Isolated

By 5izask

31.8K 8.6K 568

Karyawisata yang seharusnya menyenangkan menjadi malapetaka yang mengakibatkan 20 pelajar SMA di bawah umur m... More

Prolog
Chapter 1 - Kecelakaan Kapal
Chapter 2 - Lautan Tanpa Matahari
Chapter 3 - Pulau dengan Penduduk Bermata Cerah
Chapter 4 - Selamat Datang di Pulau yang Terisolasi
Chapter 5 - Cara Keluar
Chapter 6 - Buku Pengetahuan
Chapter 7 - Anakonda
Chapter 8 - Hutan yang Sunyi
Chapter 9 - Imajinasi
Chapter 10 - Ancaman di Rawa-Rawa
Chapter 11 - Kalajengking Raksasa
Chapter 12 - Perlawanan
Chapter 13 - Seseorang di Dalam Kegelapan
Special Chapter - Pembagian Kelompok
Chapter 14 - Persiapan
Chapter 15 - Penunggu Hutan Utara
Chapter 16 - Pengendali Reptil
Chapter 17 - Racun, Penawar, dan Pelindung
Chapter 18 - Istirahat
Chapter 19 - Pesta
Chapter 20 - Nama yang Ada di Pojok Kamar
Chapter 21 - Cave dan Ran
Chapter 22 - Kegelapan di Dalam Gua
Chapter 23 - Dandelion
Chapter 24 - Bagian Barat
Chapter 25 - Oasis
Chapter 26 - Tahun Baru
Chapter 27 - Bab Terakhir
Chapter 28 - Badai Salju
Chapter 29 - Terpisah
Chapter 30 - Pembunuh
Chapter 31 - Duri yang Diwariskan
Chapter 32 - Kembali ke Timur
Chapter 33 - Duri Beracun
Chapter 34 - Wilayah Tak Terjamah
Chapter 35 - Perintah Terakhir
Chapter 36 - Pengkhianat
Chapter 37 - Hypn Si Gila
Chapter 38 - Lomba Lari
Chapter 39 - Pertumpahan Darah
Chapter 40 - Good Night
Epilog
Extra Chapter - 1 : Evelyn's Diary
Ability Tier List
Di Balik Isolated
Sneak Peek: Escaped
PENGUMUMAN!
PENGUMUMAN: ECHOES

Extra Chapter - 2 : Cal

566 149 22
By 5izask

NOTE: Extra chapter dengan jumlah 2400+ kata ini berisi jawaban mengenai pertanyaan "Kenapa Eve tidak mati?" di Chapter 34 - Wilayah Tak Terjamah menggunakan sudut pandang seekor kucing yang Eve namai "Cal". Akan ada scene yang mungkin sangat menjijikkan bagi sebagian pembaca. Pembaca harap menyikapinya dengan bijak

¤¤¤

Langit mulai berubah warna dari biru menjadi jingga kemerahan. Ini waktu yang pas untuk bermain. Aku berlarian dari dalam hutan ke ujung pantai, lalu kembali lagi ke dalam hutan sambil menakut-nakuti hewan lain.

Tapi nampaknya hari ini ada yang berbeda.

Aku pun berlari pergi ke tebing jurang yang membatasi wilayah ini dengan wilayah kediaman manusia. Sesuai dugaanku, para manusia itu melakukan upacara penumbalan lagi. Mereka menumbalkan wanita dari keluarga yang mereka anggap "sakti".

Sang monster yang tubuhnya lebih besar dari tubuh beruang di hutan utara sudah siap menanti makanan spesialnya. Dia lebih agresif dibanding dengan hari-hari lain. Wanita "sakti" adalah menu spesialnya, yang tidak bisa ia dapatkan setiap hari.

Aku mendongak ke atas. Seorang wanita sudah siap terjun ke wilayah ini. Di sekitarnya ada para manusia lain yang menemani wanita itu untuk terakhir kalinya. Tapi nampaknya para manusia itu lebih sibuk mengurus hal lain.

Ada dua anak laki-laki yang sangat ribut di atas sana. Mereka berteriak-teriak dan menangis, sepertinya memanggil wanita "sakti" itu. Nampaknya mereka berdua tidak terima ada penumbalan.

Sambil menunggu proses penumbalan dimulai, aku menjilati tubuhku. Hmm, seperti biasa bulu belang tigaku sangat mulus dan lembut.

Akhirnya suara dua anak laki-laki yang ribut tadi menghilang. Aku mendongak penasaran dengan apa yang terjadi pada mereka. Kedua anak itu dibuat pingsan, lalu dibawa pergi oleh beberapa manusia.

Penumbalan dimulai. Wanita "sakti" itu sudah didorong jatuh. Para manusia yang mendorongnya segera menjauh dari tebing jurang, kembali ke wilayah mereka. Sang monster, langsung menyambut wanita itu.

Berbeda dari wanita-wanita sebelumnya, wanita itu sepertinya sangat tidak ingin mati. Dia berusaha melawan sang monster. Ini pertunjukan yang menarik.

Wanita itu berkali-kali mendekat sambil menghindar, menyentuh tubuh sang monster. Dari yang kulihat selama ini, semua wanita "sakti" memiliki kekuatan untuk membunuh makhluk hidup dengan sentuhan mereka. Tapi sampai saat ini tidak ada wanita yang berhasil membunuh sang monster.

Pertunjukan ini sangat lama, tapi aku tidak bosan karena baru pertama kali ini aku melihat ada wanita "sakti" yang sangat bertekad untuk hidup. Padahal, wanita itu sudah terluka parah dan tangan kanannya sudah putus.

Di ujung pertarungan, wanita itu menyentuh sang monster untuk terakhir kalinya. Aku memandang kagum pertarungan itu. Tapi malang sekali, setelah menyentuh sang monster, wanita itu terkulai jatuh. Aku tidak lagi mendengar suara detak jantung dan napas dari tubuh wanita itu. Dia mati kelelahan dan terluka parah.

Sang monster yang masih hidup menusukkan cakarnya ke perut wanita itu. Dia mulai menguliti tubuh wanita itu lalu memakan kulitnya. Kemudian, sang monster memakan otot wanita itu beserta organnya. Dia memakan semua bagian itu satu per satu. Sang monster nampak menikmatinya.

Selesai memakan semua bagian tubuh wanita itu tanpa sisa, sang monster mengulum tulang wanita itu hingga penuh dengan air liurnya. Setelah puas mengisap seluruh darah yang ada di sumsum tulang manusia, sang monster membuang tulangnya ke "tempat sampah", tepat di bawah tebing jurang.

Aku jadi penasaran rasa daging manusia. Tapi, sepertinya lebih enak ikan sungai.

¤¤¤

Entah sudah berapa lama sejak pertarungan seru itu, aku kembali ke keseharianku yang membosankan. Kuharap ada lagi pertarungan seperti itu.

Suatu hari tanah tiba-tiba bergetar hebat. Aku kaget dan segera mencari sumbernya setelah getarannya berhenti. Aku mendapati pintu berat bangunan tinggi di pantai terbuka, padahal sebelumnya tertutup. Apa ada yang membukanya?

Hah, tidak peduli. Tidak ada hubungannya denganku. Lebih baik aku makan dan tidur.

Aku menguap lebar-lebar. Ikan sungai benar-benar enak hingga membuatku ngantuk kekenyangan. Aku lalu duduk di bawah pohon, menjilati kaki dan tubuh serta pantatku.

Beberapa waktu kemudian terdengar suara ribut dari arah tebing jurang, membuatku terbangun dari tidur siang. Apakah ada penumbalan lagi? Tapi biasanya dilaksanakan pada waktu senja.

Karena penasaran, aku pun pergi ke tebing jurang itu. Di sana, aku melihat sang monster sedang bertarung dengan seorang anak laki-laki.

Hei, itu salah satu anak laki-laki sebelumnya yang sangat ribut!

Ini semakin menarik. Aku belum pernah melihat ada manusia laki-laki turun ke sini. Anak laki-laki itu sudah besar, lebih tinggi daripada wanita "sakti" sebelumnya. Dia melawan sang monster dengan cara menyentuh tubuhnya, sama seperti wanita "sakti" sebelumnya. Sepertinya mereka berdua ada hubungan darah. Kulihat rambut mereka juga sama, hitam dengan sedikit uban putih aneh.

Wow! Anak laki-laki itu sangat gesit! Sekujur tubuhnya menerima banyak luka-walaupun tidak terlalu parah-tetapi dia masih bisa bergerak cepat. Dia seolah tidak merasakan sakit.

Anak laki-laki itu kemudian menaiki tubuh sang monster. Aku semakin antusias menyaksikan pertarungan ini. Keagresifan sang monster berkurang. Apakah sang monster akan kalah?

Beberapa saat kemudian, sang monster jatuh berdebum di atas tanah. Kudengar, detak jantung dari sang monster itu sudah tidak ada lagi.

Wow! Hebat sekali! Manusia ini mengalahkan sang monster yang tak terkalahkan!

Aku berjalan menghampiri tubuh anak laki-laki itu yang kehilangan kesadaran bersamaan dengan matinya sang monster. Anak itu, dia mulai sekarat. Jantungnya berdetak lemah.

Aku terus menunggu hingga jantung anak laki-laki itu berhenti. Entah berapa lama aku menunggu, empat musim sudah berlalu beberapa kali. Siang dan malam juga telah berganti dua kali. Aku terus menunggunya.

Lalu, telingaku tidak lagi mendengar suara detakan dan napas dari dalam dadanya di hari ketiga dia terbaring. Tapi anak ini sedikit aneh. Aku merasakan ada energi kehidupan yang melimpah di dalam tubuhnya, tetapi dia tetap saja mati.

Aku mengeong senang. Tidak sia-sia aku menunggu selama tiga hari. Aku lalu menaiki dadanya dan duduk di atasnya. Aku mulai memijat dadanya dengan kakiku, sambil sesekali menjilati wajahnya. Kuberikan satu nyawaku untuk anak ini.

Tidak lama kemudian, luka-luka di tubuhnya mulai menutup dan tulang-tulang yang patah kembali tersambung. Terakhir, jantungnya kembali berdetak dan anak ini kembali bernapas.

"Meow!"

Akhirnya! Akhirnya! Akhirnya aku bisa menggunakan kekuatan sembilan nyawaku!

Aku senang sekali! Ini pertama kalinya aku memberikan nyawaku kepada manusia! Akhirnya sembilan nyawaku tidaklah sia-sia! Dengan ini, nyawaku tinggal delapan.

Tiba-tiba anak laki-laki itu terbangun. Aku pun turun dari dadanya. Tapi dia sepertinya tidak begitu peduli dengan kehadiranku. Walaupun begitu, dia merasa aneh karena luka-luka di tubuhnya menghilang.

Anak laki-laki itu lalu menyeret mayat sang monster ke arah pantai. Aku mengikutinya.

Dia lalu pergi ke bangunan tinggi yang ada di pantai. Dia membawa mayat sang monster ke dalam. Setelah meletakkan mayat sang monster, anak laki-laki itu ke luar dan pergi mengambil besi yang sangat panjang seperti tali dari kapal kecil. Aku baru melihat kapal kecil itu hari ini. Apa anak laki-laki itu datang menggunakan kapal kecil itu ke wilayah ini?

Kuikuti anak itu ke dalam bangunan. Dia mengikat tubuh sang monster ke tiang tangga bangunan menggunakan besi panjangnya. Setelah selesai, dia mengusirku ke luar dan menutup pintu berat itu dari dalam dengan kedua tangannya. Sepertinya anak laki-laki itu ingin pergi ke dunia lain yang disebut Bumi.

¤¤¤

Aku kembali ke keseharianku yang dulu. Kali ini sangat lama dan membosankan. Takkan ada lagi pertarungan antara manusia melawan sang monster. Aku jadi bosan hidup dengan sembilan nyawa-yang sekarang sudah tersisa delapan.

Namun suatu hari aku mendengar deritan pintu bangunan tinggi terbuka, hingga tanah bergetar karena beratnya, sama seperti sebelumnya. Sepertinya ada lagi manusia yang membukanya.

Pagi hari, tiba-tiba aku mendengar ada sesuatu jatuh dari arah tebing jurang. Aku pun langsung beranjak bangun dan pergi menghampiri sumber suara.

Aku menemukan seorang gadis yang terjatuh dari atas jurang. Beberapa tulang tubuhnya patah, dan aku juga mendengar ada suara darah mengalir deras tak beraturan dari dalam tubuhnya, mungkin pembuluh darahnya pecah. Tengkorak kepalanya retak. Tidak terdengar suara detak jantung dari tubuhnya. Tapi anehnya, aku masih merasakan adanya energi kehidupan dari dalam tubuhnya, sama seperti anak laki-laki yang dulu.

"Meow!"

Akhirnya! Akhirnya setelah sekian lama aku dapat kembali menggunakan kekuatanku!

Aku pun naik dan duduk ke atas dadanya. Aku mulai memijat dadanya dan menjilati wajahnya. Tulang-tulang tubuhnya yang patah menyatu kembali. Retakan di tengkoraknya kembali mulus. Lubang di pembuluh darahnya menutup. Jantungnya berdetak kembali dan gadis itu kembali bernapas.

Sekarang nyawaku tinggal tujuh. Aku tetap duduk di atas dada gadis itu, menunggu dia sadar. Penampilan gadis itu cukup unik dan kurasa dia mirip dengan anak laki-laki sebelumnya. Rambut hitamnya memiliki uban aneh juga. Bahkan, alis sebelah kirinya berwarna putih.

Musim dingin tiba. Tidak sekuat anak laki-laki yang dulu bisa bertahan selama tiga hari, gadis itu mati kedinginan karena tertimbun salju. Aku kembali memberikannya nyawa ketika musim semi mulai datang.

Beberapa waktu kemudian, musim dingin yang selanjutnya datang lagi dan gadis ini belum juga sadar. Dia mati kedinginan lagi. Aku pun memberikannya satu nyawa lagi. Sekarang nyawaku tinggal lima.

Tiba-tiba aku mendengar suara napasnya lebih cepat dari sebelumnya. Detak jantungnya juga meningkat. Kesadaran gadis ini mulai kembali, tapi dia belum membuka matanya. Aku pun mengeong, memanggilnya agar dia bangun.

Tapi, dia tidak bangun juga. Aku pun mencakar wajahnya. Gadis itu langsung membuka mata dan terduduk, membuatku melompat kaget. Kubiarkan gadis itu bertanya-tanya kenapa dia masih hidup dan memeriksa tubuhnya. Dia lalu kaget karena sadar sedang duduk di atas tumpukan tulang belulang wanita-wanita "sakti".

"Hei, kenapa aku masih hidup, ya? Apa kau tau?"

"Meow."

Tentu saja tau! Aku yang memberikanmu nyawa, lho!

Gadis itu lalu memandangiku dengan tatapan berbinar yang aneh. Cih, menjijikkan.

Gadis itu lalu berdiri perlahan dan memeriksa pakaiannya. Dia kebingungan dengan lelehan salju. Apa dia baru pernah melihat salju?

Dia lalu berjalan menyusuri hutan. Aku mengikutinya. Dia terus-terusan memegangi besi tajam di tangannya, mewaspadai sesuatu. Hei, hei, wilayah ini aman, lho. Sang monster sudah mati.

Tiba-tiba perut gadis itu keroncongan.

"Cal, apa kau tau sesuatu yang bisa dimakan di sini?" tanya gadis itu padaku.

"Meow."

Akan kutunjukkan betapa enaknya ikan sungai di sini!

Eh tunggu, barusan dia memanggilku "Cal"? Nama yang jelek!

Aku berjalan dengan cepat menuju sungai. Gadis itu mengikutiku. Sampai di sana, aku minum karena hari mulai panas.

"Oh benar juga. Mungkin aku bisa menangkap ikan," celoteh gadis itu. Haha, kau akan tau betapa enaknya rasa ikan di sungai ini!

Aku memilih bermain sambil menunggu gadis itu menangkap ikan. Karena aku sudah berjasa menyelamatkannya, dia pasti juga menangkapkan ikan untukku. Pasti ikan yang besar. Aku sudah tidak sabar.

Musim panas datang, gadis itu belum juga berhasil menangkap ikan. Dasar payah, padahal tubuhnya lebih besar daripada ikan. Aku pun tiduran sambil terus menunggunya berhasil menangkap ikan.

Kemudian, gadis itu berhasil menangkap seekor ikan. Dia kemudian membersihkan ikan itu dan membakarnya dengan api. Untuk apa dibersihkan dan dibakar? Padahal bisa langsung dimakan.

Gadis itu lalu memakannya dengan lahap. Dia nampak kelaparan. Sekarang dia tau bagaimana rasanya ikan sungai. Hmph, pasti dia belum pernah makan ikan sebelumnya.

Selesai makan, dia lalu memberikan kepala ikan padaku. Tunggu, kenapa cuma kepala!? Apalagi, ini bekas dibakar! Sial, padahal aku sudah memberimu nyawa tiga kali! Seharusnya kau memberiku banyak ikan!

Tapi aku penasaran juga. Kucium kepala ikan itu, baunya enak. Aku pun menjilatnya, mencoba rasanya.

Wah!? Rasa apa ini!? Ini enak sekali! Kenapa bisa enak setelah dibakar!? Terima kasih, manusia. Kalian memang cerdas dalam membuat makanan!

Gadis itu lalu pergi, kembali menyusuri hutan. Aku menyusulnya setelah menghabiskan kepala ikan.

Namun, gadis itu berjalan lambat sekali. Dia sesekali berhenti dan merintih kesakitan memegangi kepalanya. Hmph, dasar payah. Manusia memang lemah.

Musim dingin datang. Gadis itu nampak kedinginan. Kalau dibiarkan, dia pasti mati kedinginan lagi. Aku pun berlari menuntunnya ke dalam gua. Dia mengikutiku.

Di dalam gua, gadis itu memasang kain tebal ke tubuhnya dan memeluk gumpalan kain yang sedari tadi dibawanya. Aku naik ke pangkuannya, menumpang tidur.

Hmph, kau pasti berhutang padaku, kan? Aku sudah memberimu nyawa tiga kali, menuntunmu ke sungai untuk menangkap ikan enak, dan menuntunmu ke gua ini agar kau tidak mati lagi. Kau harus memberiku ikan yang besar!

"Kira-kira ... apa yang sedang dilakukan teman-teman sekarang, ya?" gumam gadis itu. Ckckck, manusia memang aneh. Kadang mereka lebih memedulikan manusia lain daripada diri sendiri.

Beberapa waktu kemudian, musim dingin berakhir dan musim semi datang. Gadis itu pun keluar dari gua. Aku mengikutinya.

Gadis itu terkagum-kagum dengan padang bunga. Nampaknya dia belum pernah melihat bunga. Haha, dia rugi sekali.

Akan kutunjukkan kau sesuatu yang menakutkan!

"Meow."

Aku memanggil gadis itu lalu menuntunnya ke pantai. Dia pasti akan tertarik dengan bangunan tinggi di sana. Benar saja, dia melangkah masuk ke sana begitu sampai di pantai.

Jantung gadis itu berdetak cepat seiring dengan langkahnya menuju pintu masuk bangunan tinggi itu. Astaga, dia belum melihat sang monster di dalam bangunan itu dan dia sudah ketakutan? Gadis ini memang payah!

"Jangan takut, bodoh!" seru gadis itu sambil memukul kedua pahanya. Ckckck, aku tidak pernah paham dengan kelakuan manusia.

Saat masuk ke dalam bangunan, gadis itu jatuh terduduk karena kaget dengan bangkai sang monster. Sang monster kini sudah tinggal tulang belulang.

Gadis itu lalu berdiri dan menaiki bangunan ke lantai teratas. Aku terus mengikutinya karena penasaran. Dia sangat kelelahan menaiki tangga. Sekali lagi, gadis ini sangat payah!

Sesampainya di atas dan beristirahat sebentar, gadis itu mengutak-atik benda-benda aneh yang ada. Aku memerhatikannya sambil menjilati tubuhku.

Gadis itu terus mengutak-atik benda-benda aneh di hadapannya sampai menyala. Dia lalu membuka sesuatu. Sesuatu itu menampilkan seorang anak laki-laki yang dulu sudah lama sekali mengalahkan sang monster. Wow, alat yang dibuat manusia memang canggih.

Karena penasaran, aku melompat ke atas untuk melihat lebih dekat benda itu. Tapi sepertinya kakiku menyentuh sesuatu yang membuat gadis itu sedikit panik.

Gadis itu lalu bergegas turun dan pergi entah ke mana. Hmm, manusia memang sulit dimengerti.

¤¤¤

Tengah malam, aku kaget ada banyak manusia turun ke wilayah ini. Mereka bergerombol masuk ke dalam bangunan tinggi itu. Aku penasaran dan mengikuti mereka.

Ada dua pria dewasa di antara mereka semua. Itu dua anak laki-laki yang dulu sangat ribut! Ternyata mereka sudah sedewasa itu. Salah satu dari dua anak laki-laki itu mengendong gadis yang tadi siang merepotkanku beberapa kali. Gadis itu berlumuran darah, tapi dia masih hidup. Entah apa yang terjadi padanya, aku tidak peduli.

Manusia-manusia itu naik ke lantai atas bangunan. Apa mereka mau pergi ke Bumi? Banyak sekali. Di atas sana pasti jadi sesak. Aku tidak mau mengikuti mereka. Lebih baik aku tidur di lantai bawah.

Beberapa saat kemudian setelah mereka sampai ke atas, satu manusia meluncur jatuh menghantam lantai bangunan dengan keras. Darahnya terciprat ke tubuhku yang cantik ini.

Aku bangun dari tidur dan menghampiri tubuh manusia itu. Dia anak laki-laki yang mengalahkan sang monster. Tubuhnya penuh darah karena jatuh dengan keras. Tulang lehernya patah, tengkoraknya pecah. Dia mati.

Malang sekali. Hmph, tapi dia masih bisa kuberikan nyawa.

Aku menaiki dadanya lalu memijat dada dan menjilati wajahnya. Perlahan tulang lehernya tersambung kembali, tengkoraknya kembali mulus, dan seluruh lukanya sembuh.

Anak laki-laki itu terbangun lalu menatapku lama.

"Kau ... menghidupkanku kembali?"

"Meow."

Dengan ini, nyawaku tinggal empat.

¤¤¤

*

27 Februari 2022
Izask

Continue Reading

You'll Also Like

590K 36.6K 47
Pengenalan Tokoh . Kiana : wanita yang mengaku bisa melihat hantu, sejak kematian kekasihnya. Orangtua dan kakaknya tidak bosan2 mengajaknya ke psiki...
33.7K 5.7K 19
[SUDAH TERBIT] [SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Alexa tidak pernah menyangka setelah kehilangan Ibunya, satu-satunya kelua...
8.8M 58.5K 9
#1 In Teen Fiction (22/01/2017) "Kenapa ya dari sekian banyak cewek di sekolah kita, harus banget yang gue tabrak itu si siapa tuh namanya?" Kavi mem...
11.4K 2.7K 115
~ Part Lengkap Sebuah Dimensi yang berisi kehidupan para makhluk mitologi sedang berada di dalam ancaman perang besar. Sosok yang selama berabad-ab...