Chapter 26

2.3K 391 4
                                    

Lucius terdiam membeku, tidak pernah sebelumnya ia begitu menganggumi seorang manusia sebegitunya. Ia selalu melihat manusia yang lemah sebagai beban atau parasit, mereka membebani moralnya tetapi moralnya masih terlalu rendah untuk berbelas kasihan dan membantu mereka, maka dari itu seringkali Lucius membantu mereka dengan caranya sendiri, mengakhiri hidup mereka yang penuh penderitaan. 

Tapi kali ini, Viori yang lemah dan ringkih sedang berpaku pada tangannya dan dengan tanpa pertahanan tertidur begitu saja, rasanya seperti ia mendapatkan penghargaan kepercayaan paling tinggi -yang rasanya lebih tinggi dan mulia daripada Emperor. Rasanya bahkan Lucius pun bernapas dengan perlahan saking takutnya ia membangunkan Viori. 

Ia menengok ke arah Rena dan dayang-dayang lainnya, lalu menunjuk pintu kamar Viori dengan dagunya seolah menyuruh mereka keluar dengan perlahan. Tangan kanannya yang masih menopang pipi Viori yang menyandar dan tangan kirinya yang dengan lembut menyelipkan rambut Viori secara bersamaan terasa hangat. Cahaya siang itu masuk lewat celah jendela kamar yang setengah tertutup tirai dan menyinari wajah Viori, sambil menghalau cahaya langsung mengenai mata Viori, Lucius menaruh kepala Viori di bantal. 

Lucius mengamati wajah Viori sesaat, walaupun tulang pipi Viori makin terlihat dan membuat wajahnya terlihat sakit, Lucius tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada Viori. 'Dia bahkan menolak untuk menemuiku setelah menikah, lalu setelah mendekatiku dan menghindariku sekali, ia dengan berani mempertaruhkan nyawanya untukku.' 

Semua hal yang dilakukan Viori adalah pengalaman pertama untuk Lucius, tidak pernah ada yang mendekatinya sebelumnya karena semua orang takut dengannya -mereka bahkan lebih memilih untuk mendekati Emperor Androry dibanding Lucius karena takut salah bicara dan kehilangan nyawa mereka. Tidak ada orang yang pernah dengan terang-terang menghindari Lucius karena mereka kesal dengannya, tentu yang membencinya dan mengharapkan kejatuhannya sangatlah banyak tetapi tidak ada satupun dari mereka yang berani dengan lancang marah terhadap Lucius. Dan tentu saja tidak ada orang yang pernah mempertaruhkan nyawanya demi Lucius karena Lucius adalah orang terkuat di kerajaan, bahkan mungkin di kontinen ini. 

Lucius meringankan langkahnya saat hendak meninggalkan kamar Viori, "Semoga kau mimpi indah." gumam Lucius di ambang pintu. 

Hari-hari terasa menyatu, Viori tidak tahu tepatnya sudah berapa hari ia sadarkan diri. Sesering mungkin Lucius menyempatkan datang ke kamarnya saat makan siang untuk menyuapinya, padahal wajah Reinhard yang mengikutinya terlihat kelelahan setengah mati, tapi sepertinya Lucius bersikeras untuk tetap datang disela-sela kesibukannya yang makin menumpuk.

Saat Viori sudah cukup kuat untuk berjalan-jalan di taman, Sieghart selalu menjaganya dan bahkan memberikan lengannya sebagai topangan setiap kali Viori harus menaiki anak tangga ataupun berjalan di rumput yang licin karena hujan. Hari-harinya yang biasanya ia habiskan sendirian tiba-tiba menjadi ramai dengan semua orang yang terus mengkhawatirkannya. Tatapan para dayang dan pelayan yang tadinya menyenanginya karena ia ramah dan suka berbagi makanan berubah menjadi segan dan penuh hormat begitu mendengar kabar bahwa ia menyelamatkan nyawa Lucius.

'Huft... aku agak terbebani dengan tatapan penuh hormat semua orang, apalagi dengan perhatian mereka yang mengawasiku tanpa jeda."

Hari itu Viori berencana menyantap makan siangnya di taman dekat Istana Altair saat ia bertemu dengan Lucius di perjalanannya keluar istana.

"Bagaimana kalau Duke dan Duchess menyantap makan siang bersama sekalian minum teh di taman?" usul Reinhard yang agak kikuk karena Lucius dan Viori yang berpapasan hanya saling menatap dalam diam.

Lucius mengangguk, "Mari ku antar, Duchess." lengan Lucius diarahkan ke Viori, dan Viori menggandengnya ragu-ragu. 

Langit hari itu cerah tapi tidak panas, angin berhembus samar-samar, benar-benar cuaca yang cocok untuk menghabiskan waktu di luar.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Lucius basa-basi, sebenarnya ia tahu persis keadaan Viori. Ia memerintahkan setiap pergerakan Viori dicatat dan dilaporkan kepadanya, setiap makanan, setiap jalan-jalan di taman, setiap buku yang dibaca telah diketahui Lucius.

"Akhir-akhir ini jauh lebih baik." Sebenarnya Viori mau mengatakan "Akhir-akhir ini jauh lebih baik berkat perhatianmu" tapi entah kenapa kalimatnya spontan terputus karena ragu.

Rena dengan sigap mempersiapkan makan siang untuk Lucius dan Viori, walaupun tiba-tiba tapi kualitas makanan koki tidaklah berkurang sama sekali karena Lucius sudah memperingati koki istana untuk selalu bersiap dengan makanan khusus untuk Viori.

"Hari ini cerah." Kalimat Lucius terdengar seperti basa-basi sangat kaku yang biasa diucapkan saat kencan pertama. 'Kenapa bisa-bisanya aku berbicara dengan kikuk seperti ini!'

Lucius bukanlah laki-laki yang pernah tertegun bicara dengan siapapun, bahkan negoisasi dengan perompak negara tetangga pun tidak pernah membuatnya bingung dan nervous. Tetapi interaksinya dengan Viori membuatnya benar-benar mati gaya, ia seolah berbicara seperti membaca dari buku cara pendekatan untuk pemula.

"Bukankah kau sangat sibuk?" Viori menengok ke wajah Reinhard yang terlihat menahan kantuk dengan mata kemerahan.

"Apa gunanya kesibukanku kalau aku tidak bisa melakukan hal yang ingin kulakukan." Lucius selesai memotong kecil-kecil ayam panggang fillet didepannya, tetapi bukannya menyantapnya ia justru mengangkat piringnya dan menukarnya dengan piring Viori yang belum disentuh.

"T-terimakasih." Viori sedikit tergagap, lagi-lagi karena kaget dengan tingkah Lucius.

"Kau tidak perlu mengeluarkan sedikit tenaga pun jika tidak dibutuhkan. Jika ada undangan perjamuan atau acara minum teh, kau bisa menolaknya atau bahkan tidak perlu membalasnya sama sekali, tidak perlu takut menyinggung." Lucius seolah menghindari tatapan Viori dan beralih melihat ke arah cangkir dan piring di hadapannya.

"Memangnya siapa pula yang mengundangku ke perjamuan atau acara minum teh...." Viori yakin tidak ada satupun yang mengenalnya atau menganggapnya cukup penting untuk diajak berkerabat.

"Kurasa karena Reinhard telah mengurus semua undangan yang masuk, kau jadi lupa betapa terkenalnya namamu setelah dikenal sebagai 'Penyelamat Duke'."

Viori reflek lagi-lagi melihat ke arag Reinhard seolah meminta penjelasan, sebagai balasannya Reinhard hanya mengangguk seolah mengiyakan keberadaan surat undangan yang sebenarnya sudah membludak namun ditahan dan diurus olehnya.

Membicarakan mengenai perjamuan dan acara minum teh, Viori tiba-tiba teringat dengan Mikhail. Beberapa hari yang lalu ia sempat melihat segelintir hadiah yang dikirimkan Mikhail tetapi ia belum sempat membuka satupun saking bingungnya harus mulai darimana.

Ia berniat menanyakan apakah ada undangan atau surat dari Mikhail kepada Reinhard tapi entah kenapa ia yakin saat itu bukanlah momen yang tetap untuk membicarakan topik tentang Mikhail, mengingat terakhir kali ia 'bertengkar' -atau tepatnya ia marah satu sisi kepada Lucius adalah dikarenakan pertemuannya dengan Mikhail di ibukota yang menimbulkan kecurigaan.

Seolah bisa membaca pikiran Viori, Lucius tiba-tiba berkata, "Rena harus menahanku membakar seluruh hadiah dari Pangeran Mikhail, ia mengirimkan ratusan hadiah yang harus kusimpan di tempat penyimpanan karena mulai menyesakan kamar mu." Wajah Lucius entah kenapa terlihat bangga dan terlihat seperti meminta pujian, seolah kesabarannya adalah hal langka yang seharusnya disyukuri.

"Eh... terimakasih, pasti merepotkan sekali ya. Oh ya, aku juga ingin berterimakasih kepada Sir Sieghart atas bantuannya, menurutmu apa yang harus kuberikan untuknya?" Walaupun pada dasarnya harta pemberian dari Viori juga berasal dari harta Lucius, tetapi yang terhitung adalah maksud baiknya berterimakasih.

"Aku sudah memberikannya lahan dan menjanjikan pembangunan untuk penginapan keluarganya, aku rasa itu sudah cukup."

"Bukan yang seperti itu... lebih baik aku memikirkannya lagi nanti."

Melihat Viori yang berpikir keras untuk menghadiahi Sieghart entah kenapa membuat Lucius kesal, "Sieghart! Kemarilah!" Lucius pikir lebih cepat menyelesaikan masalah per-hadiahan untuk Sieghart akan cepat juga menyingkirkan Sieghart dari pikiran Viori.

I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang