Chapter 52

994 126 11
                                    

Ia tertidur tanpa mengganti bajunya, kantung es batu yang digunakannya untuk mengompres pipinya mencair dan membasahi ujung kasurnya. Seperti alarm yang berbunyi pada waktu yang sama setiap harinya, tubuh Sieghard terbangun selelah apapun keadaanya semalam. Latihan keras yang diterimanya dari keluarga Vessian tidak pernah bisa ia lepaskan. "Ugh, kepalaku...." gerutu Sieghart. Selain pipinya yang sekarang sudah bengkak sempurna, kepalanya juga harus menghadapi efek samping minuman beralkohol yang dikonsumsinya semalam. Sepertinya toleransi alkoholnya sudah makin memburuk sejak ia bekerja sebagai ksatria di kediaman Nerva. "Tidak mungkin aku bisa bekerja dengan keadaan seperti ini." Dinding mulutnya terasa sesak dan ia bahkan tidak bisa berbicara dengan jelas. 

'Ampuni kelancangan saya yang tidak mawas diri dan membiarkan diri saya terluka, wajah saya tidak pantas mendampingi dan menjaga Duchess sebagai ksatria pribadi. Saya akan kembali sesegera mungkin begitu kesehatan saya kembali prima.' Untuk pertama kalinya, Sieghart beristirahat saat keadaan tidak memungkinkan. Beberapa memori saat ia hampir kehilangan kesadaran saat ia berlatih di kediaman Vessian membuatnya cemas, tetapi kehadiran Viori di kediaman Nerva membuatnya yakin bahwa ketidakhadirannya akan dimaklumkan. 

Secarik surat itu ia masukan kedalam amplop polos yang dititipkannya pada salah satu ksatria bawahannya. Banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan olehnya, tetapi Sieghart terlihat akan memakinya jika ia menunda pengiriman surat itu sedikit saja jadi ia menahannya untuk saat moodnya membaik.

Viori sedang bersiap-siap pagi itu saat ia menerima surat Sieghart. Ia sejujurnya berekspektasi Sieghart akan datang dan secara personal meminta ijin, tetapi memikirkan bahwa ia harus berjalan kaki dengan pipi bengkaknya dari tempat tinggal para ksatria sampai ke Istana Altair membuat pilihannya mengirim surat masuk akal. 

"Rena, tolong taruh ini di kotak kecil untuk ksatria itu bawakan kepada Sir Sieghart sebagai balasan."

Yang diberikannya kepada Sieghart adalah salep yang Lucius berikan kepadanya saat ia melukai kaki-kakinya saat ia berlatih dansa dengan Madam Sierra. Viori memisahkan salep itu di lima kontainer yang lebih kecil dan supaya mudah dibawa-bawa. Salah satunya sekarang ia kirim kepada Sieghart. 

Ksatria itu berlari dengan stabil sampai ke tempat tinggal para ksatria. Kedua tangannya menggenggam kotak kecil itu dengan hati-hati. 

Sieghart mengenakan pakaian bebasnya, pakaian yang biasa digunakan bangsawan kelas bawah karena ksatria untuk keluarga bangsawan kelas atas memang biasanya setidaknya memiliki titel bangsawan. Didalamnya secarik kertas tanpa nama bertuliskan, "Cepat sembuh." Sieghart tidak tahu harus merasa senang atau sedih. Hati nuraninya seolah menariknya dari dua arah. Bayang-bayang orangtua angkatnya yang sekarang sedang bersembunyi karena kehilangan status kebangsawanannya, dan Viori yang tidak bersalah tetapi harus dikorbankan demi membalas budi keluarga Vessian dan mengembalikan kejayaannya. 

"Tidak adakah cara yang untuk mengembalikan status kebangsawanan keluarga Vessian tanpa membalas dendam dan melukai siapapun... terutama Viori."

Hari kejatuhan keluarga Vessian masih membuat seluruh tubuhnya merinding. Seumur hidupnya ia menganggap bahwa keluarga Vessian adalah keluarga bangsawan yang berdiri kokoh seperti benteng. Selain karena arsitektur kediaman Kerajaan Vessian yang dibangun dengan batu-batu putih di daerah perbuktian sehingga seluruh ibukota terlihat jika kau naik ke puncaknya. Ia telah menjadi mendapat status 'pangeran' tetapi orang-orang bukan bangsawan juga tahu bahwa ia hanya akan mendapat gelar itu tanpa mungkin menjadi penerus takhta raja yang sesungguhnya. Masa depan Sieghart sudah diputuskan untuk menjadi raja 'puppet' yang akan dikendalikan Mathilda. 

"Kau harus melakukannya, kak! Kita tidak akan pernah hidup dengan tenang melihat kerajaan kita ditaklukan Heliose!" beberapa hari setelah Emperor Androry meninggalkan Kerajaan Vessian dan Duke Lucius menangani sisa urusannya, Mathilda dan Everard bersembunyi di pinggiran ibukota dengan bantuan pengikut setia Raja dan Ratu yang mati tragis saat berusaha menyerang Emperor Androry. 

"Kalau kita tidak mengembalikan kejayaan Kerajan Vessian, kau akan kehilangan takhtamu menjadi raja!" Saat itu Sieghart percaya bahwa kata-kata Mathilda benar dan mutlak. Ia harus melakukan apapun yang ia bisa untuk membalas dendam dan mengambil alih kembali Kerajaan Vessian. Sekali lagi semua hal yang ia percayai rasanya meragukan, 'Haruskah aku menjadi raja Vessian? itukah hal yang aku inginkan?" 

Bayang-bayang Mathilda yang akan mengawasi dan mengatur setiap gerak-geriknya jika ia menjadi raja membuatnya sesak. Semua hal yang tidak bisa ia lakukan di Kerajaan Vessian bisa ia lakukan saat menjadi Sieghart, saat ia berada di Heliose tidak ada yang mengaturnya, memberikannya hukuman tanpa sebab dan menyiksanya untuk hiburan, ia mendapat kebebasan yang tidak pernah ia ekspektasikan. 

"Tidak bisakah aku melanjutkan hidupku sebagai Sieghart." Ia bernafas panjang sambil menyandarkan tubuhnya saat tiba-tiba suara ketukan pintu membangunkannya. 

"Maaf mengganggu!" ksatria yang ia kirim pagi tadi kembali dengan sebuah kotak kecil. 

Ksatria itu sekali lagi menahan keinginannya untuk bertanya soal memar dan bengkak di pipi Sieghart dan mengundurkan diri untuk kembali ke lapangan latihan. 

Tabung itu sangat kecil sampai-sampai hampir tidak ada beratnya di dalam kotak itu, 

"Aku rasanya pernah melihat obat ini sebelumnya." ia pernah mendengar dari para pelayan bahwa Reinhard terus-menerus mengeluh karena Lucius dengan mudahnya mengeluarkan obat salep yang merupakan harta berharga keluarga Nerva dan memberikan seluruhnya kepada Viori. 

Ia mencoba mengoleskan obat itu di pipinya dan tebakannya dikonfirmasi dengan hampir hilangnya seluruh bengkak pipinya satu jam kemudian. 

Ia menyentuh pipinya yang hampir sembuh total seolah-olah tidak pernah terluka dari awal dan matanya tiba-tiba menangis. 

"Huh? Kenapa aku menangis?" Sieghart sendiripun tidak mengerti. Ia belum pernah bertingkah seperti seumur hidupnya. 

Ia melihat kembali silinder kaca itu, memikirkan betapa berharganya obat ini dan betapa tidak berharganya dirinya, dan ia sadar bahwa ia menangis karena ia tersentuh. 

Seumur hidupnya, orang-orang hanya memperlakukannya dengan baik karena mereka tahu bahwa mereka akan diuntungkan dengan kedudukan Everard di kebangsawanan. Tidak pernah satu kalipun orang-orang yang membantunya tidak meminta bantuan kembali dan bahkan dengan beraninya meminta lebih dari apa yang mereka berikan. Ia hidup dalam bayang-bayang bahwa tidak ada yang dengan tulus membantunya, apalagi sekarang dengan posisinya yang hanya ksatria. 

Pipinya panas karena air mata dan ia menangis sesegukan. Ia menghabiskan pagi itu menangis sampai air matanya habis sampai melewatkan jam sarapan. Untuk menghilangkan bengkak yang sekarang muncul di kantung matanya, ia menggunakan obat itu lagi dan bengkaknya hilang hampir sekejap. 

I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang