Chapter 24

2.9K 462 4
                                    

Reinhard yang sedari tadi berdiri terdiam tiba-tiba mendekatkan diri barangkali dirinya harus mencegah Lucius mengamuk, tapi bukannya marah Lucius justru menjatuhkan punggungnya dan menatap Marquis dengan mata lelah. Ia menghela napas lalu meneguk tehnya.

"Bolehkan saya tanya mengenai alasan Marquis ingin membaca kembali Viori?"

Marquis dengan enggan meletakan kembali cerutunya yang sedari tadi tidak ada hentinya ia hisap. "Saya dengar Viori memiliki mana berlebih, saya berniat membawanya kembali dan melatihnya menjadi penyihir."

'Dia yang tidak pernah peduli dengan Viori yang sakit-sakitan sekarang ingin mengambil kembali Viori hanya karena ia punya bakat menjadi penyihir?' Lucius benar-benar tidak habis pikir, ia ingin sekali rasanya ingin mengusir Marquis keluar saat itu juga, tetapi pikiran logisnya tau ia hanya akan membuat lebih banyak masalah dengan melakukan itu.

"Keadaan tubuh Viori sangatlah lemah, bukanlah lebih baik menunggunya sadar terlebih dahulu?"

"Justru karena fisiknya masih lemah, saya tidak yakin tetap berada di kediaman Duke adalah pilihan yang terbaik." Marquis menaikan tangannya memberi tanda, lalu seorang yang terlihat seperti ajudannya memberikan setumpuk dokumen.

"Saya menemukan bukti bahwa penyebab Duke membutuhkan transfer mana adalah karena seseorang berhasil meracuni Duke dengan racun jenis baru yang belum bisa diidentifikasi. Mana bisa saya meninggalkan anak yang saya sayangi dalam keadaan berbahaya seperti itu!" Marquis membanting lembaran kertas-kertas itu ke depan Lucius.

Dentingan suara jam dinding mengisi kesunyian di ruangan itu, Lucius sekarang terdiam sambil menahan emosinya. 'Dia menikahkan Viori denganku padahal ia tau aku sama sekali tidak ingin menikah, ia bahkan tidak peduli saat Viori hampir tenggelam di danau dan baru sekarang ia ingin mengambil kembali Viori!?' Rahang Lucius mengeras sambil menahan keinginannya untuk menghunuskan pedang ke arah ayah mertuanya.

"Koreksi jika saya salah, mendengar Marquis tidak yakin akan mengembalikan Viori kesini, apakah Marquis bermaksud menceraikan saya dan Viori?". Berbagai pikiran melewati otak Lucius sampai akhirnya ia menemukan satu ide yang lumayan meyakinkan.

"Apa yang akan anda lakukan kalau saya menjawab iya?" Ke aroganan Marquis tidak bisa ditutupi.

"Apakah Marquis lupa bahwa sejak masa pemerintahan Emperor Androry, ia telah mengubah undang-undang pernikahan yang menyatakan bahwa pihak wanita tidak memiliki hak untuk mengajukan cerai dan gugatan cerai hanya bisa diajukan oleh ayahnya selaku kepala keluarga?"

Marquis tertegun dan berhenti menghisap cerutunya. Wajahnya membeku sejenak, lalu menengok ke arah sekretarisnya yang sedari tadi berdiri disamping sofa. Marquis menatap sekretarisnya yang menundukan wajahnya, tatapan Marquis berubah marah dan murka. Mungkin saja karena sekretarisnya tidak menyadari perubahan undang-undang ini.

"Jika Marquis menginginkan saya dan Viori bercerai, anda harus menunggu Viori sadarkan diri dan membuatnya mengajukan gugatan sendiri. Anda sudah tidak mempunyai hak untuk melakukan itu." Lucius tidak bisa menahan ujung bibirnya untuk membentuk senyum puas. Ada untungnya juga ia susah payah membantu Emperor Androry merombak undang-undang kerajaan yang sangat ribet itu.

"Anda pikir saya tidak bisa membuat Viori menggugat cerai anda!? Tunggu saja, saat Viori sadarkan diri saya akan menjemputnya dan dia tidak akan pernah kembali lagi kesini!", hentakan tongkat Marquis menggema memenuhi ruangan. Tanpa dipersilahkan keluar ia berjalan keluar dengan penuh amarah.

Sekretarisnya menunduk memberikan hormat sebelum pergi mengikuti tuannya yang menghentakan kakinya sembari menggumamkan makian.

"Huft..... saya hampir saja memanggil Sir Sieghart karena saya pikir Duke akan menyerang Marquis." Reinhard menghela napas sambil menyenderkan kepalanya ke tembok. Bekerja sebagai tangan kanan Lucius memang penuh dengan momen-momen menegangkan sehingga seharusnya ia sudah terbiasa menangani amarah Lucius, tapi yang barusan itu luar biasa menegangkan.

Reinhard sungguh tidak bisa berpikir apa yang harus ia lakukan kalau-kalau Lucius menyerang Marquis yang sudah tua bangka itu. Keluarga-keluarga yang berada di belakang Marquis Derien bukanlah keluarga yang bisa diremehkan, pertikaian dengan keluarga Derien hanya akan menjadi masalah panjang yang memusingkan.

"Aku hampir saja menghajarnya dengan asbak cerutunya barusan." Perlahan Lucius mengatur napasnya seolah-olah ia sedari tadi menahan amarahnya bersama dengan tarikan napasnya.

---

Sudah seminggu tanpa terlewat satu haripun, hadiah-hadiah dari Mikhail memenuhi kamar Viori. Hari itu tidak hanya kiriman dari pelayan Mikhail yang datang tapi juga pelayan Emperor Androry yang datang mengirimkan kembali ramuan berbotol merah itu beserta hasil uji keamanan dari tabib kerajaan.

Kunjungan Lucius ke Istana Altair yang makin sering ditahan oleh Reinhard yang masih kurang tidur karena pekerjaan Lucius yang terua menerus terhenti karena fokus Lucius yang tidak bisa berhenti mengkhawatirkan Viori.

Sebenarnya Lucius berharap Viori akan sadarkan diri tanpa ramuan itu sehingga ia tidak harus mengambil resiko menggunakan ramuan yang tidak umun itu, tetapi sampai ramuan itu kembali dikirim Viori masih berbaring lemah.

"Sampaikan terimakasih ku pada Emperor Androry, katakan juga aku akan segera berkunjung kesana." Pelayan tersebut menyerahkan sepucuk surat dan kotak emas berbantalkan bludru untuk memastikan ramuan itu aman sampai tujuan.

Lucius seakan menarik napasnya sejenak, ia tidak tahu apa yang harus dia ekspektasikan dari hasil uji coba ramuan ini. Ia sangat berharap ramuan ini bisa membantu pemulihan Viori, tapi di dalam lubuk hatinya ia marah pada dirinya sendiri karena bukan dia yang menemukan ramuan ini.

Kepada yang terhormat Duke Lucius de Nerva,

Berikut adalah hasil uji coba yang telah saya (sebagai tabib kerajaan) jalankan kepada ramuan tersebut selaku perintah dari Emperor Androry.

Tingkat efektivitas : 5/5

Tingkat keamanan : 3/5

Tingkat resiko kegagalan : 1/5

Kesimpulan : Secara kemurnian bahan baku, saya bisa menjamin keamanannya tetapi saya belum pernah melihat kombinasi ini sebelumnya dan tidak dapat secara pasti mengatakan bahwa ramuan tersebut akan aman digunakan pada ketidakstablian mana separah Duchess Viori. Saya pada bagian lain bisa memastikan efektivitasnya terhadap ketidakstabilan mana, ramuan ini pasti bisa memperbaiki atau setidaknya membantu pemulihan Duchess. Saya menyarankan ramuan ini digunakan bertahap sambil memantau efeknya terhadap keadaan Duchess. Lebih baik jika menggunakan setengah botol ini terlebih dahulu, dan memberikan setengahnya lagi bila dirasa diperlukan.

Sekian laporan hasil uji keamanan ramuan tersebut.

Surat itu dilipat kembali dan diserahkan kepada Reinhard. "Tolong panggilkan tabib pribadiku." Reinhard yang mendengar perintah itu segera undur diri dan bergegas memanggil tabib

Tabib itu datang sambil setengah berlari, sepertinya ia juga sudah menunggu momen ini.
Lucius, Reinhard, Rena dan tabib itu mendekati kasur dimana Viori masih terbaring diam. Bahkan Sieghart pun tidak bisa menahan rasa penasarannya dan melongok lewat celah pintu.

Perlahan Lucius mendudukan Viori dan menopangnya dengan satu tangan,  lalu dibukanya botol ramuan itu.

'Tolong bangunlah.' Lucius bergumam sambil menuangkan setengah dari ramuan itu, walaupun agak lama sepertinya ramuan itu sedikit demi sedikit tertelan.

Ruangan itu dilingkupi keheningan yang menegangkan, tidak ada satupun dari mereka yang berani bersuara.

Beberapa menit telah berlalu setelah Lucius menuangkan setengah botol ramuan itu, belum ada reaksi apapun.

Lucius spontan menengok ke arah tabibnya seolah menuntut penjelasan.

"Duchess!" Rena berteriak karena melihat kelopak mata Viori yang terbuka.

"Duchess telah bangun!" Reinhard seolah mengumumkan tidak hanya pada seisi ruangan itu tetapi juga pada ksatria yang menunggu diluar pintu.

Viori membuka kelopak matanya lemah, hal yang pertama dilihatnya adalah wajah Lucius yang hampir memenuhi seluruh area pandangnya. Lalu ia mendengar suara setengah serak Reinhard yang berteriak.

'Ini terasa familiar... seperti saat aku pertama datang kesini.' Pikir Viori lemah sambil berusaha menahan kelopak matanya jatuh kembali.

Dan sama seperti waktu pertama ia datang, ia kembali kalah dan jatuh tertidur.

I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang