan oleh Zola. Ia kembali duduk di sofa, menatap Zola.

"Signore, ini kesalahan fatal." Dante bersuara seraya menatap wajah putus asa Zola. Jika hal ini sampai terendus media, tentu Zola berada dalam masalah besar. Zola sudah beristri tapi memperkosa wanita lain.

"Aku tidak bisa menahan diri." Zola menghela napas. Ia menyandarkan punggung, mendongakkan wajah ke atas.

"Lalu apa yang anda perintahkan pada saya, Signore?" Tanya Dante. Tentu sudah menjadi tugasnya untuk membantu Zola keluar dari masalah ini.

"Bantu aku memikirkan cara agar saat dia sadar nanti, dia tidak memarahiku atau membenciku." Sahut Zola, meminta asistennya untuk ikut berpikir.

Dante tetap berpikir walau perkataan Zola terdengar aneh. Daripada memikirkan dimarahi atau dibenci oleh perempuan itu, seharusnya Zola memikirkan cara agar perempuan itu bungkam, tidak melaporkan tindakan tidak bermoral Zola pada pihak berwajib bahkan hingga sampai media tahu.

"Bagaimana jika kita memberinya uang, Signore?" Dante menyampaikan pendapat.

"Bukan ide bagus." Sahut Zola dengan nada pelan tanpa menatap lawan bicaranya.

"Bagaimana dengan memberikan apartemen? Atau rumah? Mobil? Perhiasan? Semua yang sekiranya disukai oleh perempuan." Dante mengemukakan pendapatnya kembali.

"Dia sudah kaya! Untuk apa memberikan semua itu!" Kesal Zola yang tidak habis pikir dengan pemikiran Dante.

Dante menggaruk pelipisnya, "Anda belum mencoba menawarkannya, Signore."

"Sudah kubilang, dia sudah kaya." Ulang Zola. Sepertinya ia salah meminta pendapat Dante. Zola memejamkan mata seraya berpikir bagaimana keluar dari masalah ini.

Menurut Dante, jika perempuan diberikan semua yang ia sebutkan tentu saja akan silau. Memangnya sekaya apa hingga menolak semua itu, kecuali— "Maaf, Signore. Apa anda yang pertama untuknya?" Dante milih kata yang sopan. Tidak mungkin ia bertanya 'apa dia masih perawan'.

"Hmm. Dan aku justru menidurinya berkali-kali." Ia tidak perlu menutupi hal apapun dari Dante. Zola lantas membuka mata, menatap ke arah ranjang. Masih sama, belum sadarkan diri.

"Bagaimana jika perbuatan anda...," Dante menelan ludah dengan susah payah. "Bagaimana jika perbuatan anda membuatnya hamil, Signore?"

Dante sudah panas dingin saat ini. Sebenarnya jauh lebih baik jika sudah bersuami. Tapi, perempuan itu masih murni. Bagaimana jika menimbulkan trauma lalu tidak terima jika dinodai oleh Zola, pasti skandal ini akan dinaikkan ke permukaan. Apalagi Zola mengatakan jika perempuan ini kaya. Keluarganya jelas akan menuntut keadilan, tamat sudah riwayat atasannya.

Zola berekspresi penasaran, "Apa bisa langsung hamil?"

"Jika perempuan sedang dalam masa subur, proses pembuahan antara sel sperma dan sel telur dapat terjadi, Signore. Apalagi anda berkata telah melakukannya berkali-kali?"

Zola mengangguk-anggukkan kepala pertanda ia memahami perkataan Dante. "Yang penting saat sadar nanti dia tidak membenciku. Jika memang hamil, itu justru jauh lebih baik."

Dante memijat pelipis, "Maaf, itu akan menimbulkan masalah, Signore. Kenapa anda berkata jauh lebih baik jika hamil?"

"Masalah apa?" Sahut Zola menanggapi.

Dante terdiam sejenak. Kenapa Zola terlihat bodoh, jelas banyak masalah yang menanti. "Jabatan anda tidak aman, pernikahan anda akan bermasalah dan masih banyak lagi masalah yang akan datang, Signore."

Zola mengernyit mendengar perkataan Dante yang berlebihan, "Apa aku belum bilang padamu— jika dia Sera?" Ujarnya seraya menunjuk ke ranjang. Ia berkata demikian setelah mendapatkan kesimpulan, ternyata Dante mengira yang sedang tidak sadar disana bukanlah Sera.

Mata Dante membelalak disertai mulut setengah terbuka. "Sera? Ma'am? Istri anda?" Tanya Dante dengan menggebu.

Zola mengangguk lemah. Ia masih gusar jika Sera membencinya setelah kejadian semalam.

"Kenapa ma'am berada disini, Signore?" Tanya Dante kemudian.

"Aku juga tidak tau. Lebih baik kau telepon Bruno, mungkin Sera kemari mengajak Bruno." Zola memang senang dapat melampiaskan hasratnya pada Sera. Tapi semalam ia diluar kendali justru terkesan memaksakan kehendaknya pada Sera.

"Baik, saya akan meneleponnya nanti." Dante berdehem, "Kenapa anda menyebutnya memperkosa jika itu istri anda sendiri, Signore?" Kenyataan ini membuat Dante berlega hati.

"Karena Sera sempat menolakku." Zola mengubah ekspresinya menjadi serius ketika teringat suatu hal. "Dante, ada orang yang sengaja memberiku obat perangsang. Mungkin minumanku semalam sudah dicampur obat itu."

"Apa Julia pelakunya, Signore?" Dante berkata demikian karena Zola memberinya perintah agar mewaspadai Julia.

"Mungkin." Zola memang tidak mengetahui kebenarannya. Jika benar Julia, apa wanita itu memiliki niat buruk? Zola baru terpikirkan hal ini.

Bisa saja Julia berencana membuatnya ereksi dan dilingkupi hawa napsu— dengan begitu Julia akan datang, menggodanya dan ia melakukannya dengan Julia. Zola pikir Julia telah menyerah, ternyata wanita itu justru berani bertindak diluar batas. Tidak ada pemikiran lain yang terlintas. Zola memang hanya menerka-nerka dan perlu mendapatkan bukti konkret.

Tuhan berbaik hati padanya telah mendatangkan Sera diwaktu yang tepat. Seandainya, yang ia tiduri semalam adalah Julia, tentu akan menimbulkan masalah untuk hidupnya. Bukan hanya jabatan, justru ia lebih takut Sera meninggalkannya jika benar dirinya dan Julia melakukannya.

Setelah penyatuan jiwa dan raga mereka semalam, Zola semakin tergila-gila pada istrinya. Sekarang ia sangat takut jika Sera benar-benar marah dan membencinya.

"Mungkin itu dokter yang saya panggil." Dante lantas berjalan setelah bunyi ketukan pintu. Ia membukakan pintu, mempersilahkan dokter untuk masuk.

Zola ikut bangkit ketika dokter memeriksa Sera. Keresahan masih terlihat di wajah Zola. Begitu bangun, ia sudah berkali-kali mencoba membangunkan tapi Sera tidak bereaksi. Ia sudah sangat keterlaluan menggauli Sera berkali-kali, padahal Sera sudah sangat kelelahan. Ini karena efek obat perangsang sialan yang mengambil alih kewarasannya.

Tidak. Ini juga karena semua di diri Sera membuatnya candu, ingin selalu mengulanginya lagi dan lagi. Apalagi setelah mengetahui jika dirinya lah yang pertama memasuki Sera, kenyataan tersebut menimbulkan kebahagiaan tidak berperi bagi Zola.

***
T.B.C

🔥 Ada yang penasaran gak sama kilas balik Zola dan Sera...gimana mereka berakhir bobo bareng? 😂

🔥 Lanjut besok lagi yak, kalau udah rame tentunya 😚

Sekali lagi, jangan lupa vote dan komen. Makasih, sehat dan bahagia selalu untuk kalian.

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 289K 55
[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia sehar...
6.3M 613K 63
Seorang wanita dari masa depan tidak sengaja memasuki jiwa seorang Selir Agung. pada masa lalu. Diketahui sosok Selir Agung, adalah orang yang sangat...
2.3M 100K 46
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
14.3K 2.6K 52
[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katany...