I Need to Escape from The Duk...

By headinthecloud23

161K 22.4K 425

Saat terbangun dari mimpi yang menyesakan, Celestine terbangun di ruangan yang familiar, tapi ruangan ini seh... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
EVENT!
Chapter 20
EVENT ANNOUNCEMENT!!
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56

Chapter 33

1.6K 271 5
By headinthecloud23

Warna dari lampu gantung di ruang makan itu terasa mengarah dan menerangi jalan Viori ke arah meja makan. Klak! Klak! Klak! Suara sepatu hak rendah Viori memenuhi ruangan yang diisi kensunyian dengan seluruh mata menatapinya. 

"Aku tidak menyangka kau akan mengenakan... ini." Lucius memandangi setiap jengkal gaun yang dipakai Viori, gaun itu masih secantik yang diingatnya. Gaun itu memang tidak pernah berwarna terang sedari awal, Renda-renda yang dijahit tangan oleh ibunya masih rapih tersusun di kerah dan ujung-ujung gaun itu. Yang paling mengagetkan adalah korset putih yang dibuat seukuran tubuh ibunya beberapa saat sebelum ia jatuh sakit. 

Mikhail menopang dagunya dengan jari telunjuk, ikutan memandangi Viori dari ujung kepala sampai ujung kaki. Balutan renda tipis warna ungu pucat yang mengepang rambutnya terlihat sedikit memantulkan cahaya dari lampu. 

Bahkan saat ia menarikan sebuah kursi untuk Viori, mata Lucius tidak lepas dari renda-renda di lengan gaun Viori yang bergerak seperti menari-nari senada dengan hentakan langkah kakinya. 

"Bisakah kalian.... berhenti memandangi ku seperti itu." Bahkan Reinhard dan koki yang sedang mendorong kereta makanan memelan dan terhenti untuk memandangi Viori. 

Lucius dan Mikhail mengerjap beberapa kali dan kembali memandangi cangkir teh yang ada di hadapan mereka. Viori yang awalnya khawatir karena tubuhnya yang makin terlihat pesakitan tiba-tiba mendapatkan ekstra kepercayaan diri karena reaksi mereka. Di kehidupan sebelumnya, Celestine tidak pernah memiliki waktu untuk peduli dengan apa yang dipakainya. Yang ada dipikirannya hanya apa yang harus dilakukannya untuk bisa makan esok hari. 

Tanpa sadar pipi Viori memerah menembus riasan tipisnya, rona merah itu justru terlihat menyatu seperti riasan yang disengaja. Viori tersenyum kecil sebelum berusaha menutupinya dengan menaikan secangkir teh menutupi bibirnya.

"Kau terlihat menakjubkan." Mikhail melempar pujian itu begitu mudahnya, ia bahkan tidak terbata sama sekali. 

Mata Viori malu-malu menemui tatapan Mikhail yang sedari tadi tidak terputus. 

"Ehem!" Lucius meletakan cangkir tehnya yang masih utuh agak kencang sehingga membuat suara 'Cling!' yang agak nyaring.

"Bagaimana kalau kita memulai makan siang ini." yang dikatakan bukanlah pernyataan melainkan pernyataan, Lucius menengok ke arah koki istana yang sekarang sudah berada di samping-samping mereka dengan piring makan yang ditudungi. 

"Menu hari ini adalah stik domba dengan saus jamur dan asparagus." Koki itu agak membungkuk dan dengan perlahan membuka tudung saji, uap dari piring itu naik dan sedikit menghampiri mata Viori. 

"Maafkan saya Pangeran Mikhail atas keterlambatan saya menyambut kedatangan anda." Viori bertukar pandang dengan Lucius beberapa saat sebelum memutuskan bahwa ia seharusnya bicara formal dengan Mikhail, secara ia datang kesini dengan kunjungan resmi.

"Tidak perlu meminta maaf, Duchess. Saya bersedia menunggu anda selama apapun." Senyuman Mikhail sepertinya berkompetisi dengan keindahan arsitektus Istana Altair, saat ia tersenyum seolah bunga-bunga yang dipajang ditaruh di vas bunga bermekaran dan menjadi latar belakang senyumannya. 

"Kami tadi sedang berbincang mengenai banyaknya bantuan yang telah diberikan oleh Pangeran Mikhail kepada istri saya selama perjalanan kecilnya di ibukota." Lucius tidak hanya menekankan kata 'istri saya' dengan nada bicaranya tetapi juga dengan tangan kanannya yang sesaat menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan masalah, untuk Duchess saya bersedia melakukan lebih dari menjaga perjalanan kecilnya di ibukota." Lagi-lagi, Mikhail dengan mulutnya yang semanis madu. 'Lucius harus belajar banyak dari Mikhail.' pikir Viori dalam hati. Walaupun akhir-akhir ini intensi Lucius baik, tapi mulutnya sepertinya tidak sejalan dengan isi hatinya.

Percakapan makan siang itu dpenuhi dengan Lucius yang terus-menerus menyinggung masalah perjalanan Viori ke ibukota dan pertemanannya dengan Mikhail, dibalas dengan Mikhial yang terus-menerut mengubah arah perbincangan untuk memuji Viori dan meledek Lucius.

"Kurasa pertemuan kali ini cukup sampai disini dulu." Lucius menyunggikan senyum bisnisnya.

"Sekretaris saya akan mengantarkan anda ke kamar tamu, jika ada yang dibutuhkan pangeran cukup membunyikan bel dan ksatria jaga yang saya taruh didepan kamar anda akan membawakannya." Reinhard bergerak ke samping Mikhail dan menuntunnya keluar dari ruang makan.

"Ia akan menginap?" tanya Viori sambil perlahan menyeka riasan bibirnya yang sedikit luntur setelah minum.

"Pangeran Mikhail akan menginap selama beberapa hari, dikarenakan perbatasan Kerajaan Vennia yang sepertinya sedang banyak masalah. Jadi untuk keamanannya dan menjaga perdamaian antar kerajaan, aku memutuskan lebih baik ia menginap."

"Aku tidak menyangka." 

"Tidak menyangka apa?"

"Tidak menyangka kau belum mengajaknya ribut, mengingat kau begitu membenci hadiah-hadiah yang dikirimkannya selama aku sakit."

Lucius malah tertawa, ia sendiri tidak habis pikir. Setelah kedatangan Viori ke ruang makan, rasanya tensi yang tadinya naik karena berbicang dengan Mikhail langsung turun dan dirinya langsung melunak.

"Kau bisa berterimakasih kepada dirimu sendiri untuk itu." 

Viori tidak begitu menangkap apa maksud Lucius tapi ia mengangguk pelan saja.

"Oh iya, tadi kau bilang ini gaun... ibumu?" Viori mengingat perkataan Lucius awal tadi, ia menahan rasa penasarannya karena rasanya tidak pantas menanyakan mengenai masalah pribadi Lucius didepan tamu negara. 

"Gaun buatan ibuku." Lucius memandang jauh ke bagian kosong di ruang makan.

"Mari, akan kujelaskan di ruang kerjaku." Lucius menyodorkan tangannya untuk menuntun Viori. 

Sepanjang perjalanan kembali ke ruang kerjanya, Lucius tidak sekalipun melepaskan genggaman tangannya dengan Viori, malahan genggamannya makin kencang makin mereka mendekati akhir perjalanan. 

Di dalam ruang kerjanya, Lucius menggeser salah satu rak bukunya yang sejajar dengan pintu masuk, disingkapnya lemari berisikan berton-ton buku dengan satu tangan. Dibaliknya terdapat sebuah lukisan potret seseorang, ukuran lukisan itu jauh lebih kecil dibanding potret-potret yang Viori sering lihat menghiasi dinding lorong pintu masuk Istana Altair atau Istana Sirius. Lukisan itu sudah sedikit buram, sepertinya cairan yang melapisi lukisan itu meleleh sehingga warna-warnanya tidak terlindungi dengan baik. Potret itu menggambarkan seorang wanita yang terduduk dengan gaun warna hijau tua, rambutnya panjang, sangat panjang bahkan sampai ujungnya tidak terlukis. Rambutnya berwarna hitam pekat, warna yang sudah biasa Viori lihat, warna hitam kemerlap seperti langit malam. Matanya berwarna hijau tua senada dengan warna velvet bajunya. 

"Ini... ibumu?" Pandangan mata Viori tidak bisa lepas dari potret itu. Walaupun agak buram, tapi sorot mata sayu wanita itu menggambarkan keteduhan yang hangat, sesuatu yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. 

"Aku memiliki masa kecil yang... lumayan wajar. Ibuku tidak berasal dari sini. Ia adalah putri kerajaan tetangga, ia dinikahkan dengan, ehm- ayahku yang merupakan Duke sebagai ganti perjanjian politik."

Viori tidak tahu harus bereaksi seperti apa, masa lalu Lucius tidak pernah dibahas sejauh itu didalam webtoon. 

"Tapi begitu usiaku menginjak enam tahun, ibu dan aku yang tadinya tinggal sendiri di istana kecil di pinggiran ibukota ditarik masuk kembali ke istana utama. Bersama dengan lima orang saudara tiri, ayahku mengadakan.... sayembara, atau kau bisa menyebutnya perebutan takhta."

Seperti bisa menebak alur cerita Lucius, wajah Viori reflek sedih.

"Istri-istri dari ayahku berlomba-lomba dengan anak mereka. Ibu tidak pernah ingin aku bersaing, tapi nyawa kami berada dalam bahaya jika kami menyerah. "

Tiba-tiba Viori merasa mengingat secuil penjelasan singkat diantara berparagraf-paragraf penjelasan yang dibacanya di webtoon. 'Lucius membunuh saudara-saudaranya untuk takhta Duke setelah ibunya meninggal.'

"Aku melakukan segalanya untuk bertahan, tapi ibu jatuh sakit dan meninggal tiga tahun sebelum aku naik takhta. "

Lucius memegang ujung lengan gaun Viori yang sedikit berenda. "Saat sedang sakit parah, ibu membuat gaun ini untuk.... pasanganku di masa depan." Suaranya agak memelan di akhir kalimat.

"Itulah kenapa gaun ini ada di lemari pakaianku?" Viori masih tidak habis pikir bagaimana bisa gaun sepenting ini berakhir di ujung lemari pakaiannya, tertumpuk dengan gaun-gaun lain. 

"Aku ingat dulu menyimpannya baik-baik di lemari pakaianku, mungkin salah satu dayang baru membereskannya dan berpikir gaun itu salah tempat."

"Gaun ini sangat cantik." Viori setengah berputar ke kiri dan ke kanan membuat renda yang berada di ujung gaunnya bergerak seperti ombak yang saling bertabrakan. 

"Dan sangat cantik kau kenakan." Lucius masih tidak bisa menatap langsung mata Viori, 'Lumayan, perkembangan' pikir Viori sambil tersenyum.




Continue Reading

You'll Also Like

307K 12.5K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.3M 254K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
970K 47.4K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
625K 99.6K 39
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...