Chapter 38

1.6K 230 11
                                    

Viori tersenyum senang sampai membuat Lucius dan Mikhail bingung karena tingkahnya. Reinhard yang sedari tadi berhati-hati mendengarkan percakapan juga memiringkan kepalanya sambil memasang ekspresi berpikir keras. 

Mata Viori bertemu dengan Lucius yang sedari tadi menunggui Viori memberi penjelasan, tapi Viori hanya menggeleng sambil tersenyum "Bukan apa-apa.", senyumnya seperti anak nakal yang sedang berencana untuk mengerjai temannya. Senyumnya berbeda dari biasanya, dan itu membuat Lucius bingung sekaligus takjub, sepertinya ia belum melihat seluruh ekpresi yang bisa Viori tunjukan. 

Mikhail justru menunjukan ekspresi penasaran tapi ragu, dahinya sedikit berkerut seperti baru saja mencicipi jeruk yang terlihat matang tapi asam, dia mengantisipasi tingkah Viori yang sering -bahkan selalu tidak bisa diduga. 

"Makan malam yang sangat enak, terimakasih, saya rasa saya harus segera kembali. Saya lelah karena seharian berkeliling perpustakaan." Viori sedikitkan menekankan kata 'perpustakaan' sambil terus menerus mencuri pandang ke arah Lucius, berharap dapat menangkap perubahan ekspresinya. Mikhail menaruh garpu dan pisau yang dipengangnya, sepertinya hendak bertanya, kemungkinan mengenai perpustakaan, tapi keretan suara kursi Viori yang hendak pergi menghentikannya. 

Viori masih berusaha mencuri pandang sambil melangkah menjauh, yang didapatkannya hanya Lucius yang memandangi piring kecil berisi pie kecil di hadapannya, menunduk sambil memegangi tengkuknya. 

Tidak lama setelah suara langkah Viori menghilang dari lorong, Mikhail juga mempersilahkan dirinya kembali ke kamarnya yang berada di ujung lorong yang berlawanan, "Akan kita diskusikan kembali mengenai pesta berburu esok hari, terimakasih atas makan malamnya." Mikhail bahkan menggunakan senyumnya untuk tebar pesona ke koki dan para dayang yang berdiri berjaga di ruangan itu. "Terimakasih atas pelayanannya." 

Lucius hanya diam dan memberikan gesture untuk mempersilahkannya pergi terlebih dahulu. Ia menyesap wine yang daritadi tidak disentuhnya sebelum menaikan jari telunjuk kanannya, tanda Reinhard untuk mendekat. "Tanyakan pada Rena mengenai pendapat Viori soal hadiah yang kuberikan di perpustakaan."

"Kenapa Duke tadi tidak menanyakan sendiri saja?" Reinhard sudah tidak berbisik seperti tadi, para koki dan dayang juga sedang membereskan piring dan gelas bekas Viori dan Mikhail. 

"Tidak sopan membahas urusan pribadi didepan tamu."

"Kalau begitu tanyakan saja besok." wajah Reinhard polos dan terlihat yakin bahwa idenya adalah ide bagus. 

"...." mulut Lucius sedikit menganga karena untuk beberapa saat ia merasa kalah bicara dengan Reinhard.

"Kau sudah berani menantang ya." Lucius menengok penuh ke arah Reinhard yang berdiri di kanannya. 

Reinhard menunjukan mata berkaca-kaca seperti anak anjing pura-pura polos. "Akan saya tanyakan pada Rena esok hari." ia melangkah mundur dan segera mengeluarkan pena untuk menulis pengingat pada buku kecilnya yang sudah kelewat penuh dengan pengingat-pengingat pekerjaan lainnya. 

----

Istana Altair dan Istana Sirius sudah cukup disibukan dengan kedatangan pangeran kerajaan tetangga yang tiba-tiba -atau lebih tepatnya terlupakan, terutama oleh Lucius, yang sebenarnya malah mengundang kedatangan Mikhail karena emosi. Tapi keputusan Lucius untuk tiba-tiba mengikuti pesta berburu membuat kedua pekerja istana makin sibuk. Istana Altair yang biasanya berjalan dengan santai tiba-tiba dipenuhi pekerja yang keluar-masuk istana tanpa henti sedari subuh. Viori yang baru bangun pagi itu menyaksikan dayang-dayang berjalan dalam satu barisan keluar istana, beberapa ksatria berjalan dalam dua barisan masuk ke gudang, mereka semua terlihat seperti semut pekerja yang sedang mempersiapkan sarang mereka untuk melewati musim dingin. 

"Memangnya apa yang harus dipersiapkan untuk pesta berburu?" Viori masih memandangi gerbang masuk Istana Altair yang terbuka lebar kedua daun pintunya, ia berdiri di ujung tangga yang melingkar megah di tengah-tengah istana. 

Rena sempat menunjukan ekspresi agak kaget, ia tahu bahwa Lucius memang tidak pernah berpartisipasi dalam pesta berburu, tapi ia lebih kaget karena ada orang lain selain Lucius yang juga ternyata tidak pernah mengikuti pesta berburu. Membayangkan betapa jarangnya dan betapa kebetulannya, dua orang dari sedikit bangsawan yang tidak pernah mengikuti pesta berburu bisa menikah membuat wajahnya menunjukan ekspresi yang agak berbeda. 

"Aku biasanya mencari alasan untuk tidak ikut." Viori memberikan alasan bahkan sebelum Rena sempat mengajukan pertanyaan. Viori tidak berbohong, tapi juga tidak jujur. Di latar belakang cerita Viori yang sangat sedikit ditampilkan di webtoon, jelas ditunjukan dengan beberapa panel bahwa Marquis tidak pernah mengharapkan kedatangan Viori ke aktivitas pergaulan kelas atas. Selain karena Viori tidak begitu bisa dibanggakan -tidak bertalenta di kegiatan bangsawan, Viori juga berasal dari istri kedua Marquis sehingga secara fisik terlihat jelas berbeda dengan Marquis dan saudara-saudarinya yang lain.

"Selain harus mempersiapkan baju untuk berburu untuk Duke, kami juga harus mempersiapkan kuda-kuda untuk para ksatria yang pergi bersama Duke untuk melindunginya dari kecelakaan berburu. Seragam yang dikenakan ksatria juga berbeda dengan yang biasanya." Rena menghentikan sepasang dayang yang sedang menenteng keranjang berisikan seragam yang tidak pernah diliat Viori sebelumnya.

"Diatas lapisan baju zirah, para ksatria harus mengenakan jubah setengah badan dengan warna dan lambang keluarga yang di layani." Rena mengangkat jubah itu dengan kedua tangannya, jubah itu berwarna merah gelap, tetapi debu tipis yang melapisinya membuat jubah itu terlihat seperti filter warna abu-abu. 

"Ah! Gaun untuk Duchess!" Saat menengok ke arah Viori, Rena seakan menyelesaikan puzzle pikiran yang daritadi mengganjalnya. "Kita harus menyiapkan gaun untuk Duchess!" Viori sendiri sedikit kaget karena Rena terdengar setengah panik, "Tidak bisakah aku memakai gaunku yang biasa saja? Aku punya permintaan baju lain yang harus dibuat."

Dahi Rena berkerut seolah tidak percaya, mungkin dalam pikirannya ia tidak bisa membayangkan baju apa yang seorang duchess perlukan dalam acara pesta berburu. 

Viori mendekat ke arah Rena dan membisikan sesuatu, kedua dayang tersebut yang berjarak beberapa langkah memajukan badannya karena penasaran.

"Anda pasti bercanda!"

Rena yang tanpa sadar meninggikan nada bicaranya membuat kedua dayang terkejut, bahu mereka naik dan keranjang yang mereka pegang sedikit terloncat. 

"Maafkan kelancangan saya, Duchess. Tapi saya rasa tidak bijak melakukan hal itu."

Viori malah tersenyum sumringah dan menaikan alisnya, "Justru akan menyenangkan, percayalah padaku." kedua tangan Viori menggenggam tangan kanan Rena yang menutup mulutnya karena kehabisan kata-kata. 

Viori mengangguk berkali-kali seolah meyakinkan Rena untuk menjalankan permintaanya kali ini. 

Anggukan Rena tercampur gelengan seolah hati dan pikirannya bertengkar satu sama lain. 

"Baiklah. " Rena menunduk mengalah, walaupun ia masih merasa bahwa permintaan Viori akan membuatnya sakit kepala, tapi ia juga tidak punya alasan pasti untuk menolaknya mentah-mentah. 

I Need to Escape from The Duke!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang