ISEKAI | AOT X Readers

By LylianaEmeraldine

135K 31.8K 5.1K

[Name] memang berharap bisa masuk ke Isekai. Dimana ia bisa bertemu dengan para husbu husbu tampan dengan abs... More

Emma's Note
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31

27

2.1K 624 90
By LylianaEmeraldine

Walaupun muncul banyak husbu-husbu tampan yang menggetarkan jiwa dan raga, [Name] tetap tidak memungkiri bahwa Levi Ackerman masihlah husbu favoritenya.

Dirinya memang hobi sekali oleng sana-sini, namun jika melihat poster sang kapten pasukan pengintai yang terpampang begitu besar di tembok kamarnya, [Name] akan kembali menjadi fans nomor satu Levi walaupun roti sobek Eren menggerayangi.

"LEVI!"

Setelah mengalami cobaan dari yang mengancam nyawa dan menarik urat, akhirnya [Name] bisa bertemu dengan sosok Levi Ackerman.

Lihatlah wajah tampan yang bercodet itu—

Tunggu, bercodet?!

"Demi tuhan siapa yang membuat wajah tampanmu seperti ini?! Aku akan membunuhnya!"

Connie dan Jean refleks memegang sang gadis yang sudah mencak-mencak dengan membawa satu golok tajam. Selama beberapa kali mereka nyaris terkena sabetan golok itu andaikata Levi tidak menyumpal mulut [Name] dengan satu buah roti utuh.

"Diam."

Ah, ngomong-ngomong sekarang ini posisi mereka ada disebuah hutan. Usai rencana kabur yang mereka lakukan, akhirnya mereka telah sampai ditempat ini bersama dengan Reiner untuk berkumpul bersama Jean, Hange, Jendral Magath, Levi, Yelena, serta Onyakopon.

"[Name], bagaimana kau bisa sampai sini?"

Colt angkat bicara, yang mana membuat interaksi antara Levi dan [Name] terhenti. Gabi yang mendengar itu langsung ikut berbicara walaupun suaranya agak tergagap lantaran masih adanya rasa takut pada sang pelintas dimensi didepan sana.

"Hange-san bilang kau sedang bersenang-senang."

Mari sejenak kita mundur ke beberapa jam sebelumnya.

Usai memprovokasi Floch demi memuaskan diri, [Name] langsung menggunakan maneuver gearnya untuk mengejar Cart titan. Sembari mengejar, [Name] juga menembak beberapa orang yang nyaris mendekati tubuh Cart titan.

Sebenarnya, [Name] bisa saja ikut kabur menggunakan gerobak kuda seperti yang dilakukan oleh rombongan Mikasa. Namun, hal seperti itu kurang menantang, bung.

Bagaimana rasanya sih menaiki tubuh titan. Apa sama seperti menaiki kuda hanya saja dengan ukuran yang jauh lebih besar?

"BAJINGAN!"

[Name] berteriak nyaring ketika kabel manuvernya nyaris saja lepas andaikata tidak segera menggunakan kabel lainnya. Bibirnya terus menerus mengumpati Cart titan yang tidak memelankan lari bahkan walau ia tahu [Name] tengah menempel diatas tubuhnya.

[Name] sedikit menyesal memilih Cart titan daripada gerobak kuda sebagai kendaraan.

"Aku nyaris mati."

Jemari telunjuk sang gadis menyentuh luka yang terdapat di pipi sebelah kirinya.

"Kau lihat ini? Aku terluka karena menabrak ranting pohon! Pieck, kau harus sedikit memelankan larimu!"

Jendral Magath terdiam menyaksikan interaksi antara [Name] dengan Pieck dan yang lainnya.

Gadis ini, si pelintas dimensi yang dilindungi ketat oleh pulau paradise. Gadis yang menyelamatkan Colt dan mengetahui masa depan.

Namun, jika dia memang mengetahui segala hal tentang dunia ini, mengapa dia tidak merubah hal-hal yang harusnya bisa ia ubah?

Jika dia mau, dia bisa saja menghentikan rumbling dan membuat dunia ini berpihak padanya, bukan? Atau mengambil 9 titan dengan rencana yang disusun sedemikian rupa untuk menghancurkan Marley.

Jika dia mau... dia bisa menyelamatkan banyak orang.

Kemudian Jendral Magath beralih menatap Hange yang tengah memasak sup.

"Daripada memelototiku begitu, bukanlah lebih baik kalian membantuku?"

Jemari sang jendral mengambil botol wine yang terisi penuh disamping tubuh titan Pieck.

"Huh, berbagi makanan dengan orang yang telah kami bunuh dan yang telah membunuh kami dengan kejam. Itu menarik."

Jendral Magath menoleh, menatap pasukan pengintai yang tersisa dengan aura yang kurang bersahabat.

"Kenapa kau merubah fikiranmu? Jika kalian membiarkan Eren Yeager, kalian pasti melihat dunia yang yang kalian impikan itu jadi kenyataan, bukan? Sebuah surga untuk iblis pulau ini."

[Name] menyenderkan tubuhnya pada badannya pada bagian depan gerobak yang mengangkut Levi. Ia menutup mata, bersidekap sembari menikmati kehangatan dari api unggun.

"Kami sudah hampir berhasil mencegah Eren dan Zeke untuk saling bertemu. Itu jika kalian tidak ikut campur."

Bibir Hange yang semulanya tertutup, kini terbuka, berniat mengutarakan kalimat yang sedari tadi ingin ia katakan.

"Itu seperti yang kujelaskan, tuan jendral. Kami tidak ingin ada pembunuhan masal. Jika kami menginginkannya, kami tak akan lari ke dalam hutan untuk membuat sup."

"Dengan kata lain, kau bilang kalau kau tiba-tiba memiliki rasa keadilan."

Jean mengernyit, sebuah tanda bahwa ia tersinggung dengan perkataan dari Jendral Magath.

"Keadilan katamu? Apa kau sungguh baru saja bilang soal keadilan? Kau? Dari semua orang?"

Satu mata [Name] terbuka sedikit. Iris matanya bergulir kesamping, melirik Jean yang mulai diliputi oleh amarah.

"KAMI HIDUP DI BAWAH ANCAMAN PARA TITAN YANG TERUS KALIAN KIRIM PADA KAMI, TAPI KAMI YANG JADI PENJAHAT?! ALASAN KENAPA KAMI BEKERJA KERAS MELAWAN BALIK ADALAH KARENA KAMI TAK INGIN MATI DIMAKAN OLEH TITAN! APA KAU MAU BILANG BAHWA KAMI BERSIKAP SEPERTI IBLIS, DASAR TUA BANGKA!"

Jean sungguh muak dengan tua bangka yang satu ini. Bagaimana mungkin dia dengan begitu percaya diri berkata soal keadilan? Saat dimana semuanya menjadi seperti ini karena ulah mereka?

"Yeah, tampangmu memang seperti iblis. Teori ancaman yang dimiliki oleh paradise ternyata benar dan dunia sekarang akan hancur. Ini adalah hasil dari kalian yang bertarung mati-matian. Benar, bukan?"

Seketika wajah Armin, Mikasa, Connie dan Jean langsung keruh. Iris mata mereka menatap tajam Jendral Magath.

[Name] sendiri hanya menyimak, ia sibuk memakan roti gosong yang ia panggang diatas api unggun.

"Tunggu dulu! Dari awal, jika tembok tidak hancur dan ibunya tidak dimakan dihadapannya, Eren tidak akan melakukan ini, kan?! Apa kau yakin bukan kalian yang mengejar getaran itu sendiri?!"

Perdebatan makin memanas, baik Jean maupun Jendral Magath sama-sama keras kepala. Keduanya tidak mau mengalah dan terus menekankan pendapat mereka masing-masing.

"Hey! Kita sekarang mau bicara soal sejarah? Kau pasti faham kalau Eldia lah yang membuat Marley menderita dan menginjak-injak mereka dimasa lalu, bukan?"

Colt terdiam, genggamannya pada jari tangan sang adik mengerat. Iris matanya menatap sang gadis yang tengah menikmati makanan dalam diam.

Walaupun wajahnya terlihat santai dan biasa saja. Colt tahu bahwa sekarang [Name] tengah menahan diri, terlihat jelas dari perubahan ekspresi yang terjadi di wajah ayunya.

"Berapa lama lagi kau akan bersikap seperi korban untuk hal yang sudah berlalu 2000 tahun yang lalu? Rasanya seperti bicara pada bocah."

"Kau kira hal konyol seperti itu berarti sesuatu di hadapan 2000 tahun sejarah yang nyata?"

"Apa katamu?!"

KRAK!

Terdiam, seketika seluruh atensi berpusat pada sosok gadis yang terduduk ditengah-tengah mereka. Jemari lentiknya memegang kayu yang kini telah patah menjadi dua, sementara itu wajahnya tidak lagi menampilkan ekspresi santai.

"Ditempatku ada istilah 'Sejarah ditulis oleh pemenang'."

Kedua iris [eye colour] itu melirik Jendral Magath, menatapnya dengan tatapan tajam yang mana membuat anggota Marley merinding seketika.

"Bagaimana mungkin kau bisa seyakin itu membalaskan dendam bangsa Marley 2000 tahun silam? Memangnya kau pernah hidup di zaman itu, jendral?"

Kekehan pelan mengudara, [Name] mengusak surai [hair colour]-nya hingga membuat tatanan rambut pendeknya sedikit berantakan.

"Bukankah kalian itu iblis yang aneh?"

Kini iris mata indah itu beralih menatap anggota yang tersisa dari pasukan pengintai yang ada disana.

Tawanya masih saja mengudara, yang mana justru memberikan kengerian tersendiri di suasana sunyi hutan pada malam hari.

"Kalian memberikan surga kalian untuk menyelamatkan orang-orang di seluruh dunia yang sudah mencoba untuk menghancurkan kalian?"

Tawa sang pelintas dimensi makin membahana.













































"Pada orang-orang yang katanya ingin membalaskan dendam 2000 tahun lalu pada generasi yang tidak bersalah?"

Continue Reading

You'll Also Like

159K 5.7K 42
โ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. โž She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
172K 4.5K 39
" She is my wife, stay away from her!" " Keep trying she will remain mine. " " Show me your scars, I want to see how many times you needed...
210K 4.4K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
1.1M 20K 44
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...