Chapter 46

928 153 7
                                    

Lucius berhasil membuat Emperor Androry dan separuh bangsawan -yang diam-diam mencari informasi mengenai percobaan pembunuhan Lucius, terngaga dan dipenuhi kebingungan.

Emperor Androry untuk sesaat terkesiap tetapi dengan cepat bersikap tenang, "Tentu, sebenarnya aku sudah mempersiapkan sedikit rencana pembangunan infrastruktur disana, sekarang kau bisa menanganinya secara personal."

Viori menengok ke kiri dan kanan seolah menunggu seseorang menjelaskan apa yang sedang terjadi padanya. Rena yang berdiri agak jauh bersama deretan pelayan lainnya menunjuk Sieghart dan membuat gestur 'minum'.

Untuk beberapa saat wajah Viori hanya bereaksi seperti, "????" lalu tiba-tiba seperti sebuah bohlam keluar dari atas kepalanya, ia berkata "Ah! Daerah asal Sieghart yang membuat ramuan obat!" suaranya tidak sengaja agak kencang membuat Lucius refleks mengeluarkan suara 'sssttt'.

Lucius tersenyum kecil. Ia awalnya resah karena ia tiba-tiba dipersembahkan hasil buruan terbaik -padahal awalnya ia yang bermaksud mempersembahkan buruannya untuk Viori, tetapi sekarang ia merasa sangat senang dan bangga akan Viori.

Kekecewaanya karena tidak mendapat pita bordir dari Viori terlupakan begitu saja, Lucius dengan bangga memakai mahkota bunga itu sambil menyapa para bangsawan.

"Sungguh mengagumkan! Saya tidak menyangka Duchess juga sangat berbakat!" Marquis Rochie yang sudah tua dan bungkuk tidak kalah cepat membalap para bangsawan untuk menyelamati Viori. Marquis Rochie adalah mantan peminpin jajaran ksatria pelindung kerajaan, sehingga 'penampilan' Viori melawan Baron Pierre barusan sangatlah menarik.

"Terimakasih Marquis, itu bukan apa-apa." Viori sungguh bermaksud bahwa aksinya bukanlah hal besar, ia hanya beruntung karena mendapat senjata yang tepat di saat yang tepat.

"Tidak tidak, saya tidak pernah melihat senjata sekuat itu hanya dengan satu peluru, kalau boleh lancang, bolehkah saya tau senjata apa yang Duchess gunakan?" Pertanyaan Marquis Rochie seolah mewakilkan pertanyaan semua bangsawan yang sedari tadi ragu-ragu bertanya -takut Viori menembak mereka seperti Baron Pierre.

Viori menoleh ke arah Lucius yang sedari tadi hanya berdiri di sampingnya sambil menatapinya dengan kagum, Viori memberi tanda dengan matanya seolah bertanya 'bolehkah kujawab pertanyaan itu?'.

Lucius mengangguk pelan, ia sendiri juga penasaran dengan senjata itu namun ia tidak sempat bertanya.

"Sebenarnya senjata yang saya gunakan hanyalah crossbow biasa, tetapi ujungnya saya ubah dengan mutiara mana." Viori mengangkat telunjuknya seolah memberi tanda, Rena yang masih berdiri di belakang platform maju membawa senjata yang tadi dibungkusnya dibalik tas bahan satin supaya tidak terlihat seperti senjata.

Viori mengeluarkan salah satu anak panahnya dan menunjuk mutiara di ujungnya.

"Jika pecah, mutiara ini akan menghasilkan ledakan besar, seperti yang saya contohkan barusan." Beberapa bangsawan membulatkan mulutnya seolah berkata 'ooh' dengan wajah penuh kagum.

"Saya tidak pernah melihat hal itu sebelumnya! Sungguh penemuan yang luar biasa! Jaman sungguh telah berubah." Marquis Rochie mengamati ujung anak panah itu dengan teliti, ia mendekatkan mutiara itu sangat dekat sampai hampir menempel ke kacamatanya -maklum matanya sudah rabun parah.

"Apakah Duke Lucius tidak apa-apa dengan Duchess mengikuti pesta berburu?" Si rambut pirang tiba-tiba sudah berdiri dekat Marquis Rochie, mengajukan pertanyaan yang sepertinya diselipi maksud tertentu, mungkin memancing Lucius untuk memberikan jawaban yang tidak enak.

"Sejujurnya saya juga kaget, tetapi tidak heran. Duchess selalu bisa memberikan kejutan yang menyenangkan." Kali ini Lucius menahan senyumannya, ia tidak ingin menarik perhatian bangsawan dari Viori.

Dari banyaknya bangsawan yang sedang memperhatikan Lucius dan Viori, sepasang mata memandangi Viori dengan sangat lekat dari jauh. Mathilda dengan kipas kainnya yang dikibaskannya kecil-kecil tidak berhenti mencari kesalahan dari tingkah Viori, wajahnya tidak lagi dapat terulas senyum, makanya ia berusaha menutupinya dengan kipas. Yang berputar di pikirannya hanyalah pita bordir yang harusnya diterima oleh Lucius. 

'Harusnya pitaku dikenakan di pedang Lucius! Harusnya ia memenangkan pesta berburu ini! Harusnya ia mempersembahkan hasil buruannya kepadaku! Harusnya aku yang dihadiahi mahkota itu!" Mathilda memimpikan momen ini sebagai awal dari perjalanannya menjadi Duchess de Nerva. 

'Harusnya wanita sialan itu sudah mati! Harusnya aku sekarang sudah masuk ke Istana Sirius dan menjadi pendamping Lucius! Kalau saja kakak becus mengerjakan tugasnya!' bayang-bayang mahkota pesta berburu yang harusnya menjadi miliknya masih kuat di benaknya. 

Imajinasinya liar membayangkan cara-cara untuk mempermalukan dan menghancurkan Viori saat ini juga, namun semua itu berhenti saat ia menyadari bahwa Viori menatapnya balik, lalu dengan segera membuang muka. Tindakan itu menyulut amarah Mathilda, wajahnya merah penuh emosi dan ia hampir saja menyergap maju untuk menjambak rambut Viori yang dengan santainya masih menggandeng tangan Lucius sambil tersenyum. 

Viori yang sejujurnya sedikit menikmati pujian yang datang dari para bangsawan, ia diam-diam sangat menunggu efek samping dari merubah cerita dengan sangat fatal. Tidak hanya ia menghadiri acara bangsawan kelas atas bersama dengan Lucius -sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh pasangan tersebut di cerita aslinya, ia juga tiba-tiba menjadi pusat perhatian semua orang. Aslinya, Lucius bahkan harusnya tidak menghadiri pesta berburu apalagi pesta perayaannya. Tangan kanannya yang diapit oleh Lucius sedikit bergetar memikirkan efek samping apa yang akan ia lalui nanti. 

"Apakah kau baik-baik saja?" Lucius menjadi jauh lebih sensitif sejak Viori jatuh sakit sehingga ia sering mengkhawatirkan kondisi lingkungan Viori supaya tidak ada yang bisa membahayakan atau bahkan membuat Viori terlalu lelah. 

"Atensi dari para bangsawan hanya sedikit melelahkanku." Walaupun perhatian bangsawan melelahkan, yang lebih melelahkan dan membuatnya terus menerus tidak bisa tenang adalah tatapan mata Mathilda yang bisa ia rasakan bahkan dari balik kipasnya. 

'Apa yang harus aku lakukan kalau Mathilda mencoba untuk memperkenalkan dirinya kepada Lucius sekarang? Haruskah aku pergi sebelum itu?' Pikir Viori, matanya mengedar ke seluruh sisi ballroom mencari Sieghart. Walaupun Sieghart adalah kakaknya, Viori berharap ia tetap melaksanakan tugasnya sebagai ksatria keluarga Nerva dan melindunginya dari bahaya apapun -termasuk adiknya sendiri. 

"Bagaimana kalau kita segera pulang, puncak acaranya juga sudah selesai." Lucius berbisik perlahan, terselip diantara pujian-pujian dan pertanyaan dari para bangsawan yang bertubi-tubi. Viori mengangguk kecil, supaya tidak terlalu ketara didepan para bangsawan yang masih sangat bersemangat. 

"Sepertinya saya dan Duchess harus kembali terlebih dahulu, pesta berburu hari ini sepertinya mulai membuat kami lelah." Padahal biasanya Lucius hanya akan dengan dingin perlahan pergi iika ia sudah muak dengan percakapan bangsawan kelas atas, tetapi kali ini suasana hatinya sedang sangat bagus sehingga ia tidak mau merusak suasana dengan bersikap ketus. 

Para bangsawan secara perlahan menyurutkan perbincangan dan pujian yang dilontarkan, lalu mereka sedikit mundur dan membuka jalan untuk Lucius dan Viori supaya mereka bisa keluar dari lautan bangsawan ini. "Terimakasih, silahkan nikmati pestanya." Viori memberikan salam kecil sambil melangkah keluar seikit-sedikit. 

Bahkan dari jauh pun Mathilda bisa menemukan Lucius dan Viori karena pakaian mereka yang memantulkan cahaya, mereka berdua terlihat seperti bunga mawar yang perlahan-lahan terbawa angin keluar dari ruangan. 

"Lucius," Viori masih menjaga volume suaranya tetap rendah supaya para bangsawan tidak menguping. 

"Hm? Apakah kau kelelahan? Mau kugendong sampai ke kereta?" jawab Lucius tanpa jeda, suasana hatinya sangat bagus sampai ia benar-benar tidak peduli dengan pandangan para bangsawan kepadanya. Hari ini ia telah tampil jauh lebih lama dan menunjukan lebih banyak ekspresi didepan para bangsawan dibanding seumur hidupnya digabungkan. 

Mata Viori akhirnya bertemu dengan Sieghart yang ternyata ada di ujung ballroom, masih berjaga dengan pipinya yang merah. Wajah dan tengkuknya juga kelihatan merah, sepertinya seseorang memaksanya minum alkohol. Satu langkah lagi dan Viori akan berada di luar ruangan saat satu suara menghentikan segala pembicaraan dan aktivitas.

'PRANG!!!' asal suara itu dari tengah ballroom. Viori tidak bisa melihat apa yang terjadi ditengah sana, sedangkan Lucius sepertinya bisa melihat karena tinggi badannya yang melebihi rata-rata. Viori menepuk pundak Lucius hendak bertanya apa yang dilihatnya, tapi seseorang berteriak. 

"Mathilda!" Sieghart berlari lurus dari ujung ruangan. Dari sela-sela orang berdiri Viori bisa melihat suatu cairan mengalir di lantai. 




I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang