absen dulu nih yang baca dari kota mana aja xixi.
Happy Reading 🕊️
Cilla menatap peliharaan hamster milik Valcano, Vodka. Ah, dulu saat berpacaran dengan Valcano, dia sering kali kesini. Jika ditanya rindu? Oh tentu saja Cilla rindu dengan setiap sudut apartemen milik Valcano ini.
“Whisky mana?” Tanya Cilla.
“Mati, maaf gue nggak bisa jaga dia,” kata Valcano. Termasuk lo, Cil. Gue nggak bisa jaga lo.
“Oh..” Jawab Cilla.
Valcano membiarkan Cilla disana sambil memandangi Vodka. Lelaki itu benar-benar merindukan Cilla, gadis yang dia sadari jika dirinya begitu berarti di dalam hidupnya.
“Bunda selalu tanyain lo,” kata Valcano yang tidak betah dengan suasana hening. “Bunda juga kangen sama lo, kayak anaknya.”
Cilla menghela nafas. “Gue udah ketemu sama Bunda beberapa hari yang lalu.”
“Ya ketemu lagi,” kata Valcano.
“Iya, kapan-kapan.”
“Gini deh, biar gampang.. Gue ke rumah lo sama orang tua gue sekalian ngelamar lo buat jadi istri gue.”
“Gue masih sekolah, lagi pula gue juga nggak mau jadi istri lo,” jawab Cilla.
“Aduh, sakit banget hati gue dengernya,” ucap Valcano dramatis.
Masih sakitan hati gue, Val.
Cilla diam sambil memberikan makanan hamster pada Vodka. Setelah itu, dia berdiri dan menghadap ke arah Valcano. “Gue mau pulang.”
“Pulang aja sendiri,” kata Valcano dingin.
“Oke,” jawab Cilla.
“Eh tunggu!” Cegah Valcano begitu melihat Cilla hendak keluar dari apartemennya. “Gue anter.”
Gadis itu hanya mampu menarik nafas pelan dan menurut. Suasana jika saat mereka sedang berdua itu selalu awkward. Mereka berdua bingung harus apa jika sudah berdua.
“Sampai kapan lo kayak gini?”
“Maksud lo?” Cilla tidak paham.
“Maksud gue, sampai kapan lo bersikap dingin ke gue?”
“Sampai lo mampus,” gumam Cilla.
“Gue denger, nggak budeg,” balas Valcano.
Cilla nyengir. “Hehe, ya.. nggak tahu.”
“Lo beneran cinta sama Avines?” Tanya Valcano.
“Hm.. Sayang.”
“Cilla, dihati lo masih ada gue nggak?”
“Enggak.”
“Gue boleh masuk ke hati lo nggak?”
“Kan, udah ada Avines.”
“Oh iya. Lupa. Ya udah gue masukin lo aja.”
Cilla menjauhkan dirinya dari Valcano yang ucapannya rada ambigu. “Serem.”
“Canda, Cil. Ayo ah, gue antar lo pulang.”
•••
Reonus
Namsender
Kumpul yuk, udh lama nih g kumpul
Cikotay
Ayok. Gaskeun lur
Taradatar
GASSS! @Apines jemput gue ya
Apines
Gabisa, gue lg diluar
Valcano
Rumah Cilla, Vin?
Apines
Jempt kembaran lo gih, @senorok
Valcano
Vin?
Apines
take your time guys
Valcano menghela nafas pelan, Avines seperti jaga jarak dengannya. Lelaki itu jadi sungkan dengan teman-temannya karena tidak lagi solid seperti dulu. Ini salahnya, seandainya dulu dia tidak menyakiti Cilla.. Mungkin Cilla tidak akan menjadi pacar Avines dan merenggangkan hubungan pertemanan Reonus.
Sebenarnya ini bukan salah Valcano namun Valcano merasa bersalah.
“Sialan!” Valcano membanting handphonenya ke arah kasurnya. Dia menumpahkan tubuhnya pada kasur.
“Urusan percintaan gue hancur, pertemanan gue juga hancur!”
•••
Suara dentuman musik club mengalun dan menghasilkan debaran tersendiri. Salah satunya Valcano. Dia berada di club, duduk di dekat bartender sambil meminum botol berisi minuman alkohol. Jika dihitung, ini sudah botol yang kelimanya.
“Nambah satu,” suara serak Valcano terdengar.
Bartender tersebut mengangguk namun diam-diam dia menghubungi teman Valcano, karena keadaan Valcano sudah mabuk parah.
“Lagi ada masalah, bos?” Tanya Brandon sambil duduk di samping Valcano yang tampak kacau. Tak lupa juga dengan seorang perempuan yang ada dirangkulan tangan Brandon.
“Bacot lo, Bran.”
“Mending cari cewek yang free, lumayan buat senang-senang,” kata Brandon.
“Gila lo,” sahut Valcano.
“Lo udah teler masih mau nambah minum lagi?”
“Hm.”
Brandon geleng-geleng melihatnya. Namun tak ambil pusing karena lelaki itu sibuk dengan perempuan yang ada disampingnya. Valcano memilih untuk menghabiskan gelas berukuran sedang berisi wine.
“Argh.. Cilla lo kenapa tinggalin gue sih?” Valcano mulai meracau.
“Lo tau nggak Cil kalau gue kangen banget sama lo..”
Brandon memanggil salah satu temannya, Aqila, untuk menemani Valcano yang kacau.
Aqila memegang leher Valcano, ditatapnya lama-lama wajah Valcano hingga membuat Aqila tersenyum senang. Tampannyaa..
“Lo siapa?” Tanya Valcano ketus.
“Oh, kenalin gue Aqila.”
“Gue nggak butuh lo, gue butuh Cilla!” Valcano menundukkan kepalanya. “Ngggh Cilla.. Gue kangen.”
Tak lama kemudian, terlihat Avines dan Nams datang. Nams langsung mengusir Aqila agar menjauh dari Valcano.
“Pulang, Val.” Tegas Avines.
“Hah! Ngapain lo kesini! Bukannya lo lagi sama Cilla hah?” Ketus Valcano. “Minggir gue mau minum! Tambah satu cepet!”
“Jangan diladeni, Bang,” kata Avines.
“Bangsat, lo siapa sih hah? Nggak usah ngatur gue.”
“Gue temen lo.”
“Temen kok makan temen. Bajingan.”
Nams geleng-geleng kepala melihat betapa kacaunya Valcano karena jauh dari Cilla. Dia melirik Avines sekilas.
“Pulang! Lo mau gue aduin ke bokap lo?”
Valcano mengerang. “Cepu lo, anjing.”
“Gue geret lo!”
Avines benar-benar menggeret tubuh Valcano. Sebelumnya dia membayar minuman Valcano lalu akhirnya pergi.
“Bangsat udah gue bilang lo jangan ikut campur!” Erang Valcano.
“Gue butuh Cilla, bukan lo, Vin.”
“Balikin Cilla ke gue, Avines!”
Avines yang memapah jalan Valcano hanya diam dengan diliputi rasa bersalah. Nams menepuk pundak Avines perlahan dengan anggukan kepala. Mereka berdua membiarkan Valcano yang terus-menerus menyebut nama Cilla.
Semenyesal itu kah Valcano?
•••
Next?
Jangan lupa di share ya.. yang mau promosiin juga boleh🤣
Kasian gak sama Valcano?
yg mau masuk gc Valcano bisa chat aku di DM wattpad ya.