A to BarBar

By hellociiuci

2.8M 312K 14.1K

Gimana jadinya jika gadis yang gak ada kalem-kalemnya transmigrasi ke gadis yang suka berpakaian seksi dan ka... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Visual
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
33
34
35

32

57.2K 7.1K 653
By hellociiuci

Hati-hati typo⚠️
*

*

*
Happy Reading💚🌸



*****

Tawuran itu kini sudah selesai. Semua murid diperbolehkan untuk pulang lebih awal karena kekacauan yang baru saja terjadi.

Murid-murid itu malah merasa senang karena tidak perlu mengikuti pelajaran.

Sekolah mulai sepi, banyak murid yang berlalu meninggalkan kawasan sekolah.

Tentu saja kecuali murid-murid bandel yang tadi mengikuti tawuran. Mereka harus mendapatkan wejangan dari para guru terlebih dulu. Setelah itu mereka disuruh untuk ke rumah sakit untuk mengobati luka mereka.

Banyak dari mereka tidak mau mengobati luka mereka dan lebih memilih mengobati sendiri. Namun Arion memaksa bagi mereka yang terluka cukup parah untuk segera ke rumah sakit.

Alhasil mereka pergi dengan tujuan masing-masing. Rumah sakit bagi mereka yang terluka parah. Sebagian ada yang mengobati di markas. Sisanya memilih pulang ke rumah.

Arion dan sikembar memilih pulang. Arion sebenarnya tidak setuju, mengingat luka kedua adiknya itu cukup banyak, apalagi Alvin yang terkena balok kayu tadi.

Namun memang dasarnya mereka itu keras kepala, mereka tidak mau ke rumah sakit. Mereka bertiga pun beranjak pulang begitupun Dylan, Diego, Delon.

Sampai dirumah, mereka terkejut karena rumah sudah ramai. Kakek dan kedua orang tua mereka sudah ada di rumah. Biasanya malam hari baru ada di rumah. Begitu masuk mereka sudah mendapat tatapan datar dari Kakek juga Papa dan Papi. Daren pun juga ada disana, namun hanya melirik saja tanpa peduli kondisi keenam kakaknya itu.

Mama dan Mami terkejut melihat anak-anaknya yang penuh dengan luka. Mereka langsung menghampiri anak mereka dengan raut khawatir.

" Astagaa.. Apa kalian tidak apa-apa? Kenapa tidak ke rumah sakit dulu baru pulang. " ucap Mami dengan nada khawatir.
Begitupun Mama Dhevi yang menghampiri ketiga putranya.

Mami Lena dan Mama Dhevi merasa sakit saat melihat anak-anaknya terluka. Siapa yang tidak sedih melihat anaknya pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja.

" Mereka yang gak mau Mi. " jawab Arion menyahuti ucapan Mami nya.

" Gak apa-apa kok Mi, lagian luka gini udah biasa. Mami gak usah khawatir. " jawab Alvan.

Sedangkan Alvin hanya menganggukkan kepalanya.

" Mama juga gak usah khawatir.. Kita semua baik-baik aja. " ucap Diego.

" Baik-baik aja gimana?! Orang kamu luka gini bilang baik-baik aja. " sungut Mama.

Mereka pun hanya diam menundukkan kepala. Senakal-nakalnya mereka, mereka tidak ingin membuat sedih wanita yang telah melahirkan mereka.

Leya? Tenang, dia juga ada disana duduk tenang disamping Daren. Dia hanya biasa saja melihat mereka terluka. Bagaimanapun dia sudah menduga kalau mereka akan memiliki luka.

Namun yang tidak disangkanya, itu terluka cukup parah. Ketika melihat keenam saudaranya itu, dadanya berdenyut nyeri. Entah itu perasaannya atau hanya terbawa perasaan Leya asli.

Sebenarnya ada satu hal yang sedikit membuatnya bingung. Daren.

Dia bingung melihat Daren bersikap biasa saja. Harusnya dia merasa takut melihat kakak-kakaknya terluka bahkan berdarah. Namun Daren bahkan tidak menunjukkan raut ketakutan atau bahkan menangis ketika melihat darah. Leya berpikir, apa Daren baik-baik saja?

" Bagaimana bisa kalian terluka? "
Itu suara Kakek Adam. Sontak yang lainnya melihat ke arahnya.

' What? Ini kakek-kakek waras apa kagak? Dikira cucunya itu anti gores apa gimana? Yakali kagak bisa luka. Bisa-bisanya pertanyaan nya kek gitu. ' batin Leya.

" Ck. Tentu saja kami ini masih manusia yang bisa terluka. " jawab Alvin dengan nada malas.

" Maksudku.. Kalian tidak se 'sederhana' itu, dan dengan mudahnya kalian terluka begitu banyak. " ucap Kakek lagi.

Mereka mengerti apa maksud dari ucapan Kakek, tentu saja kecuali Leya yang bingung namun masih bisa mengendalikan raut tenangnya.

" Entahlah. Kami juga tidak tau. " ucap Dylan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Begitu pun kelima pemuda lainnya.

Mereka semua bertingkah aneh, seakan malu mengakui sesuatu. Ya, biarkan rahasia itu mereka simpan sendiri.

" Sudahlah.. Sekarang kita obati dulu luka kalian. Ale sayang, tolong bantu mengobati kakak-kakak mu ya. "

Ucap Mami menengahi dan meminta Leya ikut membantu.


*

*

Dalam sebuah ruangan, tampak seorang wanita yang berusaha menenangkan seorang pria.

" Bagaimana bisa anak-anaknya itu sangat kuat. Sepertinya sulit sekali menghancurkan mereka. Belum lagi si bajingan Damian itu, aku benar-benar muak. " geram pria itu.

" Aku bahkan sudah menyuruh Rendi untuk membuat panas mereka dan membuat mereka tidak fokus berkelahi. Namun tetap saja mereka menang. " lanjutnya.

Sementara si wanita hanya mampu mengusap punggung pria itu berusaha menenangkannya.

Brakk!!

" Apa kau tidak memiliki sopan santun. " ucap pria itu pada seorang pemuda yang baru saja membuka pintu dengan kasar.

" Itu kerjaanmu kan? Kau yang membuat Predator dan Argos menyerang sekolahku dengan mendadak.. Tidak bisakah kau jangan mengganggu mereka!! Urus saja masalah mu sendiri dan jangan melibatkan orang yang tidak bersalah!! " Ucap pemuda itu penuh amarah.

" Heh.. Memangnya kenapa? Merasa bersalah pada temanmu itu hm? Aku sama sekali tidak peduli. Lebih baik kau perbaiki tata krama mu untuk lebih menghargaiku. " ujar pria itu meremehkan.

" Sial. Aku tidak sudi menghargai manusia tidak bermoral sepertimu! "

Selesai mengucapkan itu, dia berlalu pergi dari sana.

*

*

Hari mulai malam, dan Leya malah masih keluyuran di komplek sekitar. Sebenarnya Leya hanya ingin cari udara segar karena merasa panas ketika di rumah. Tidak, tentu saja dirumahnya punya AC, namun yang membuat panas adalah suasana hatinya nya yang begitu tidak enak.

Flashback on

Setelah Mami memintanya membantu, Leya mendapat bagian mengobati Alvan dan Alvin. Dia pun hanya menurut dan mencoba mengobati mereka dengan tenang dan lembut. Saat itu Leya mengobati mereka di kamar Alvin.

Alvan dan Alvin menanggalkan atasannya hingga bertelanjang dada. Supaya lebih gampang mengompres lebam yang berada di tubuhnya.

Melihat lelaki bertelanjang dada menampilkan otot-otot kekar bahkan perut kotak-kotaknya, Leya hampir dibuat mimisan.

Bagaimanapun dia masih seorang gadis remaja yang mendambakan lelaki tampan dan kuat. Ditambah lagi luka-luka yang bertengger di tubuh mereka menambah kesan keren dimatanya.

" Mingkem. Iler lo ke mana-mana tuh. " ucap Alvin.

Leya yang masih fokus melihat badan kedua kakaknya pun tersadar ketika Alvin bersuara. Alvan hanya terkekeh melihat Leya terlihat salah tingkah.

" Apaan! Gak ya.. Udah sana buru ke kasur! " sanggah Leya juga meminta mereka agar duduk dan berbaring di kasur supaya dia bisa cepat-cepat mengobati mereka.

Leya berusaha fokus untuk mengobati mereka. Mulai dari Alvan yang wajahnya lumayan banyak babak belur, kemudian memintanya untuk berbaring tengkurap supaya bisa mengompres lebam di punggungnya.

Seringkali Alvan meringis perih ketika diobati. Entah Alvan yang memang mengantuk atau kelelahan, dia tidur di tengah-tengah Leya mengompres nya.

Selesai mengobati Alvan, Leya lanjut ke Alvin. Leya memulainya dari badan Alvin terlebih dahulu. Dia cukup prihatin melihat lebam ke ungu an di bahu kanan Alvin. Itu benar-benar terlihat tidak baik-baik saja.

Cukup menguras emosi ketika mengobati Alvin. Menurut Leya, dia sungguh sangat cerewet dan banyak omong. Dan semua kata yang keluar dari mulut Alvin membuat jengkel dirinya.

" Ah.. Pelan njir, kasar bener lo. "

" Jangan diteken woy! Sakit. "

" Lo bisa ngobatin gak sih? "

" Kok lo pendek banget? "

Perempatan imajiner muncul di sudut dahi Leya. Bagaimana gak jengkel kalau kayak gitu? Padahal waktu itu dia juga mengobati Alvin tapi saat itu Alvin tidak sebegitu menyebalkan sekarang. Ini yang namanya orang sakit? Padahal sudut bibirnya juga terluka. Seakan mati rasa, dia banyak bicara tanpa mengeluh perih.

" Lo gendutan.. Kebanyakan ngemil kayaknya. "

Habis sudah kesabaran Leya. Harusnya Alvin tau, bahwa topik mengenai berat badan merupakan hal sensitif bagi seorang perempuan.

" Ck.. Lo tuh ya, nyebelin banget sumpah! Udah obatin aja sono sendiri. Males gue. " Dengan kesal Leya berdiri dan meninggalkan ruang kamar Alvin.

Alvin yang melihat itu juga sempat bingung dan merasa bersalah. Lagipula dia kan tidak bermaksud. Salahkan mulutnya yang tidak bisa di filter.

" Eh eh mau kemana? "

Itu hal terakhir yang di dengar Leya ketika beranjak ke keluar kamar.

Flashback end

Kenapa sekarang Leya berada diluar rumah dan berjalan di sekitar komplek? Karena terlanjur kesal, Leya bukannya menuju kamarnya tapi malah berjalan menuju gerbang rumahnya. Dan disinilah dia sekarang.

Karena sudah diluar kenapa tidak sekalian saja jalan-jalan cari angin. Bahkan tadi dia sempat mampir di warung untuk ngopi sebentar. Maunya tadi beli camilan, tapi teringat Alvin mengatai nya gendutan membuatnya mengurungkan diri untuk berburu camilan.

Namun seperti biasa, dia selalu lupa waktu hingga hari menyambut gelap. Dan sekarang dia masih santai duduk di pinggir jalan seperti orang hilang. Satu dua kendaraan berlalu lalang di depannya.

Tuk!

Sesuatu menyentuh badannya dan terjatuh di aspal di dekatnya.

' Apa nih? Jangan bilang itu sejenis mbak kunti.. Jangan sampek deh! Lagian gue bego banget, ngapain uji nyali jalan malem lagi, gak lucu kalo ketemu setan lagi trus mati ditempat. Oke tenang, yang perlu gue lakuin cuma jangan noleh trus cabut dari sini. '

Tuk!

Baru saja beranjak berdiri, sesuatu itu mengenai tubuhnya lagi, seperti memang sengaja dilempar padanya. Baru saja mau melangkah,

Puk!

Sebuah tangan menepuk bahunya pelan.

" AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!! "

Leya berjengit kaget dan spontan teriak dengan keras. Namun dia masih tidak berani melangkahkan kakinya.

" Heh! Ngapain teriak-teriak, bikin sakit kuping aja. "

Leya yang mendengar suara pun menghentikan teriakannya. Dengan cepat dia membalikkan badannya melihat siapa yang berani-beraninya menakutinya.
Itu Alvin.

" Lo?!! Ternyata lo yang udah nakutin gue tadi hah! Bener-bener gak ber peripersaudaraan lo! "

Leya yang kesal langsung menjambak rambut Alvin dengan brutal.

" Aduh aduh sakit berenti woy! " Alvin yang berusaha menghentikan tangan Leya.
Leya pun menghentikan jambakan nya dan ganti menatap Alvin dengan penuh permusuhan.

" Ngapain lo disini? " tanya Leya ketus.

" Gue? Nyariin lo lah. Lagian gitu doang ngambek, baperan lo. Gue cariin sampek muter-muter komplek tau nggak. " jawab Alvin sambil mengusap rambut nya yang tadi dijambak adiknya itu.

Setelah cukup lama Leya keluar rumah, Alvin pun turun ke bawah dan menemui Mami nya yang berada di dapur bersama Mama Dhevi. Dia menanyakan kemana Leya karena tadi dia sempat mengetuk kamar Leya namun tidak ada sahutan.

Mami pun menjawab kalau Leya keluar daritadi dengan muka yang tampak kesal. Alvin hanya berpikir apa dia sudah keterlaluan? Dia pun berniat menunggu Leya namun Leya masih tidak menunjukkan batang hidungnya, padahal hari sudah cukup gelap.

Tanpa berpikir panjang, Alvin pergi keluar rumah berniat mencari Leya. Mami yang melihat Alvin beranjak pun berteriak memanggilnya bertanya mau kemana, tapi Alvin tidak menjawab.

Bahkan teriakan Mami sampai membuat anggota keluarga lainnya keluar dari kamar masing-masing. Dan beginilah akhirnya Alvin berada di hadapan Leya.

" Sorry deh tadi buat lo kesinggung, gue kan gak ada maksud. "

Alvin mengucapkan itu sambil mengusap leher belakangnya. Malu dong, kapan lagi Alvin mau menurunkan harga dirinya untuk meminta maaf.

" Tunggu-tunggu! Jadi lo cariin gue cuma buat minta maaf? " tanya Leya. Alvin hanya mengangguk.

" Ok gue hargain. Gue maafin tapi besok traktir gue beli jajan di Alfaminggu. " ucap Leya.

Dan Alvin hanya menyetujuinya.

" Yaudah ayok pulang. "

Alvin pun mengajak Leya pulang dan berjalan menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari jarak mereka. Beda lagi dengan Leya, dia bingung ketika melihat motor Alvin.

" Stop stop! Lo daritadi muter-muter cariin gue sambil bawa motor? " tanya Leya.

" Iya? Kenapa emang? " jawab Alvin dengan lancar.

Plak!!

" Aduh! Apa-apaan.. Ngapain lo geplak pala gue!! " protes Alvin.

Iya, tanpa aba-aba Leya memukul kepala Alvin.

" Goblok! Bego banget sumpah! Ngapain lo naik motor? kagak minta anter Pak Joko aja sih.. Udah tau tangan lo sakit malah dipakek nyetir. Gimana mau sembuh kalo kayak gitu. Trus gunanya gue obatin tadi apa hah!? "

Leya terus saja mengoceh menghiraukan Alvin yang kini diam melihat Leya masih peduli dengan lukanya. Dia merasa dimarahi karena tertangkap basah mencuri mangga tetangga. Lihat, bahkan kedua tangan Leya sudah bertengger di kedua pinggangnya, khas seperti orang yang sedang marah.

" Udah sekarang mana kuncinya. Gue aja yang bawa, lo duduk aja di belakang. " pinta Leya dengan sedikit memaksa.

Seakan tersihir, Alvin menurut dan memberikan kuncinya. Dia dan Leya pun menaiki motornya dengan dirinya yang dibonceng Leya.

Bahkan dengan santai nya dia melingkarkan tangan nya ke pinggang Leya dan menyandarkan kepala nya di punggung Leya. Leya juga tidak merasa keberatan dengan tindakan Alvin.

" Ternyata lo beneran bisa naik moge. "

Pertanyaan yang bernada pernyataan itu tidak ditanggapi Leya. Dia malah ganti bicara menegur kakaknya itu.

" Udah diem jan banyak omong, pegangan aja yang bener. Kagak lucu kalo lo jatoh ke belakang trus pala lo bocor. Kagak mau tanggung jawab gue. " ucap Leya.

Alvin hanya berdehem. Kemudian Leya hanya fokus menyetir untuk segera sampai di rumah


















*

*

*

*

*
_Bersambung_

Haloo aku up lagii🤗
Masih ada yang nungguin gak nih😁semoga masih deh ya..

Continue Reading

You'll Also Like

251K 23.8K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
514K 55.9K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...