Terkadang kita akan sadar dengan apa yang kita lakukan ketika semua sudah hancur berantakan.
Selamat membaca
_____
Ristian Rakenza Pradipta pemuda yang saat ini terbaring di atas breanker rumah sakit wajahnya sangat pucat bibirnya tidak semerah jambu lagi bahkan sekarang pipinya sudah mulai tirus.
Beberapa perawat membuka bajunya dan memasang kan kabel-kabel penghungung EKG pada tubuhnya yang mulai kurus.
Harkan memasang infus di tangan kirinya dan menyuntikan sesuatu pada cairan infus tersebut.
Hidung dan mulutnya sudah tertutup masker oksigen setelah perawat tadi membersihkan sisa darah di wajahnya.
Salah satu dari mereka menarik horden-horden seranya bisa menangani Tian dengan tenang tapi hal tersebut membuat Kristan tambah tidak tenang.
Tak jauh dari sana tepatnya di depan pintu IGD ada Devin dan Maya yang duduk di kursi tunggu sedangkan Kristan sendari tadi mondar-mandir karena kalut akan rasa khawatirnya.
Maya sendari tadi menangis di pelukan Devin ia menyesal telah memperlakukan Tian seperti tadi harusnya ia bersikap baik kepada anaknya tersebut.
Tapi apa yang ia lakukan tadi ia malah menyakiti putranya dengan kata-kata yang begitu menyakitkan harusnya ia bahagia karena putra sulungnya kembali bukannya malah mengusirnya seperti tadi ia sangat menyesal.
Devin sendari tadi tak henti seranya berdoa ia mengusap punggung Maya yang bergetar ia tak bisa melihat putra sulungnya seperti ini apa lagi ini adalah kali pertamanya melihat Tian sakit.
Memang selama ini Tian tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya pada orang-orang yang ia sayang ia akan selalu terlihat baik-baik saja walaupun sebenarnya keadaannya jauh dari kata baik.
Tian akan selalu tersenyum walaupun di balik senyuman itu terdapat begitu banyak luka, tapi ia tidak mau ada orang yang tau karena itu sangat memalukan baginya jadi selama ini ia berusaha untuk selalu kuat menghadapi segala sesuatunya sendiri.
Ia tidak mau membagi luka nya dengan orang lain bahkan mungkin jika ia tidak kepergok oleh Dewa waktu itu, mungkin Dewa tidak akan pernah tau tentang penyakitnya yang ia derita.
Karena Tian tidak ingin di kasihani, Tian tidak selemah itu Tian bisa mengatasi ini sendiri walaupun pada akhirnya ia akan jatuh lagi-lagi dan lagi.
"Maaf kan mama tian" gumam Maya di sela-sela tangisnya.
Devin tak henti menenangkan Istrinya ia juga sangat mengkhawatirkan Tian yang saat ini sedang berjuang sendirian di dalam sana.
Beberapa pemuda dengan jaket yang sama berjalan tergesa-gesa menghampiri mereka Kristan terdiam dan menatap Dewa yang berjalan paling depan.
"Bagaimana keadaan tian?" Tanya Dewa setelah sampai di depan Kristan.
"Tian masih di tangani dokter" ucap Kristan sembari menunduk.
Dewa mengacak rambutnya frustasi ia menonjok dinding rumah sakit yang tidak berdosa menyalurkan seluruh kemarahannya.
"Wa jangan buat keributan! Tenangin diri lo!" Raska memperingati Dewa yang hendak memukul tembok lagi.
"Tian berjuang sendiri di dalam sana, mana mungkin gue bisa tenang!" ucap Dewa pada Raska, bukan hanya Raska tapi pada yang lain juga.
"Iya kita tau tapi plis, kita ke sini untuk Tian bukan untuk membuat keributan, Tian gak akan suka liat lo kaya gini" Raska berkata sembari memegangi pundak Dewa ia tahu jika saat ini Dewa sangat kacau mereka pun sama tapi mereka harus tau tempat untuk meluapkan kemarahan nya.
"Benar wa, kita kesini buat Tian bukan buat onar, kita juga sama kaya lo kita juga khawatir sama tian tapi yakin lah tian pasti bisa tian kuat" sahut Rasya sembari mengusap bahu Dewa.
Mereka langsung menuju rumah sakit Setelah Kristan memberi tahu jika Tian sudah kembali mereka datang ke rumah sakit tentunya tidak sendiri ada Raska, Juan, Juna, Rasya dan Cio yang mengikutinya.
Sedangkan Rega dan juga Tao saat ini sedang membantai orang-orang yang menyerang Tian tadi , mereka akan menyusul ketika tugas mereka sudah selesai.
Mereka semua terdiam mereka mendoakan Tian sesuai keyakinan masing-masing Devin sendari tadi menahan tangisnya supaya tidak Tumpah tapi semua itu sia-sia ia tidak sekuat itu.
"Kris, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Dewa pada Kristan.
Kristan bingung harus mengatakan apa tidak mungkin juga ia mengatakan yang sebenarnya tapi mau bagai mana lagi berbohong juga ia tidak pandai.
"Ada masalah keluarga" ucap Kristan pada akhirnya ia melirik maya yang masih menangis di pelukan Devin.
Dewa terdiam setelah ia mengantarkan Ristian Dari rumah sakit waktu itu ia tidak bertemu lagi, ia hanya menelfon Ristian seranya memberikan kabar kebahagiaannya dan setelahnya ia tidak tahu apa lagi yang terjadi.
"Ma lebih baik kita Sholat dulu, dan mendoakan Tian" ucap Devin pada Maya dan Maya hanya mengangguk.
"Sudah masuk waktu Isya, yang muslim segera melakukan kewajibannya" ucap Devin pada anak-anak muda di sana dan mereka hanya mengangguk.
Sedangkan di dalam sana Tubuh Tian mulai melemah dan itu semakin membuat Harkan marah pada dirinya sendiri pikirannya semakin tidak tenang.
Air mata Harkan terjatuh tanpa dapat ia cegah rasa bersalah kembali menyelimuti Harkan marah dengan diringa sendiri andai saja dulu ia tidak salah memvonis mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.
"Dok denyut nadinya kian melemah" ujar suster pada Harkan.
"Segera ambil tindakan"
_______
Malam semakin gelap angin berhembus kencang petir menyambar - nyambar mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
"Sial" umpat Rega sembari menyeka sisa darah pada sudut bibir nya.
"Lo gak papa ta?" Tanya Rega pada Tao yang masih terduduk di pinggir Trotoar.
"Gak papa gimana, liat ni kadar ke gantengan gue berkurang 15%" grutu Tao sembari memegangi rahangnya yang terasa sangat ngilu tapi tetap saja ia paksa untuk mengoceh.
"Cih, gitu doang liat nih gue" sahut Rega sembari menunjuk Wajahnya yang sama babak belurnya.
Tao mendongak menatap langit malam yang kian menghitan ia memejamkan mata sejenak sebelum kembali bersuara.
"Ga"
"Ha?"
"Menurut lo tante maya sedih gak ya kalo tau Tian itu sakit" tanya Tao tiba-tiba.
Rega menyerit bingung kenapa tiba-tiba si Tao bertanya seperti itu.
"Otak lo kapan lo bawa sih ta"
"La emang otak gue di mana?"
"Ketinggalan di dalam jok motor mungkin" sahut Rega asal.
"Ck, gue serius anjir"
"Ya lo pikir aja deh ta"
"Kalo menurut pandangan mata gue yang tajam dan jernih dan bisa menatap masa depan mu yang kelam"
Bugh,
Satu timpukan Rega darat kan pada pipi Tao karena seenak jidatnya sendiri kalo ngomong.
"Sakit tau ga" keluh Tao yang di abai kan oleh Rega.
"Menurut gue tu tante maya bakal sedih banget orangnya bakal nyesel tujuh turunan delapan tikungan dan sembilan tanjakan curam" lanjut Tao sembari menatap Rega.
"Mungkin aja, karena orangnya sudah keterlaluan banget sama Tian" sahut Rega lalu berdiri.
"Iya kog ada ya mama yang kaya gitu" Tao bergidik ngeri.
"Mau kemana lo?" Tanya Tao sembari mendongak menatap Rega.
"Rumah sakit" sahut Rega dan Tao langsung berdiri menaiki motor sport kebanggaannya.
Jangan lupa di vote♡