ISEKAI | AOT X Readers

By LylianaEmeraldine

138K 32K 5.1K

[Name] memang berharap bisa masuk ke Isekai. Dimana ia bisa bertemu dengan para husbu husbu tampan dengan abs... More

Emma's Note
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
30
31

29

3K 615 127
By LylianaEmeraldine

"Selamat pagi, dunia!"

Pagi yang begitu cerah dan damai. Walaupun semalam [Name] tidak bisa tidur lantaran nyamuk-nyamuk sialan itu terbang disekitar tubuhnya.

Sebenarnya jika itu adalah nyamuk di zaman modern, [Name] tidak akan ambil pusing. Namun, nyamuk disini ukurannya benar-benar bisa bikin pingsan. Ditambah, di zaman ini mana ada obat pembasmi nyamuk dan sebagainya.

Bisa-bisanya hal yang [Name] rindukan dari dunia asalnya adalah obat pembasmi serangga.

"Bangun semuanya! Saatnya kita mulung!"

Jean mengernyit, mempertanyakan maksud dari teriakan [Name]. Sementara itu Connie justru tertawa terbahak-bahak, padahal dia sendiri tidak faham maksud dari kata mulung yang keluar dari mulut sang pelintas dimensi.

[Name] bergerak mendekati Gabi, menyentuh pipi anak kecil itu dan menepuknya pelan. Sebuah upaya membangunkannya selembut mungkin. Walaupun sebenarnya [Name] tidak ada lembut-lembutnya sama sekali.

Ditambah tangannya kasar seperti pekerja serabutan. Padahal selama ini kerjanya hanya malas-malasan.

"Hei, bangun."

Kelopak mata Gabi terbuka, ia refleks terbangun dan memundurkan tubuhnya. Perkataan sekaligus tatapan [Name] saat berada di pesawat masih saja terbayang dalam fikiran Gabi. Yang mana membuat ia merasa takut sekaligus merasa bersalah atas kematian Sasha.

"Apa kau... mau membantu kami?"

[Name] yang tengah menerima minuman dari Colt langsung menoleh.

Iris matanya menatap Gabi, diikuti oleh bibir tipisnya yang terbuka, melontarkan sebaris kalimat dengan senyum tipis terpatri diwajah ayunya.

"Kalau aku tidak ingin membantu kalian, aku pasti sudah meninggalkan kalian semua saat sedang tertidur, atau mungkin mengumpankan kalian ke mulut beruang yang kelaparan. Iya 'kan, Jean?"

Gerakan Jean terhenti, ia yang semulanya sedang menarik kerah Reiner untuk membangunkannya langsung mengangguk. 

"Ah! Kapten Levi!"

Prajurit terkuat manusia, Levi Ackerman nampak ikut terbangun.

Alisnya mengernyit ketika mendapati sosok gadis dengan helaian surai [hair colour] itu sudah ada di depan gerobak.  Pupil matanya membesar disertai binar senang.

Namun seketika binar itu padam ketika dirinya tidak bisa melihat roti sobek Levi yang sudah [Name] idam-idamkan selama ini.

"Kau tidak apa-apa, kapten?! Sini kulihat jarimu!"

Dengan riang ia menghitung jari Levi satu demi satu. Levi bungkam, iris matanya menatap sang gadis dalam diam.

Di waktu segenting ini, bagaimana mungkin dia bisa begitu ceria dan menghitung jari milik Levi dengan santai seperti ini? 

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepu—"

[Name] membeku. 

"Kapten...."

Jari Levi kurang satu.

Bagaimana ini? Jari yang selalu ingin ia genggam ini malah kurang satu.

Tapi haruskah [Name] bersyukur karena dirinya berhasil menyelamatkan satu jari yang ada?

Karena dimanga, Levi kehilangan dua jarinya sekaligus.

"[Name]! Apa yang kau lakukan disana! Bantu kami mengangkat barang!"

Teriakan Hange terdengar, sontak saja membuat [Name] langsung membalikan badan dan berlari menghampiri yang lainnya.

"Sialan! Kalian benar-benar akan menjadikanku pekerja serabutan, ya?!"

Kau harusnya tidak boleh sedekat itu dengan mereka, bukankah begitu, sang pelintas dimensi?

~

Digerobak, nampak tokoh utama kita tengah sibuk bersenandung. Suaranya yang tidak lebih baik dari kentut tetangga itu membuat beberapa diantara mereka hanya bisa terdiam, tidak berani menegur.

Ngeri sendiri jika mereka akan berakhir ditembak atau ditebas, mengingat betapa menyeramkannya [Name] ketika marah

"Gabi, maaf aku sudah menendangmu."

Gabi terhenyak, tidak menyangka bahwa Jean akan meminta maaf dengan begitu mudahnya.

Ah, kalau melihat dirinya di masa lalu, Gabi merasa sangat bersalah.

Bagaimana mungkin dirinya menganggap mereka adalah iblis? Padahal mereka semua sebaik ini.

"Apa kau tak apa?"

"Yeah, aku tidak apa-apa."

Kini tatapan Jean beralih pada Reiner.

"Reiner, aku tidak akan minta maaf padamu."

Reiner hanya pasrah, ia juga tahu bahwa Jean tidak mungkin minta maaf padanya. Dan juga tidak mungkin bisa memaafkan segala perbuatan Reiner padanya.

"Kalau aku?"

Annie angkat bicara, begitu juga [Name].

"Aku juga mau minta maaf karna mengataimu muka kuda. Yah, walau wajahmu memang mirip seperti kuda."

Emosi, Jean nyaris saja melempar [Name] dengan buntalan kain andai saja dia tidak ingat bahwa sifat sang pelintas dimensi memang semenyebalkan itu. Colt hanya tersenyum, sesekali ia akan menawarkan minuman pada [Name].

"Colt, bukankah kau terlalu perhatian pada [Name]?"

Colt memang baik dan perhatian, namun perhatian yang selama ini ia berikan pada [Name] rasanya berbeda dengan perhatian yang selalu ia berikan pada teman-temannya.

Falco yang menyadari gelagat sang kakak sejak awal tidak ingin banyak berkomentar. Hanya saja dirinya tidak bisa memungkiri bahwa Falco sangat penasaran dengan relasi diantara mereka berdua.

Hm, perhatian apalagi ini, miskah?

Apakah mungkin ada benih-benih cinta diantara mereka berdua?

Tidak, tidak, mustahil.

Colt anak baik tidak mungkin jatuh cinta pada gadis setan macam [Name]. Kira-kira itulah hal yang difikirkan oleh Jean.

"Ini hanya balas budiku karena [Name] sudah menyelamatkanku."

Benarkah? Tapi mengapa wajahmu memerah begitu, Colt?

Keributan digerobak bagian belakang membuat gerobak bagian depan menghela nafas panjang. Hange, Connie, serta Levi yang sudah terbiasa dengan keributan itu hanya diam memaklumi.

Berbeda dengan Jendral Magath, Onyakopon, dan Yelena yang merasa sedikit terkejut dengan sifat asli [Name].

Pasalnya, saat diskusi semalam, gadis itu terlihat begitu serius. Ia kerap kali melontarkan kalimat sarkas yang disertai dengan tatapan mengintimidasi.

Rasanya agak lucu melihat sisi lain dari sang pelintas dimensi yang ternyata tidak sebadas seperti yang mereka fikirkan selama ini.

Dia lebih mirip monyet lepas daripada pelintas dimensi yang mengetahui segalanya.

"Apa kita bisa mempercayai Azumabito?"

"Kita tidak punya pilihan selain mempercayai mereka."

Secara tiba-tiba Cart titan datang dari bukit tinggi disebelah mereka. Connie menghentikan gerobak kuda demi mengetahui apa yang akan disampaikan oleh Cart titan.

Pieck yang berada didalamnya langsung keluar dari tengkuk Cart titan.

"Pelabuhannya dikuasai oleh Fraksi Yeager!"







































"Sialan, harusnya aku bunuh saja Floch waktu itu."

Continue Reading

You'll Also Like

133K 7.8K 93
"Great news! Wei WuXian has died!" "Wait- WHAT?!" "But I'm still here." The juniors (Lan Sizhui, Lan Jingyi, Jin Ling, and Ouyang Zizhen) accidentall...
130K 2.3K 48
Alexis Piastri is Oscar Piastri's older sister. After feeling unfulfilled with her life, Alexis decides to drop everything to take a gap year and joi...
1.5M 26.4K 55
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
1.4M 32.2K 60
In which Daniel Ricciardo accidentally adds a stranger into his F1 group chat instead of Carlos Sainz.