"Prilly!" Teriak Gritte sambil menghampiri Prilly. Prilly yang melihat hal itu merasa kaget karena tumben sekali Gritte menghampirinya dengan buru-buru?
"Kenapa?" Tanya Prilly bingung.
Gritte menerjang tubuh Prilly dengan pelukannya, "Gue bahagia ngelihat lo bahagia, Pril."
Hati Prilly menghangat, "Thankyou, Te."
"Akhirnya, Tuhan ngabulin doa lo ya?" Tanya Gritte sambil tertawa kecil. Matanya terlihat berkaca-kaca, "Tuhan emang baik banget sama lo."
Prilly mengangguk kembali, "Gue juga masih suka gak nyangka, Te."
Gritte mencubit pipi Prilly dengan gemas, "Pokoknya lo harus bahagia dan langgeng sama Ali. Kalo dia jahatin lo, jangan lupa kabarin gue. Biar gue kebiri anunya!"
Prilly melotot dengan garang, "Enak aja! Masa depan gue itu." Gritte tertawa setelahnya, "Tapi gue yakin sih, Ali gak mungkin nyakitin lo lagi."
"Amin." Prilly tersenyum mendengar ucapan Gritte.
"Dia baik banget sama gue," balas Prilly yang membuat Gritte tersenyum, "Baguslah. Gue tunggu undangan dari kalian ya! Lo 'kan rencananya mau nikah setelah tamat SMA 'kan?"
Prilly tertawa kecil, "Iya, gue mau sih. Tapi Alinya tuh, dia gak mau, katanya belom siap."
"Lo sih, ganas banget, rawr!" Gurau Gritte yang membuat Prilly menepuk lengannya pelan.
Gritte melihat wajah Prilly dengan lama, kemudian ia memeluk Prilly lagi, "Aaaa...sahabat gue akhirnya punya ending yang bahagia."
Prilly membalas pelukan Gritte dengan erat, "Aaaa...makasih udah nguatin gue selama proses menaklukkan hati Ali."
* * *
Tawa Prilly berderai, akhirnya Indah jatuh juga ke pelukan Rassya. Indah akui bahwa ia tidak dapat menolak pesona Rassya, semua perjuangan dan ketulusan pria itu membuatnya luluh juga.
"Gue rasa kita harus double date," usul Prilly sambil bertepuk tangan riang.
Ali melirik ke arah Rassya dan mengangguk pasrah setelahnya, "Kamu yang atur aja." Prilly dan Indah saling bertatapan dan tersenyum puas.
"Tapi, bentar, bentar. Double datenya di mana dulu nih?" Tanya Rassya menengahi.
"Di hutan aja, gimana?" Tanya Indah dengan wajah lugunya.
"Gak!" Kali ini, Ali yang menolak.
Prilly tertawa jenaka, "Ya udah, di kebun binatang aja gimana?" Usul Prilly tidak jauh lebih buruk dari usulan Indah.
Akhirnya, mereka berempat memutuskan untuk menjalani kencan berganda itu di sebuah mall. Hal pertama yang mereka lakukan adalah menonton film di bioskop.
"Horor!" Ujar Prilly tidak mau kalah.
"Anjir, gak mau." Balas Rassya tidak setuju.
"Sayang, kamu lihat tuh Rassya gak mau ngalah!" Adu Prilly dengan manja.
Ali menahan tawanya, "Ayolah, Sya."
"Dih, apaan pake ngadu-ngadu sama pacar?! Bebeb, kamu lihat tuh si Prilly maksa aku!" Rassya juga tidak mau kalah, ia menggoyangkan lengan Indah sambil mengerucutkan bibirnya.
Indah menepuk jidatnya, "Udah, biar adil. Kita mencar aja gimana? Ya, lo sama Ali nonton horor. Gue sama Rassya nonton action. Entar setelah kelar, kita ketemuan di resto aja. Gimana?"
Prilly awalnya tidak setuju, tetapi ia merasa bahwa ini adalah kesempatan yang tepat untuk modus kepada Ali. Mau tidak mau, ia mengangguk menyetujui.
Sebelum masuk ke dalam teater, "Dasar cupu!" Cibir Prilly kepada Rassya sambil memeletkan lidahnya.
Hal itu membuat Rassya panas, "Dasar bucin goblok, sono lo!"
"Apaan bucin goblok? Lo bucin tolol," balas Prilly pedas. Ali yang sudah tidak tahan melihat perdebatan antara Prilly dan Rassya, menarik lengan Prilly untuk masuk ke dalam teater.
Mereka duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket, posisi mereka cukup strategis. Tidak terlalu belakang dan dekat dengan pojokan. Hal itu membuat Prilly tersenyum dalam hati, ia yakin modusnya akan berhasil.
Filmnya baru diputar tidak lebih dari 15 menit, namun sudah ada jumpscare saja. Awalnya Prilly berniat pura-pura kaget dan memeluk Ali, modus ceritanya. Namun lihatlah, Ali duduk dengan tegang di tempatnya. Kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutup wajahnya.
"Li?" Bisik Prilly. Ali yang masih fokus dengan ketakutannya tidak mendengar panggilan Prilly.
"Ali?" Panggil Prilly sekali lagi.
Bukannya mendapat balasan, Ali malah berteriak karena terkejut dengan penampakan hantu perempuan di layar. Prilly memutar bola matanya malas, kalau tahu begini mendingan ia bergabung saja dengan Indah dan Rassya.
Ali sudah tidak setegang tadi, ia mulai duduk bersandar pada kursi dengan nyaman. Prilly yang sedari tadi melihat gerak-gerik Ali hanya bisa mendengus kecil.
"Kamu takut?" Bisik Prilly. Ali yang gengsi mengakui dirinya tidak suka film horor hanya menggeleng.
"Dih, bohong!" Tuduh Prilly kesal.
Ali meraih tangan sebelah kanan Prilly untuk digenggamnya, "Kalo sama kamu, jadi gak takut."
Sial. Ali selalu tau cara membuatnya tersipu.
"Lain kali, kita gak usah nonton film horor lagi," bisik Ali kepada Prilly.
"Kenapa?" Tanya Prilly.
Ali menggeleng, "Ngebosenin." Prilly terkikik geli mendengar jawaban bohong Ali.
Suara teriakan aktor di dalam film membuat tubuh Ali kembali menegang, tangannya yang sedari tadi menggenggam tangan Prilly hendak ia lepaskan. Ia ingin menutup matanya sekarang juga.
Prilly menyadari hal itu, ia menahan pegangan tangan Ali. Ia berinisiatif untuk menggunakan tangannya yang satu lagi menutup mata Ali. Ali yang menyadari hal itu kembali rileks.
Tetapi, tubuh Ali kembali menegang dan terpaku di tempat duduknya.
Catat.
Prilly.
Gadis itu, mencium pipi kirinya!
Kemudian, Prilly menurunkan tangannya yang menutup mata Ali. Ali menolehkan wajahnya ke arah Prilly. Gantian Ali yang tersipu akibat keagresifan Prilly. Bisa-bisanya gadis itu mencuri ciuman dari pipinya.
"Kenapa?" Tanya Prilly pura-pura tidak peka.
"Nakal," desis Ali. Prilly tergelak di tempatnya, melihat Ali yang malu-malu kucing menjadi euforia tersendiri bagi Prilly.
* * *
"Ini, aku buatin mie goreng paket komplit. Taruh telur, ayam, kornet, dan sosis." Ujar Prilly sambil menyodorkan kotak makan tinggi-tinggi.
Ali yang melihat hal itu tiba-tiba merasa de javu kembali, ini bukan kali pertamanya Prilly memasak makanan. Tetapi, ini mungkin pertama kalinya ia akan menerima masakan gadis itu dengan sukacita.
"Ali? Kok bengong?" Panggil Prilly sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ali.
Ali menggeleng kecil, "Eh iya, sorry."
"Kenapa? Kamu gak mau nerima? Yaudah, aku kasih Bimo aja ya?" Tanya Prilly dengan raut sedih.
Ali langsung merampas kotak makan di tangan Prilly, "Siapa yang bilang aku gak mau terima? Hm?"
"Tuh, tadi kamu malah bengong!" Prilly melipat tangan di depan dada dengan sebal.
"Ih, pacar aku gemesin banget sih. Aku cuma tiba-tiba flashback dimana kamu sering ngasih aku makanan, eh akunya malah selalu ngasih orang lain," terang Ali.
Prilly mengangguk, "Kamu sih dulu gak pernah ngehargain kerja keras aku."
"Maaf ya, Sayang?" Bujuk Ali dengan nada lembut.
Prilly mengangguk dengan senyuman lebar, "Udah yok, makan! Soalnya aku masaknya pake cinta!"
"Ah, masa sih? Cintanya sebesar apa?" Tanya Ali penasaran.
Prilly terlihat berpikir sebentar, kemudian tangannya direntangkan dengan luas, "Sebesar matahari, seluas Samudera Pasifik, sedalam Danau Toba, dan selama-lamanya."
Kemudian, Ali tertawa mendengar penuturan polos Prilly. Kehadiran gadis itu membuat hari-harinya semakin berwarna. Bukan hanya berwarna saja, tetapi hari-harinya penuh dengan ocehan dan tingkah menggemaskan bin tengil khas Prilly.
"Aaaa...pesawat datang," ujar Prilly sambil menyendokkan nasinya ke arah mulut Ali. Ali membuka mulutnya dengan senang hati.
"Enak gak, Li?" Tanya Prilly dengan nada ragu.
Ali mengangguk semangat, "As always, masakan kamu gak pernah mengecewakan."
"Itu kornetnya dimakan, Ali."Prilly menunjuk potongan kornet sapi sambil tersenyum bahagia.
"Sabar, Sayang," balas Ali dengan mulut penuh.