Jika saja waktu itu aku tahu jika malam itu adalah malam terakhir ku memilikimu, mungkin aku tidak akan pernah pergi dari sisimu.
Selamat membaca
______
Hembusan angin malam menerbangkan beberapa helai rambut Maya, ia tersenyum begitu cantik, rembulan bersinar cerah menerangi gelapnya bumi.
Leo sendari tadi tak henti tersenyum dan menatap wajah Maya, sungguh ia sangat beruntung memiliki kekasih cantik nan baik seperti Maya.
"Wow pemandangannya sangat indah dari sini" Devin bersorak heboh setelah sampai di rooftop.
"Hai kecilkan suara mu!" Cletuk Maya yang terganggu.
"Oh maaf, aku sangat sengat terpukau akan ke indah kota dari atas" Devin mendekat pada pembatas rooftop dan sedikit menduk ia langsung mundur beberapa langkah.
"Kenapa?" Leo menyerit bingung melihat Devin yang wajahnya sekarang sudah pucat.
"Kalo takut ketinggian gausah sok deh" ucap Maya dengan nada sedikit mengejek sahabat kekasihnya itu.
Leo yang mengerti langsung tertawa karena memang benar Devin itu takut ketinggian, Sedangkan yang di tertawakan menatap mereka dengan tatapan horor andalannya.
"Jantung ku rasanya mulai tidak normal" ucap Devin sembari memegangi dada bagian kirinya.
"Dev, ngapain di situ sini" Maya menyuruh Devin untuk ikut bergabung duduk di atas karpet.
"Malam yang begitu indah" ucap Leo sembari menyelip kan bunga di telinga Maya.
"Aduh dunia serasa milik berdua" cletuk Devin sembari duduk di samping Maya.
"Iya yang lain nebeng" sahut Maya sembari melirik Devin.
Tak berselang lama ponsel Devin bergetar dan ia langsung mengambil ponselnya yang ia letakkan di saku hoodienya.
"Hallo?"
"..........."
"Iya pa devin baik-baik saja"
"..........."
"Iya papa, devin pulang sekarang"
"..........."
"Iya waalaikumsalam"
Devin mengembalikan ponselnya ke tempat semula dan ia menoleh melihat sahabatnya yang masih bercumbu mesra ia tersenyum ketika melihat Maya tersenyum, ia suka senyuman Maya entahlah senyuman gadis itu selalu berhasil membuatnya lupa akan rasa lelahnya.
"Duluan ya" Devin berdiri dan pamit kepada Leo dan Maya.
"Lah ini masih jam tujuh lewat dua belas menit vin" Leo berkata sembari mendongak menatap sahabatnya yang sudah siap untuk pergi.
"Udah di cariin bokap" Devin sedekit cengengesan dan mulai berlalu meninggalkan rooftop.
"Cieilah, kek anak kecik" Maya berkata dengan nada mengejek.
"Tu tandanya orangnya sayang" sahut Devin yang mulai menjauh.
Suasana kembali hening hanya terdengan deru nafas mereka Maya menatap Leo yang sendari tadi tak henti menatapnya, apakah leo tidak bosan?.
Tentu saja tidak karena Maya begitu mempesona, Leo gemas sendiri dan langsung mengecup pipi Maya, sang oknum pun hanya diam dan mematung bahkan sekarang pipinya terasa panas.
Leo kembali mencupit pipi Maya dengan gemas, Maya dua kali lebih menggemaskan saat pipinya mulai merona.
"hai, ya! Apa yang kalian lakukan?" suara tersebut berhasil mengalihkan perhatian mereka berdua.
Mereka menoleh dan melihat Harkan dan Nada yang baru saja datang membawa kantong plastik.
"di mana Devin?" tanya Nada yang tidak melihat tanda-tanda adanya seorang Devinan Rakenza.
"dia sudah pulang" sahut Maya dan di angguki oleh Leo.
"ah begitu, em kalo gitu ni minumannya, kita juga ada acara keluarga hari ini" ucap Harkan sembari memberikan kantong plastik berisi makanan dan minuman.
"ya! Kenapa kalian begitu?" tanya Maya yang bingung padahal mereka sudah berjanji akan menghabiskan malam di sini.
"may, kita hanya menuruti permintaan orang tua kita, jadi lain kali saja ya" ucap Nada yang tak enak.
"ya sudah kalo begitu" Leo pun ikut angkat bicara.
"lain kali saja" sambung Leo dan Maya hanya menatap kekasihnya itu dengan tatapan bingung.
"ya sudah kita duluan ya, byee" Harkan dan Nada berjalan pergi meninggalkan Maya dan Leo.
Leo berdiri dan mengulurkan tangannya Maya langsung menerima uluran tangan tersebut, setelah Maya berdiri di hadapannya Leo langsung melingkarkan tangannya pada pinggang ramping kekasihnya tersebut.
Leo sedikit menarik Maya hingga jarak di antara mereka perlahan terkikis, Leo memeluk Maya dengan sangat erat, ia nyaman berada di dekat Maya, Maya pun nyaman berada dalam pelukan Leo.
"may, jangan pernah tinggalkan aku sendiri" ucap Leo sembari menangkup wajah Maya.
"tidak ada alasan untuk aku meninggalkan mu, Leonel Pradipta"
Mereka masih saling memeluk satu sama lain hingga Rintik hujan mulai berjatuhan membasahi bumi.
"kita pergi dari sini" mereka pergi dari rooftop dan mereka lupa akan minum dan makanan yang mereka tinggal.
Leo dan Maya masuk ke dalam Apartermennya leo, ia menatap Maya yang duduk manis di sofa abu-abunya.
"Mereka semua menyebalkan" Maya berucap dengan nada kesal sedangkan Leo hanya terkekeh mendengarnya.
"Aku haus" keluh Maya sembari menatap kekasihnya yang masih berdiri sembari memandanginya.
"Tunggu sebentar akan aku ambilkan minum" ucap Leo lalu berjalan menuju dapur meninggalkan Maya sendiri di ruang tamu.
Tak berselang lama Leo datang membawa minuman dan langsung meletakkannya di atas meja.
"Sejak kapan kamu minum susu kotak?" Tanya Maya sembari memperhatikan susu kotak di atas meja.
"Entahlah aku menemukannya di dalam kulkas jadi aku bawa saja kesini" ucap Leo seadaanya dan ia mulai minum minuman kaleng yang tadi sempat ia minum tapi belum ia habiskan.
Mereka berbincang-bincang sembari menunggu hujan reda dengan sesekali mereka tertawa.
Hingga tak berselang lama Leo merasa gelisah tubuhnya terasa panas ia menurunkan Suhu AC tetapi sama sekali tidak ada efeknya ia masih merasa gerah.
Ia menatap Maya yang sangat menggoda, Maya juga merasakan Hal yang sama bahkan ia dengan tidak tahu malunya melepaskan jaket yang ia pakai tadi dan menyisakan kaos putih polos yang tipis seperti saringan tahu.
"May" ucap Leo yang berusaha mati-matian menahan nafsunya.
Maya mendekat pada Leo sungguh rasanya Leo sangat menggoda di matanya.
Leo melepaskan Hoodie birunya dan menarik Maya dan sekarang Maya sudah berada di pangkuan Leo, ia menatap bibir pink Maya yang sangat menggoda itu.
"Le aku-"
Leo mengecup bibir Maya hingga kecupan itu berubah menjadi lumatan, tangan Maya mengalung pada Leher Leo ia sangat menikmati ciuman panas mereka.
Nafsu Maya sangat tinggi ia sudah gila! Begitupun sebaliknya.
Tangan Leo meraba punggung Maya dan melepaskan tautan branya dan mereka sudah berada jauh dari alam kesadaran mereka berdua tidak sadar akan apa yang sudah mereka lakukan.
"Aku mau lebih"
Leo mengangkat tubuh Maya memasuki Kamar dan mulai bergulat.
>>>>>>
Leo membuka matanya keringat sudah membanjiri tubuhnya nafasnya terngah-ngah ia duduk dan bersandar pada sandaran ranjang.
Mimpi apa itu? Apakah itu sebuah petunjuk?.
Leo mengambil air di atas nakas dan meminumnya hingga tandas ia melirik jam dinding yang menunjukan pukul lima sore ia langsung bangkit dan berjalan keluar dari kamar yang pernah Tian tempati itu.
Ia ingin menemui Ristian dan ia harus bisa bertemu bagai mana pun caranya.
____________
Devin memasuki rumahnya dan di sambut dengan baik oleh Dinda, keadaan rumah sangat sepi hanya ada Dinda bahkan sekarang Kristan belum pulang ke rumah.
Devin langsung beranjak menuju kamar ia memutuskan untuk pulang karena pikirannya kacau, ia takut sangat, ia takut Leo mengambil orang-orang yang ia sayang.
Devin merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya dan menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang berkecamuk tak karuhan.
"Kenapa kamu kembali?"
"Kenapa tidak dari dulu saja?"
"Aku tidak mau kehilangan mereka"
Devin terus bermonolog ia takut jika nanti Leo mengetahui semuanya dan merebut keluarga kecilnya.
"Dev, aku hamil" maya berkata sembari menatap Devin yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Yaudah nikah" sahut Devin tanpa mengalihkan atensinya.
"Aku serius devin"
"Begitupun sebaliknya may" sahut Devin sembari tersenyum.
________
"Dok apa yang terjadi dengan teman saya" tanya Devin dengan nada khawatirnya.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, memang hal seperti ini sering terjadi"
Devin menyerit bingung sering terjadi? Apa maksudnya ini?.
"Maksudnya dok?"
"Teman anda sedang mengandung dan kandungannya masih sangat rentan akan keguguran jadi beliau harus exstra hati-hati saat melakukan pekerjaan jangan sampai terlalu lelah"
Devin mengangga mendengar penjelasan dokter tersebut Maya hamil? Apa ia tidak salah dengar? Ia kira Kemarin Maya hanya bercanda ternyata ini fakta.
"Kalo begitu saya permisi"
_______
"Siapa may?" Tanya Devin dingin.
"Siapa ayah dari anak yang ada di dalam rahim mu"
"Leo" sahut maya singkat.
"Kita kesana sekarang"
_____
Namun naas sekali nasi telah menjadi bubur saat Devin dan Maya sampai di rumah Leo ternyata Leo sudah pergi ke luar negri satu minggu yang lalu bahkan ponselnya tidak dapat di hubungi.
Karena ia tidak tega melihat maya yang terus terpuruk seperti ini Devin mengambil keputusan untuk menikahi Maya dan menjadi ayah untuk anak yang ada di dalam kandungan Maya sekarang.
Tok tok tok
Devin tersadar dari lamunannya dan menatap pintu yang baru saja di ketuk seseorang.
"Masuk"
"Maaf pak mengganggu di luar ada temen bapak katanya mau bicara penting"
Maaf kalo gaje
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca.
See you ♡