After Me Ugly

By DevririMulya

562K 39.6K 11.4K

Demi mendapatkan hati seorang Riyu, tunangan yang tidak pernah menganggap kehadirannya, Scarletta terus melak... More

P r o l o g
Ugly 1 - Biang Rusuh
Ugly 2 - Hargai Sebelum Pergi
Ugly 3 - Kebohongan!
Ugly 4 - Scarletta Sakit?
Ugly 5 - Rahasia Besar Scarletta
Ugly 6 - Peluk Atau Kita Jatuh Berdua?
Ugly 7 - Dokter Kulit
Ugly 8 - Become Ugly
Ugly 9 - After Me Ugly
Ugly 10 - Kehidupan Baru Sang Antagonis
Ugly 11 - Tak Terbalas
Ugly 12 - Im Alone
Ugly 13 - Lelaki Misterius
Ugly 14 - Nyaris Terbongkar
Ugly 15 - Mengunjungi Scarletta
Ugly 16 - Teman Masa Kecil Riyu
Ugly 17 - Linggar Laksamana
Ugly 18 - Ingkar Janji
Ugly 19 - Acne Girl
Ugly 20 - Mau Digendong?
Ugly 21 - Sang Pelindung
Ugly 22 - Hug Me In The Rain
Ugly 23 - Bekal Yang Terbuang
Ugly 24 - Semoga Terkabul
Ugly 25 - Kecupan Pertama
Ugly 26 - Tragedi Dalam Hujan
Ugly 27 - Rumah Sakit
Ugly 28 - Fakta Terungkap
Ugly 29 - Kilas Balik
Ugly 30 - Kita Impas?
Dear Readers Sayang
Ugly 31 - Kesempatan Untuk Linggar?
Ugly 32 - Drama Aluna
Ugly 33 - Tau Nggak Orang Khawatir?
Ugly 34 - Tolong Jujur, Letta!
Ugly 35 - Kita Usai, Aluna
Ugly 37 - Jangan Menangis Letta
Ugly 38 - Hukuman Untuk Riyu
Ugly 39 - Penyiksaan dan Pengorbanan
Ugly 40 - Kehancuran Aluna
Ugly 41 - Kebenaran Terungkap
Cast AMU New
Benua Atlana
Instagram Riyu Letta
Publish ulang (?)

Ugly 36 - Jebakan Kolam Renang

9.1K 780 381
By DevririMulya

Aku balik, Sob. Berasa hampa ga ketemu kamu tiga hari, wkwkwkwk. 

Harapan kamu buat part ini, dong? 

catatan: UP SELANJUTNYA KETIKA KOMENTAR DI PART INI MENCAPAI 300 YA SOB? DEAL?? GAK NYAMPE GA UP. AKU JAHAT? IYA SAMA-SAMA. WKWKWK

Saat kamu suka cerita ini, ayo lanjut baca. Kalau enggak, ya aku ga bisa maksa. Itu hak kamu. Tapi apa pun itu makasih banyak udah pernah singgah di sini, dan makasih juga buat kamu yang bakal support until ending

Ramein komennya dong, biar berasa disemangatin. :')

PART 18+ (MENGANDUNG KATA KASAR DAN ADEGAN KEKERASAN). HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. SEKIAN TERIMA GAJIHHHH! 

*** 

Kamu adalah lagu cinta terindah sekaligus tersedih yang akan kudengar di setiap malam.

-Tirta Riyunanda Wardana-

* * *

Scarleta berjalan santai sembari bersiul pelan melewati lapangan basket. Hatinya dipenuhi lagu-lagu cinta sejak Riyu berubah sikap menjadi manis kepadanya belakangan ini.

Nyatanya, cinta terhadap Riyu bukannya berkurang, justru semakin bertambah dari hari ke hari. Dan luka itu perlahan hilang sejak Riyu menunjukkan perhatiannya.

Ponsel Scarletta berdering, gadis itu meraih benda pipih dari saku rok seragamnya. Senyumnya terukir lebar, tertera nama Riyu di layar.

"Iya, kenapa?" ujar Scarletta seraya tetap meneruskan langkah kakinya.

"Udah baca surat kemarin belum?" jawab Riyu dari seberang.

Dahi Scarletta mengkerut. "Surat?" herannya, "Surat apa?"

"Tuh, kan. Gue bilang kemarin apa? Gue titip surat di tas lo. Lupa, ya?"

Scarletta mengetuk dahinya beberapa kali, kemudian mendesah pelan setelah ingat percakapannya dengan Riyu melalui telepon saat di kantin kemarin.

"Iya, maaf lupa," kekeh Scarletta pelan. "Mau dibaca sekarang?'

"Eh, jangan. Jangan di sini. Malu," tolak Riyu cepat. Dari suaranya, jelas lelaki itu tertawa kecil.

"Kenapa malu, sih? Kan cuma gue—"

"Ya udah, nanti pulang sekolah, kita baca bareng. Di rumah kamu. Mau?"

Scarletta bergumam sebentar, "Hm .... gimana, ya?"

"Ayolah, please. Mau, ya? Luangin waktu sebentar buat aku."

"Iya, mau," angguk Scarletta. Bibirnya tak henti mengulum senyum.

"Oke. Buruan ke sini. Aku tungguin kamu di depan gerbang, ya."

Lagi-lagi Scarletta merasa bahagia. Perutnya seperti diterbangi ribuan kupu-kupu. Pipinya memanas, rona merah terciprat di kedua bidang rahangnya.

"Iya, see you," ucapnya lembut.

"Ta, tunggu. Jangan ditutup dulu."

Alis Scarletta terangkat tinggi. "Kenapa?"

Riyu terdiam beberapa detik, suaranya berubah pelan, begitu dalam. "Nggak tahu kenapa ... perasaan aku tiba-tiba nggak enak—"

"Letta ... bisa ngomong bentar?"

Scarletta menoleh ke sumber suara, tepatnya ke arah seorang gadis yang berdiri dengan tatapan sedih di belakangnya.

"Ta, halo?"

"Yu, nanti dulu, ya. Aku ada perlu sebentar," ujar Scarletta, kemudian langsung memutus sambungan telepon sepihak.

Helaan napas kasar terembus dari paru-paru Scarletta. Ia melipat tangan di bawah dada, memandangi gadis itu dengan tatapan tidak suka.

"Mau ngomong apa lo?"

"Aku mau ngomong empat mata sama kamu, sebagai sesama wanita. Mau, kan?" Aluna maju dua langkah, berdiri berhadapan dengan Scarletta.

"Ngomong di sini aja. Gue buru-buru. Nggak ada waktu ladenin cewek ganjen kayak lo!" dengkus Scarletta seraya berdecak kesal.

Aluna menggeleng cepat. "Jangan di sini. Kita bicara di kolam berenang aja. Di sini rame."

Scarletta memutar bola matanya, "Iya udah."

o0~AMU~0o

Riyu menghubungi Scarletta beberapa kali, tapi sayang, tidak ada jawaban. Perasaan lelaki itu mulai tidak tenang. Akhirnya ia memutuskan untuk mencari Scarletta ke dalam sekolah.

Lelaki itu berlari-lari kecil menelusuri hamparan paving block menuju dalam sekolah. Sesekali ia mengecek layar ponselnya, berharap Scarletta meneleponnya atau sekedar memberi kabar. Nyatanya, nihil. Gadis itu sama sekali tidak ada kabar.

"Woi, mau ke mana lo?"

Suara Jefri menghentikan langkah Riyu. Lelaki itu menoleh. Jefri berjalan bersama Niken, menatapnya dengan raut keheranan.

"Lihat Letta, nggak?" cemas Riyu.

Niken mengerutkan dahi, mengangkat bahunya. "Mana gue tahu. Belakangan ini Letta sibuk sama lo, kan?"

"Iya. Tapi—"

"Tanya Linggar coba," potong Jefri cepat.

"Di mana Linggar?" desak Riyu.

"Linggar masih di kelas—"

"Oke, makasih." Riyu lansung berlari meninggalkan Niken dan Jefri yang belum selesai bicara.

Jefri dan Niken tidak tenang. Mereka memutuskan untuk menyusul Riyu dari belakang.


o0~AMU~0o

"Mau ngomong apa lo?"

Scarletta menatap Aluna dengan raut kesal. Mereka berada di kolam berenang belakang sekolah. Kolam yang saat ini sedang dalam masa perbaikan, sehingga belum bisa digunakan untuk ekskul renang.

"Woi, lo ngapain ajak gue ke sini, kalau lo cuma diam kayak gitu. Gue buru-buru!" teriak Scaretta.

Aluna menatap Scarletta sendu. Kemudian menghela napas panjang sebelum mulai bicara. "Mau cerita semuanya sama kamu. Kamu berhak tahu siapa aku, Riyu dan Linggar. Siapa kami, dan siapa kamu di hidup mereka!"

Alis Scarletta terangkat tinggi. "Maksud lo apa, sih?"

Bibir Aluna tersenyum miring. Alisnya terangkat sebelah. "Kamu cuma sampah di hidup Riyu. Dan kamu cuma pelampiasan saat Linggar bosan sama aku."

Mulut Scarletta menganga lebar. Jantungnya begitu sakit ketika Aluna menyebut nama Linggar. "Kenapa Li—Linggar?" ucapnya dengan deru napas yang tak lagi beraturan.

Gelegar tawa keluar dari bibir Aluna. "Kamu tahu, nggak, Lett ...." Ia berjalan ke depan, menyejajarkan diri dengan Scarletta. "Linggar itu, mantan aku!"

Bagai tersambar petir di siang bolong rasanya ketika Scarletta tahu jika Linggar adalah mantan Aluna. Benarkah ini? Dirinya terhuyung, merasakan sakit bertubi-tubi di sekujur tubuhnya.

"Nggak. Nggak mungkin!" sanggah Scarletta. "Linggar nggak pernah cerita sama gue!"

Aluna mendecakkan lidah beberapa kali. "Kasihan, ya, kamu? Linggar yang sok suci di depan kamu, ternyata malah ....," ucapan Aluna terhenti, disambut suara tawa yang keluar dari mulutnya.

Scarletta memelototkan mata, mengguncang bahu Aluna dengan kencang. "MAKSUD LO APA? LO MAU FITNAH ORANG-ORANG TERDEKAT GUE? LO MAU APA, HAH?"

Aluna meringis kesakitan. "Sakit, Letta—awh—kamu kasar!"

"Jangan drama lo, Setan!" Scarletta mendorong kasar tubuh Aluna hingga gadis itu jatuh ke lantai.

"Terus, Lett. Terus kasarin aku. Maka kamu akan semakin dibenci orang-orang, dan aku semakin dijunjung tinggi!"

Bola mata Scarletta memerah, seolah ingin menerkam Aluna hidup-hidup. Kesabaran Scarletta sudah habis. Ia mengepalkan tangan, berniat menghabisi Aluna.

"Dengar, ya, Letta. Selama ini aku udah banyak menang dari kamu. Buktinya, aku selalu jadi permata di mata Riyu, dan kamu selalu jadi debu. Debu yang nggak ada artinya!"

"Anj—"

"Kamu pintar," potong Aluna, "tapi hidup butuh lebih dari sekedar pintar. Yaitu ... berpintar-pintar. Kayak aku, main halus!"

Tubuh Scarletta bergetar hebat. "Habis lo detik ini di tangan gue. Lo sakit jiwa!"

"Aku bisa dapatin apa yang aku mau dengan muka lugu ini. Dari kecil aku jerat Riyu, aku ikat Riyu buat selalu ada di sisiku. Sementara hati aku buat Linggar. Kami jalanin hubungan di belakang Riyu. Ah, pokoknya menyenangkan jadi aku!"

Napas Scarletta semakin sesak mendengar penuturan Aluna. Tentang Riyu dan Linggar, otaknya tidak lagi bisa berpikir normal. Scarletta hancur, terpuruk bersama kenyataan pahit yang harus diterimanya.

"Ya, Letta. Riyu itu budak aku. Enak manfaatin Riyu. Otaknya gampang dicuci," ucap Aluna tanpa beban.

"Kamu tahu, nggak, aku dan Linggar udah jadian dua tahun," Aluna mengangkat dua jarinya ke udara, "di waktu yang bersamaan saat aku jadian sama Riyu. Yang satu LDR, yang satu lagi tukang antar jemput ke sekolah," ungkap Aluna seraya menyeringai.

Kerongkongan Scarletta terasa panas, sulit baginya berkata apa pun, terlebih jika menyangkut soal Riyu. Tangannya tiba-tiba lemah, jantungnya sakit, seperti dihantam benda keras bertubi-tubi.

"Itu belum seberapa, Letta sayang," ujar Aluna dengan suara feminimnya. "Ada satu kenyataan lagi yang perlu kamu tahu!"

o0~AMU~0o

"Nggar! Letta mana?!"

Riyu sampai di kelas, tepatnya di samping meja Linggar. Linggar yang sedang menyandarkan kepala ke atas meja mengangkat wajahnya, menatap Riyu dengan raut heran.

"Mana gue tahu. Letta sama lo akhir-akhir ini. Kenapa tanya gue, hah?!"

Jantung Riyu semakin berdetak tak beraturan. Lelaki itu mengacak rambut, bingung harus mencari Scarletta ke mana lagi.

Linggar berdiri dari tempat duduknya. "LO APAIN LETTA? KENAPA BISA LO TANYA KE GUE SEMENTARA DIA SAMA LO TERUS, HAH?"

"Tadi terakhir gue teleponan sama dia, tapi tiba-tiba dia mutusin sambungan telepon. Gue hubungin lagi nggak bisa-bisa!" sanggah Riyu.

Linggar merubah raut wajahnya. "ARGH! KALAU LO NGGAK BISA JAGAIN DIA, MENDING LO MUNDUR!"

"NAJIS. NYESAL GUE TANYA KE LO!"

"BANGSAT. GARA-GARA LO LETTA SELALU NANGIS, SELALU TERSIKSA. MIKIR PAKAI OTAK, DONG!"

"Woi, nggak usah berantem sekarang! Teman gue dalam masalah, dan lo malah sibuk mikirin ego lo masing-masing? Brengsek lo pada!" dengkus Niken seraya membanting pintu kelas.

Riyu dan Linggar sama-sama menarik napas panjang, meredakan emosi yang hampir meluap di waktu yang tidak tepat.

"Mending kita mencar. Itu akan lebih cepat buat temuin Letta," usul Jefri.

Riyu dan Linggar mengangguk setuju. Mereka berlari ke luar kelas, mencari Scarletta sesuai dengan arahan Niken.

o0~AMU~0o

Aluna menjentikkan jemarinya, menatap Scarletta dengan ekspresi penuh kemenangan. Gadis itu melangkah pelan, menuju pinggir kolam berenang. Telunjuknya mengacung ke permukaan air kolam yang berwarna biru pekat.

Ya, ia berdiri di bagian kolam yang tingginya kira-kira mencapai lima meter.

"Kamu lihat air itu, Letta?" ucap Aluna, "Itu impian kamu, kan? Pengen berenang di sana, pengen jadi atlit renang."

"Dari mana lo tahu, hah?!" dengkus Scarletta. Napasnya memburu, sulit baginya menghirup oksigen dengan tenang.

"Dan kenyataannya, kamu sama sekali nggak bisa renang, nggak bisa raih cita-cita kamu," kata Aluna dengan bangga.

Bola mata Scarletta memanas. Linangan mulai menggenangi iris matanya.

"Semua itu karena Riyu. Wah, salut aku, Letta. Segitu cintanya kamu sama pacar aku sampai rela berkorban nyawa, mempertaruhkan cita-cita demi dia."

Mata Scarletta membelalak. Air mata yang sedari tadi ia tahan perlahan turun membasahi pipi. Dari mana Aluna tahu semua ini? Rahasia yang ia sembunyikan bertahun lamanya, yang tidak ingin ia bagi pada semua orang kecuali Linggar dan Niken.

"Tahu dari mana lo, Njing?" Scarletta memelintir samping rok seragamnya.

"KARENA AKU ADA DI LOKASI KEJADIAN, LETTA. AKU YANG NGAKU-NGAKU UDAH SELAMATIN RIYU, YANG UDAH TOLONGIN DIA HINGGA DIA NGGAK JADI MATI HARI ITU."

"APA?!" Scarletta memegangi jantungnya yang begitu sakit.

"SEMENTARA KAMU, HANYA MENJADI CEWEK MENYEDIHKAN YANG KEHILANGAN SEGALANYA. KAMU YANG BERKORBAN, AKU YANG DAPAT NAMA."

Baru saja Scarletta membuka mulut, Aluna lebih dulu mengeluarkan suara, seolah tidak memberikan hak untuk Scarletta berkata apa pun.

"DAN YANG PERLU KAMU TAHU ...." Aluna menyeringai, lalu berkata, "LINGGAR UDAH BANTUIN AKU SELAMA INI. LINGGAR YANG JADI SAKSI PALSU ATAS PENGAKUAN AKU KE RIYU. WAH, COWOK ITU YANG KAMU ANGGAP SAHABAT? KEREN YA LINGGAR?"

"NGGAK MUNGKIN! JANGAN NGARANG LO JALANG!" Scarletta berteriak histeris, berusaha menjambak rambut Aluna. Tapi sayang, kali ini Aluna menepis kasar tangan Scarletta. Gadis itu menunjukkan sifat aslinya.

"JANGAN BERANI LO SENTUH GUE, YA!" Aluna berteriak, keluar dari zona polos dan lembutnya selama ini.

"LO SAKIT JIWA!" jerit Scarletta dengan mukanya yang memerah.

"IYA. GUE SAKIT JIWA, DAN ITU KARENA LO! LO YANG BUAT GUE NUNJUKIN SISI JAHAT GUE!" teriak Aluna.

"LO TAHU APA YANG LINGGAR LAKUIN KE GUE?" Aluna menunjuk dirinya sendiri. "DIA UDAH PAKAI GUE BUAT NAFSUNYA. SEKARANG BADAN GUE RUSAK, NGGAK ADA YANG MAU TANGGUNG JAWAB. LO PIKIR NGGAK SAKIT ADA DI POSISI GUE, HAH?!"

Kenyataan apa lagi ini, Tuhan? Scarletta memegangi dadanya yang kesakitan. Sejak tadi telinganya begitu panas mendengar fakta-fakta yang keluar dari bibir Aluna.

Bahu Aluna bergetar. Ia terisak dalam, menangis tersedu-sedu. "Gue hancur, Letta. Hancur ...."

Scarletta berdiri, merapikan roknya yang kotor karena pasir yang menempel di lantai. Ia menghampiri Aluna, menekan pergelangan tangan gadis itu.

"Gue nggak nyangka lo se-anjing ini, Lun!" dengkus Scarletta. "Lo yang udah hancurin hidup gue selama ini. Lo udah pisahin gue dari Riyu. Dan gue nggak akan biarin lo bahagia di atas penderitaan gue!"

Aluna melepaskan tangannya dari Scarletta. "Sakit!" rintihnya.

"ITU NGGAK SESAKIT APA YANG GUE RASAIN DARI DULU, YA. LO HARUS MENDERITA, ALUNA. LO UDAH BIKIN RIYU TERSIKSA, DAN GUE AKAN BALAS SEMUA ITU!"

Scarletta berjalan maju, Aluna melangkah mundur ke belakang. "Habis lo di tangan Gue!"

'Bagus, Letta. Ayo main fisik ke aku. Aku akan tunjukin siapa yang akan hancur setelah ini!' batin Aluna. Bibirnya tersenyum puas, seolah menantang Scarletta untuk melawannya.

Plak!

Plak!

Dua tamparan sekaligus berhasil dilayangkan Scarletta di pipi kanan dan kiri Aluna bergantian. Telapak tangan Scarletta meninggalkan bekas merah, menciptakan rasa panas di wajah gadis itu.

Aluna meringis kesakitan, "Terus tampar aku—awh!" jeritnya seraya tersenyum puas.

"SETAN!" Scarletta mendorong kasar tubuh Aluna, hingga gadis itu terjatuh ke lantai, tepat di pinggir kolam berenang.

Aluna tersenyum miring, "Makasih, Letta. Ini hari terakhir kamu bisa bahagia. Jika aku nggak bisa milikin Linggar dan Riyu, maka kamu harus hancur. Mari hancur bersama ...."

"Apa maksud lo—"

BYUR!

Aluna melemaskan otot-ototnya, menjatuhkan diri ke dalam kolam dengan kedalaman lima meter. Dalam hitungan detik, tubuh gadis itu menghilang ditelan air. Scarletta membelalakkan mata, berteriak histeris dengan apa yang barusan dilihatnya.

***

UDAH. IYA UDAH SELESAI PART NYA. GIMANA PERASAAN KAMU? ME: NO KOMEN. TUNGGU DI NEXT PART KALI YA? :) 

Next Part sih bakal pecah. Yakin cuma kepoin sampai di sini doang?? Ga mau nih aku up part selanjutnya? 

kalau mau dilanjut, harus 300 komen dulu ya, Sob. Aku jahat? Nggak kok. Baik!! karena apa ya, komen itu tuh kek nyemangatin gitu. Bikin kangen up terus pengen cepat-cepat ketemu kamu lagi. :) 

Pesan buat Scarletta? 

Buat Riyu? 

Buat Linggar? 

Buat Aluna? 

SPAM NEXT DONG BUAT PART SELANJUTNYA. LANJUTANNYA DI PART 37. MARI KITA TUNGGU APA YANG TERJADI!!!!!

.

.

.

🥰🥰🥰

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 132K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.9M 91.5K 40
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.5M 232K 39
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...