Chapter 34

1.5K 250 3
                                    

Momen mereka dibuyarkan oleh suara Reinhard yang membuka pintu ruang kerja Lucius. 

"Ma-maafkan saya, Duke, Duchess. Tapi ada beberapa pekerjaan yang harus anda tangani Duke." Lucius mendorong kembali rak buku itu seperti mendorong mainan anak-anak dengan satu tangannya. 

Reinhard justru tinggal untuk membereskan dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang harus dibawa untuk ditandatangani di jalan. Melihat Viori yang masih berdiri memandangi lukisan potret yang sudah tertutup rak buku berwarna kecoklatan itu. 

"Duke, sudah menceritakan mengenai ibunya?" Reinhard tidak menengok dengan tangannya sibuk bekerja menyusun dan menumpuki dokumen dan mempersiapkan alat tulis. 

"Iya, dia juga menceritakan mengenai gaun yang dibuat ibunya ini." Viori menyentuh ujung-ujung korsetnya yang memeluk tubuhnya lembut. Korset ini seperti dibuat mengikuti bentuk tubuhnya, 'Mungkin hanya kebetulan.' pikir Viori. 

"Duke.... tidak seburuk yang diceritakan orang-orang. Kau pasti pernah mendengar, bahwa ia berebut takhta dengan lima saudaranya. Tapi sebenarnya ia.... tidak, tidak pernah melakukan hal-hal yang digosipkan tentangnya."

"Maksudmu.... ia tidak... membu-menyingkirkan saudara-saudaranya?" Viori berusaha memiilih kata yang tepat, ia tidak ingin menyinggung perasaan Reinhard.

"Saya tidak tahu apakah saya boleh menceritakan ini atau tidak, tapi... saudara-saudaranya memang tersingkirkan, tapi bukan oleh Duke."

"Bukan oleh Lucius?"

"Eh- maksud saya, ada yang Duke... lakukan tapi yang jelas ia tidak menyingkirkan mereka tanpa alasan dan.... 'membantai' saudaranya seperti yang orang-orang katakan."

"Kalau kau tidak keberatan, kau bisa... menceritakannya padaku." Viori merapihkan keliman gaunnya dan duduk di sofa terdekat dari situ.

"Hm... darimana saya harus memulai. Duke yang sebelumnya memiliki empat istri, semuanya 'diambil' dari kerajaan tetangga sebagai ganti perjanjian politik atau untuk memperkuat sekutu. Istri pertama duke memiliki seorang anak laki-laki, istri kedua merupakan ibu dari Duke Lucius, istri ketiga memiliki sepasang kembar, dan istri yang ke empat memiliki dua orang anak perempuan, tetapi yang satu meninggal tidak lama setelah ia lahir."

Yang terpikirkan oleh Viori adalah betapa menyiksanya mengandung dan melahirkan dalam kondisi berperang berebut takhta sampai-sampai menyebabkan bayi itu meninggal tidak lama setelah lahir. 

"Saudara pertamanya.... berkhianat, ia kembali ke negara asal ibunya dan menukar informasi mengenai emperor yang sebelumnya, tetapi sebelum ia kembali ke negaranya, duke terdahulu mengeksekusinya didepan saudara-saudaranya. Ia... menjadikan Lucius sebagai tameng untuk melindungi nama baiknya didepan bangsawan karena anak pertamanya berkhianat saking muaknya dengan tingkahnya."

Saudara pertama Lucius tidak pernah digambarkan wajahnya di webtoon, satu-satunya yang memberikan pertanda jelas bahwa ia adalah keturunan duke terdahulu adalah mata merahnya yang terlihat seperti batu ruby. 

"Si kembar itu... tidak waras, mereka berdua mencoba melukai dan membunuh Duke Lucius sejak mereka mulai bisa memegang pedang. Duke hanya... melindungi diri. Itu bahkan bukan pertarungan yang imbang! Mereka berdua menyerang Duke bersamaan terus-menerus." wajah Reinhard memancarkan kebencian yang mendalam, matanya memandang jauh seolah mengingat kejadian itu seperti masih hari kemarin. 

"Saudari yang malang, yang paling muda... mengakhiri hidupnya sendiri. Duke adalah orang pertama yang menemukannya. Hal itu melukainya, sangat melukainya." 

Viori membayangkan mata merah ruby itu menggelap dan kehilangan sinarnya. Bukan hanya kehilangan nyawanya tetapi juga karena hidupnya yang malang, dipenuhi kebencian dan penyiksaan akan suatu takhta yang bahkan tidak diinginkannya. 

"Jadi Lucius tidak pernah menyingkirkan saudara-saudaranya?"

Reinhard hanya bisa menggeleng lemah.

"Lalu kenapa ia tidak pernah membenarkan cerita-cerita yang beredar tentangnya?"

"Karena imej sebagai 'pembantai berdarah dingin' akan melindungi posisinya sebagai duke, dan juga membantu Emperor Androry naik takhta."

Rasanya Viori tidak dapat menemukan kata-kata yang dapat menggambarkan perasaannya, reaksinya. "Kasihan." Hanya satu kata itu yang terucap dari bibirnya. 'Aku merasa kasihan, merasa bersalah, dan sekaligus merasa tidak berdaya."

Walaupun diluar kendalinya bahwa imej Lucius yang kejam dan gila ditampilkan berkali-kali di webtoon tapi Viori tidak pernah memberikannya kesempatan untuk menjelaskan dirinya. Viori bahkan menjauhi Lucius karena takut ia akan muak dan tiba-tiba membunuhnya. Mengingat kembali hal-hal yang dilakukannya untuk menghindari Lucius sekarang terlihat sangat gegabah. 

"Saya harus segera kembali bekerja, terimakasih sudah mau mendengarkan, Duchess." Suara langkah Reinhard perlahan memudar lalu hilang.

Viori merebahkan punggungnya di sofa itu, beruntungnya, gaun yang dipakainya sama sekali tidak mengekang dan sangat nyaman dipakai duduk dan bersandar, tidak seperti gaun-gaun formal lainnya.

'Jika saja aku tahu dari dulu mengenai Lucius.' Pikirannya disambangi kata-kata 'jika' berkali-kali.

'Jika saja aku membiarkan Lucius menjelaskan dirinya.'

'Jika saja aku lebih penasaran dan mencari informasi tentangnya.'

'Jika saja aku memperlakukannya seperti manusia nyata dan bukan karakter webtoon.'

'Jika saja aku tidak hanya memikirkan diriku sendiri dan tulus peduli dengannya.'

Langit-langit ruang kerja Lucius lama-lama terlihat buram, Viori tertidur dengan dahi berkerut.

----

Saat ia membuka mata, setengah wajahnya dibanjiri sinar sore hari yang masuk lewat jendela besar disamping sofa. Tidak ada yang membangunkannya. Entah sengaja tidak mau mengganggu atau memang tidak ada yang perlu dilakukannya sehingga tidak ada yang mencarinya.

Lucius juga belum kembali dari pekerjaannya, setelah menunda banyak rapat karena Viori sakit, ditambah kedatangan Mikhail yang agak terlupakan, Lucius harus bekerja super ekstra untuk memastikan semua urusan tetap berjalan.

Viori menengok keadaan gaunnya karena takut ia banyak bergerak dan merusaknya, untungnya gaun itu cukup nyaman bahkan untuk dipakai tidur. Setelah kesadarannya mulai kembali, suara langkah kaki yang menggema di lorong mulai terdengar mendekat.

Tok! Tok!

'Lucius tidak mungkin mengetok pintu ruang kerjanya sendiri, jadi itu pasti....'

"Sieghart!" Aku tidak melihatmu seharian ini." Rambut Sieghart yang biasanya terlihat rapih kali ini terlihat sedikit basah dengan keringat. Baju zirahnya yang biasanya mengkilap seperti cermin terlihat bernoda. Ia tidak membawa pedang besinya yang bertalikan amulet dari Viori melainkan pedang kayu tebal yang justru terlihat lebih berat. 

"Saya... saya mendapat giliran melatih ksatria baru hari ini." 

"Lalu?" Viori memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Saya mendengar dari para ksatria yang lain mengenai... gaun Duchess."

'Dia datang untuk melihat gaunku?' pikir Viori, tapi reaksinya hanya menampilkan wajah bingung. 

"Anda sangat... cantik." Sieghart malah menatapi ujung gaun Viori karena malu, ia lalu menunduk menyilahkan dirinya keluar. 

Suara langkah berat dengan kerincingan baju zirah terdengar berlari menjauh dari ruang kerja Lucius, Sieghart bertingkah seperti anak kecil yang baru saja memberikan bunga ke guru kesayangannya. 

"Hahaha! Bagaimana bisa ksatria dengan badan sebesar itu berlari dan bertingkah seperti anak-anak." Viori jelas tersanjung dengan pujian Sieghart, walaupun ia tidak kaget karena sedari awal sudah banyak yang memujinya ia tetap merasa senang. 

Hari itu dimulai dengan membingungkan, tapi berakhir dengan sangat menyenangkan.

Viori mulai berjalan keluar ruang kerja saat dua orang dayang mulai datang dan mengikuti jalan Viori untuk membantunya mengganti gaunnya. 




I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang