Serafina

By NinsJo

3.7M 397K 22.5K

Dada Sera berdenyut nyeri, seakan tertimpa benda berat tak kasat mata. Pria yang ia cintai selama ini, bertin... More

Blurb
Chapter 1 : Tradimento
Chapter 2 : Accident
Chapter 3 : What happened?
Chapter 4 : Faint
Chapter 5 : Plan
Chapter 6 : Julia Act
Chapter 7 : Debate
Chapter 8 : Bloody
Chapter 9 : Zola and Julia
Chapter 10 : Peeved
Chapter 11 : Diarrhea
Chapter 12 : One room?
Chapter 13 : Absurd
Visual cast
Chapter 14 : Sera vs Julia
Chapter 16 : Fail
Chapter 17 : Ti amo
Chapter 18 : Possessed by a spirit
Chapter 19 : Warn
Chapter 20 : Verbal attack
Chapter 21 : Pregnant?
Chapter 22 : Sly
Chapter 23 : Non bene
Chapter 24 : Flashback
Chapter 25 : Same love
Chapter 26 : Caldo
Chapter 27 : Chit Chat
Chapter 28 : Parents in law
Chapter 29 : Jealous
Chapter 30 : Pillow talk
Chapter 31 : 2 months later
Chapter 32 : Pistachio Gelato
Chapter 33 : Hurt
Chapter 34 : Reason
Chapter 35 : Angry
Chapter 36 : Not good
Chapter 37 : Chaotic
Chapter 38 : Suspected
Chapter 39 : A mensa et thoro
Chapter 40 : Separately
Chapter 41 : Problem
Chapter 42 : Scandal
Chapter 43 : 24 weeks pregnant
Chapter 44 : Zola vs Raul
Chapter 45 : A little bit more
Chapter 46 : Distrust
Chapter 47 : Which is actually
Chapter 48 : Love or obsession?
Chapter 49 : Siate felici
Chapter 50 : Va bene
Chapter 51 : Incontra Lukas
Chapter 52 : Lionello
Chapter 53 : L'ultimo
Epilog

Chapter 15 : Geloso

69.5K 7.6K 294
By NinsJo

Jangan lupa vote 😚

Wajib ramein komen, kalau perlu setiap paragraf komen 😂 biar author semangat update chapter selanjutnya 🔥


Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

Di dalam tenda kamp, tidak menyediakan bangku, hanya beralas karpet membentang. Anak-anak disana bertepuk tangan, terkagum-kagum dengan gambar pemandangan yang Sera buat.

"Signora, ini indah sekali." Ujar salah satu anak dengan suara cemprengnya.

"Panggil, Ma'am saja." Sera mencubit pelan pipi bocah berambut keriting tersebut.

"Ma'am, terima kasih sudah memberi kami peralatan menggambar." Ujar anak lain.

Sera duduk bersila, membagi pandangan pada anak-anak yang sedang menatapnya. "Sama-sama. Ayo kalian mulai menggambar. Tidak harus sama dengan gambar ma'am, boleh pemandangan apa saja." Tutur Sera pada mereka.

Anak-anak dengan semangat mulai mempersiapkan buku gambar dan pewarna yang diberikan Sera pada mereka. Kapan lagi mereka mendapatkan crayon dengan berbagai ragam warna seperti ini. Orangtua mereka lebih memilih menggunakan uang untuk membeli makan dari pada membelikan mereka crayon seperti ini.

Sera berdiri, mengitari anak-anak disana— senyum tersungging dari bibirnya. Dengan menggambar, anak akan menggunakan daya imajinasinya untuk menciptakan suatu bentuk yang diinginkan. Mereka akan terus berpikir kreatif menciptakan berbagai macam gambar sesuai imajinasi. Kreativitas anak akan semakin terasah, itu alasan Sera memberikan mereka peralatan menggambar, agar mereka lebih semangat.

Berada dirumah membuat Sera gusar, perdebatannya dengan Julia cukup merusak suasana hati. Tentu Sera kemari tanpa meminta ijin Zola. Terserah jika pria itu mengomel. Ia membutuhkan pelampiaan untuk menjernihkan pikiran.

Apakah ia harus menuruti Lucia— yang memintanya untuk mencari tahu hubungan Zola dan Julia?

Sera teringat perkataan Zola, pria itu pernah berkata memiliki kekasih tapi tidak pernah mencintai. Jadi Julia memang mantan kekasih tapi Zola tidak pernah mencintai Julia? Bagaimana bisa?

Atau Zola berbohong demi menjaga perasaannya? Hal itu mungkin saja dilakukan Zola. Pria itu memang selalu bersikap baik, berusaha menjaga perasaannya, walau terkadang menjengkelkan karena selalu mengatainya manja dan cengeng.

Setelah mendapat kesempatan— mengulang waktu, tujuan utama Sera mengenyahkan perasaannya pada Zola, agar tidak terpuruk saat pengkhianatan itu tiba. Tidak ada salahnya mencari kebenaran atas masa lalu Zola dan Julia, Sera penasaran atas hubungan mereka dimasa lalu.

Seandainya Zola dan Julia memang benar saling mencintai, Sera akan menerima kenyataan tersebut, karena dirinya yang salah sudah mengganggu hubungan mereka. Cinta tidak bisa dipaksakan, Sera selalu menyerukan kalimat itu didalam hati.

"Ma'am, bagaimana gambarku?" Seorang anak menepuk-nepuk kaki Sera.

Sera menyudahi lamunan, tersenyum lalu melihat gambar yang disodorkan padanya. "Bagus." Sera mengacak pelan surai rambut anak lelaki yang memiliki lesung pipi tersebut.

Anak yang lain pun menunjukkan gambar mereka pada Sera. Melihat antusias dan keceriaan mereka, membuat mood Sera membaik.

Salah satu relawan lain yang berada disana mendekat pada Sera, berbisik mengucapkan sesuatu. Sera menoleh, mendapati Raul berada tidak jauh darinya— sedang tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

Sera lantas menghampiri Raul karena relawan tersebut mengambil alih tugasnya. Begitu Sera mendekat, Raul menggenggam tangan Sera— membawanya keluar tenda.

"Kedatanganmu karena aku disini?" Sera tersenyum tipis, mendudukkan diri dibangku yang berada dibawah pohon— tepat didepan kamp.

"Si." Raul duduk disebelah Sera, duduk menyerong untuk mengamati wajah Sera. "Bagaimana lukamu?"

"Sudah lebih baik." Sera menyentuh perban di pelipisnya.

Raul mengalihkan perhatian, ikut menatap anak-anak yang sekarang sedang bermain kejar-kejaran— Sera sedang mengamati mereka sembari tersenyum. "Sepertinya kau menyukai mereka?"

"Si, mereka terlihat polos dan ceria. Mereka belum mengenal masalah hidup, serta tidak merasakan betapa susahnya mengejar kebahagiaan." Sera tertawa kecil atas perkataan konyolnya

Sera menoleh, memusatkan perhatian ketika Raul memegang tangannya— menggenggamnya.

"Apa kau bahagia setelah menikah dengan pria itu?" Raul bertanya dengan serius.

"Tentu." Sera tersenyum seraya membuang muka untuk mengamati anak-anak kembali.

Memang pada awalnya Sera merasa bahagia bisa menikah dengan pria pujaan hatinya. Untuk saat ini tentu saja kebahagiaannya sudah menguap.

"Ya, kau memang harus bahagia karena kau sudah menolakku demi Zola." Balas Raul, menatap wajah Sera yang sedang tidak menatapnya.

"Ayolah, jangan membahas hal yang sudah berlalu." Sera menoleh pada Raul, tersenyum sedikit kaku.

Raul menghela napas, menyilangkan kaki— tangannya masih memegang tangan Sera. "Padahal aku mengenalmu lebih dulu daripada Zola."

Sera hanya membisu, Raul memang pria yang cukup gigih mengejar dirinya. Namun, ia menolak lamaran Raul dan memilih mengejar cintanya yaitu Zola.

"Kau tau Sera, aku serius dengan perasaanku padamu." Raul kembali bersuara.

"Raul—" Sera berkata pelan dan sedikit menekan, tidak nyaman dengan pembahasan ini.

"Perasaanku padamu masih sama, Sera. Jika Zola menyakitimu, aku siap menjadi penyembuh kesakitanmu. Jika Zola tidak bisa membahagiakanmu, datanglah padaku— dengan sukarela aku akan membahagiakanmu." Tutur Raul kemudian, berwajah serius ketika berucap.

"Seandainya kita berjodoh— tentu Tuhan akan menakdirkan kita, Raul."

"Dan Tuhan juga akan menghadirkan rasa cinta dariku untukmu." Tambah Sera dalam hati.

Yang dikatakan Sera benar bukan? Seandainya saja ia dan Raul berjodoh, tentu saja ia tidak dapat menolak takdir. Karena hidup, rejeki dan jodoh merupakan takdir Tuhan.

"Ya, sepertinya aku harus rajin berdoa pada Tuhan." Raul tidak peduli jika perkataannya seperti memaksa. Seakan-akan justru mengharapkan kehancuran pernikahan Sera dan Zola.

Sera hanya tersenyum samar, tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Sera menarik tangan yang digenggam Raul ketika Bruno— pengawalnya mendekat. Sera bangkit karena Bruno seolah ingin berkata sesuatu.

"Kenapa?" Selidik Sera begitu tiba didekat Bruno. Wajah Bruno sedikit aneh, seperti sedang cemas atau— entahlah.

"Ma'am, ada mobil Signore." Kata Bruno pada Sera. Tentu ia gelisah, Sera menyuruhnya bungkam untuk tidak melaporkan kepergian Sera ke kamp pada Zola.

Sera memiringkan kepala, menatap mobil Zola yang sebelumnya tertutup badan kekar Bruno. Sekilas ia melihat wajah Zola sebelum pria itu menutup kaca mobil. Sekarang mobil Zola sudah melaju, meninggalkan tempat ini.

"Sejak kapan Zola disini?" Tanya Sera pada Bruno.

Sera memang tidak seharusnya bertindak sesuatu yang akan menggiring opini negatif dari masyarakat. Tapi dalam hal ini, Bruno selalu mengantisipasinya— tidak akan membiarkan wartawan atau orang lain mengambil fotonya secara diam-diam.

Bruno justru lengah, tidak memberitahu keberadaan Zola. Pria itu akan mengomelinya, bukan karena cemburu tapi karena tidak suka dirinya berinteraksi dengan pihak oposisi.

"Sepertinya sudah cukup lama, Ma'am." Jawab Bruno.

"Kenapa tidak yakin?" Tanya Sera kemudian.

"Karena saya baru mengingat, itu adalah kendaraan Signore, Ma'am." Jujur Bruno.

Sera berdecak, "Kau lapar ya?" Pasti otak lemot Bruno sedang kambuh. Pengawalnya memang begini— sering lemot jika perutnya merasa lapar.

"Maaf, Ma'am." Bruno memang merasa lapar saat ini, perut kosong sama dengan otak kosong— begitulah Bruno.

Sedangkan Zola sendiri, ia tidak sengaja melewati tempat ini— setelah kunjungannya ke wilayah yang berjarak tidak jauh dari sini. Melihat kendaraan Sera, tentu ia tertarik untuk menyuruh sopir menghentikan laju mobil.

Netranya justru menangkap hal menarik, ia melihat Sera dan Raul bermesraan— Raul yang memegang tangan Sera dan Sera yang menyambut baik hal tersebut, terbukti Sera tidak menghindari sentuhan Raul.

Zola dilingkupi perasaan asing setelah mendapati kenyataan barusan. Tentu tidak suka karena Sera berinteraksi dengan saingannya— pihak oposisi. Tapi, ada emosi negatif lain yang lebih mendominasi. Rasa ini, Zola baru sekali ini merasakannya, yaitu rasa cemburu.

Julia yang berada didepan, menoleh ke arah luar— wajahnya cukup berbinar sekarang. Dengan perbuatan Sera yang berinteraksi bahkan bermesraan dengan pihak oposisi, Julia yakin akan menimbulkan kebencian dan kemarahan pada Zola.

Setelah ini, Julia berharap— Zola tidak lagi bersikap baik pada wanita manja itu. Ia bisa memanfaatkan situasi ini untuk mengambil hati Zola— pria idealis yang menjunjung tinggi makna pernikahan.

Julia semakin bersemangat untuk menakhlukkan keangkuhan Zola, ia harus bisa masuk kedalam hati dan pikiran Zola. Bagaimanapun caranya.

***
T.B.C

🔥 Mulai panas yah guys 😅 Pasti banyak yang nyukurin si Zola...hayo ngaku?? Atau justru gemes pengen jitak si Sera...mau-maunya dipegang ma Raul?

Cemburu dalam hubungan percintaan berarti..emosi yang merujuk pada pikiran negatif, seperti takut, dan khawatir kehilangan seseorang yang disayang atau cinta. Harus cemburu dulu baru menyadari perasaan, banyak kan yang kaya gini?? 😂

🔥 Upload satu chapter dulu yak. Authornya pengen ngumpulin vote dan komen dulu 😂 kalau pengen segera up chap berikutnya, yang rajin komen hehe... maap maksa 🤧

🔥 Anw, makasih yang selalu mengikuti cerita "Serafina" Semoga sehat dan bahagia selalu untuk kalian 😉

Continue Reading

You'll Also Like

720K 68.6K 76
Gene & Vincent (Series) - #Seri 1 Geneviève Lorraine Ross Gadis tomboy yang juga merupakan seorang peretas handal, bersedia melakukan apapun untuk No...
12.8K 887 55
Shierra kembali setelah 10 tahun, ia meninggalkan rumah yang dahulu ibunya bekerja disana, sampai dia punya sahabat Laki-laki. Namun Shierra sadar 10...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
5.9M 596K 63
Seorang wanita dari masa depan tidak sengaja memasuki jiwa seorang Selir Agung. pada masa lalu. Diketahui sosok Selir Agung, adalah orang yang sangat...