Chapter 54

656 78 2
                                    

Sieghart sepertinya sudah terbiasa mengikuti Viori yang berlari kesana kemari, tetapi kali ini wajahnya benar-benar panik. Ia berhenti bertanya mengenai alasan mengapa Viori berlari setelah lima kali tidak dijawab. Viori yang berlari sekuat tenaga bisa diikutinya dengan berjalan cepat tapi ia tidak mau membalap Viori dan menghentikan kepanikannya. 

BRAK! Viori membanting pintu kamarnya terbuka, ia bahkan tidak sabar untuk menunggu pintu itu dibukakan oleh pelayan lain. Ia membuka seluruh laci meja kerjanya, melemparkan satu demi satu tumpukan kertas dan buku-buku yang juga diselipkan banyak kertas. 

Sieghart hanya boleh menunggu sampai depan kamar Viori, tapi kedua pintu kamar Viori terbuka lebar sehingga ia tidak perlu bersusah payah mencoba melihat apa yang Viori sedang lakukan.

"Dimana itu, dimana, dimana, dimana" Viori bahkan sudah tidak bergumam lagi, ia terus menerus berbicara dengan dirinya sendiri sambil mengobrak-ngabrik seluruh kamarnya. 

"Ketemu!" Ia akhirnya mengangkat secari kertas, kertas itu lecak dengan tulisan tinta yang luntur. Sieghart tidak bisa mengenali apa yang tertulis didalamnya dari jarak jauh tetapi dengan segera Viori bergumam membacakan isi kertas itu pada dirinya sendiri,

"Keluarga Arden yang dicintai rakyat tewas dalam......" kata-kata Viori makin tidak jelas mendekati akhir kalimatnya sehingga Sieghart tidak mengetahui sepenuhnya apa yang tertulis di kertas itu, tetapi yang  pasti itu berhubungan dengan Keluarga Arden yang sepertinya berada dalam bahaya. 

Alisnya hampir berkerut dan menunjukan kekagetannya tetapi ia mempertahankan ekspresi tenang dan tidak memberikan reaksi berlebihan. 

"Apakah anda baik-baik saja, Duchess?"

Rambut Viori berantakan setelah berlari melawan angin barusan, wajahnya panik dan pandangan matanya tidak fokus, ia bingung harus memberikan jawaban seperti apa.

'Haruskah aku membertahukan yang sebenarnya? Tapi tidak mungkin aku bisa menjelaskanya tanpa mengungkapkan bahwa aku berasal dari dunia lain dan aku megetahui masa depan.'

"Aku harus segera pergi." Hanya satu nama yang muncul di otak Viori. Satu-satunya orang yang bisa menolongnya menyelesaikan dilema ini. Ia sungguh sudah Mathilda.

Ksatria bawahan Sieghart yang berjaga sedikit jauh dari pintu segera bergerak dan berlari begitu melihat Sieghart memberikan perintah dengan satu jentikan jari.  Kereta kuda milih Viori disiapkan tanpa menunggu lama, Rena bersikeras menghentikan Viori untuk pergi keluar dengan rambut dan gaun berantakan. Setelah berdebat beberapa saat, Viori sadar bahwa opsi terbaiknya untuk menghemat waktu adalah dengan mendengarkan dan melakukan apa yang Rena mau.

Dengan rambut yang sekarang terkuncir rapih, gaun yang sangat sederhana dan topi lebar untuk musim panas berbahan jerami untuk menutupi wajahnya, Viori siap berangkat. Ia berpesan pada seluruh pelayan dan ksatrianya untuk memberi tahu Lucius bahwa ia sedang mengunjungi ibukota untuk mencari gaun musim panas.

Lucius menerima pesannya saat Viori sudah hampir setengah jalan menuju ibukota, dalam sekejap ia tahu tujuan sebenarnya Viori pergi ke ibukota. Viori yang seumur hidupnya terlalu malas untuk memilih sendiri gaun-gaunnya,  yang selalu menolak kegiatan diluar istana akhir-akhir ini karena gangguan dari pada bangsawan lainnya, tidak mungkin ke ibukota untuk berbelanja. 

"Viori pasti menemui orang itu lagi." Lucius hampir saja mengirimkan mata-mata untuk menyusul dan mengikuti Viori, tapi mengingat respon penuh emosi Viori di kejadian sebelumnya, Lucius mengurungkan niatnya dan hanya bisa berharap Viori kembali cepat-cepat.

----

Sudah lama Viori tidak mengunjungi Toko Buku Kronos, tetapi pemiliknya yang sekarang hampir sepuluh kali lipat lebih kaya berkat kedatangannya dan Mikhail yang terlalu sering beberapa bulan yang  lalu akan selalu mengingat Viori dan menyambutnya dengan hangat.

Viori dengan cepat memotong semua pembahasan basa-basi dan segera menitipkan surat yang ditulisnya barusan dijalan. Sebelum pergi ia sudah mengirim seekor merpati pengirim surat berisikan kutipan buku yang ia baca bersama Mikhail sebelumnya, memberikan tanda bahwa ia harus segera datang ke Toko Buku Kronos untuk mengambil pesan Viori yang sesungguhnya. 

Di saat-saat seperti ini Viori sangat merindukan kemudahan dan kecepatan telefon genggam, ia bisa dengan praktis mengirim pesan atau bahkan menelpon Mikhail dengan satu ketukan dan ia tidak harus menunggu dengan jantung yang tidak berhenti berdebar dengan kencang. 

"Kuharap ia segera berangkat begitu menerima merpati dariku!" Jarak mereka sebenarnya tidaklah jauh, namun mengetahui bahwa Mikhail adalah seorang pangeran yang masih aktif berpolitik, ia berharap setidaknya Mikhail bisa berangkat besok dan sampai besok malam. 

Viori berusaha menghindari kecurigaan dan tidak pulang dengan tangan kosong, selagi kembali ke kereta kudanya ia melihat toko kecil yang menjual gaun musim dingin. Dengan cepat ia memilih beberapa gaun yang menarik dan berwarna tidak begitu mencolok, memintanya dibungkus di beberapa kotak terpisah supaya bisa ditumpuk dan terlihat banyak. 

Hari sudah gelap saat Viori akhirnya sampai di Istana Altair, entah kenapa ia tahu ia akan menemukan Lucius menunggunya dengan tumpukan dokumen dan teh yang sudah dibiarkan dingin di kamarnya, maka dari itu ia tidak berniat berhenti dulu di Istana Sirius. 

Dokumen yang ditumpuk Lucius jatuh berserakan saat terkena hembusan angin saat Sieghart membuka pintu kamar Viori, untuk beberapa saat sosok Viori tertutup tumpukan kotak berisikan gaun yang dibawa tiga orang pelayan. 

"Bagaimana pengalaman pertamamu berbelanja di ibukota?" Lucius seperti biasa tidak mengalihkan pandangannya dari dokumen, beberapa pelayan yang sudah meletakan kotak gaun Viori membereskan dokumen-dokumen yang menutupi lantai dan menghalangi jalan Viori.

"Menyenangkan, aku sepertinya harus kesana lagi besok atau lusa." sambil sibuk membuka dan menata gaun-gaunnya di sofa terdekat.

"Kau berencana bertemu Mikhail lagi?" kali ini tangannya berhenti membalikan lembaran kertas dokumen dan matanya berhenti membaca.

"Ada urusan yang harus kuselesaikan." senyum Viori berusaha menyembunyikan kepanikan dari otaknya yang hampir berteriak karena jika ia tidak bisa dengan cepat menghentikan rencana Mathilda, Lucius akan berakhir membunuh Keluarga Arden yang tidak bersalah.

"Urusan apa?" sekarang seluruh perhatian Lucius berpindah ke Viori yang masih dengan kikuk melihat gaun-gaunnya sambil bercermin. 

"Urusan yang harus diselesaikan secepatnya." mata Viori berusaha menghindari pandangan Lucius yang makin lama makin tajam dan tidak berhenti memandanginya. 

"Aku yakin aku bisa membantumu menyelesaikannya lebih cepat dari Mikhail." Lucius meletakan dokumen yang sedang digenggamnya. 

'JELAS KAU BISA MEMBANTUKU! KALAU SAJA KAU TIDAK MEMBUNUH KELLUARGA ARDEN!' isi pikiran Viori meneriaki Lucius dengan penuh emosi. Rasanya ia ingin melempar gaun yang digenggamnya dan menyiram Lucius dengan seluruh isi teko teh. 

"Kurasa kau tidak bisa memban...." Viori tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya yang masih memainkan ujung gaunnya. Suaranya memelan dan matanya memandang jauh. 

"Sebenarnya... kurasa kau bisa membantuku." sebuah ide, yang sebenarnya sudah pernah digunakan Viori, tiba-tiba terlihat seperti ide yang patut digunakan lagi sekarang. 

"Tentu saja, apa yang harus aku lakukan?" senyum Lucius bangga karena ia merasa Viori baru saja memilihnya dibanding Mikhail. 


I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang