Dari awal memang harus berhenti, tapi bodohnya aku tetap memaksa. —Cillanera.
•••
“Gue nggak mau kita break.”
“Tapi kayaknya kita harus break, Val. Aku capek.” Cilla menundukkan kepalanya. “Bahkan saat aku butuh kamu, kamu masih mentingin Messa.”
“Gue nggak mau kita break.” Valcano mengulangi ucapannya itu dengan nada penuh penekanan. “Itu resiko lo jadi pacar gue.”
Cilla menghela nafas, dia merasa jika hubungannya dengan Valcano semakin jauh dengan hadirnya Messa. Cilla tak tahan menahan rasa cemburu, disepelekan, dicampakkan. Itu sakit.
“Aku capek sumpah.”
“Gue sayang lo.”
“Gue juga cinta lo, Cil.”
“Tapi prioritas kamu selalu ke Messa bukan aku. Aku merasa kalau aku adalah orang ke—”
“Gue cinta lo.”
“Iya, aku juga.”
•••
Apa yang dilakukan Cilla saat ini? Melawan Neneknya yang sedang memarahinya. Dan itu disaksikan oleh Renata yang diam saja.
“Saya selalu diam, tapi tidak dengan sekarang Nenek Tua!”
Plak!
“Renata salah telah memberimu kehidupan, dari awal saya sudah tidak setuju untuk merawatmu. Cukup dengan Silla saja Johan sudah bahagia!”
“Kamu itu berbeda dengan Silla, Rafina. Otak mereka cerdas, selalu membanggakan keluarga tapi kamu tidak! Different, anak seperti kamu itu tidak layak hidup sengsara!”
“Banyak omong Tua!” Bentak Cilla.
“Jangan ngelawan sama Nenek!” Seru Silla dari atas, setelah itu gadis itu berjalan turun dari tangga. “Apa yang diucapkan Nenek itu emang benar! Lagi pula lo juga kan yang coba bunuh Papa dengan cara ngeracunin.”
“BUKAN GUE PELAKUNYA SILLANARA!” Teriak Cilla yang sudah begitu emosi.
Renata meninggi. “CILLA!”
“APA?!” Cilla menarik nafasnya sebelum mengucapkan kata selanjutnya. “MAU NYALAHIN CILLA JUGA?! SALAHIN!”
Renata terpaku.
“Mama itu orang pendidikan, percaya dengan kepercayaan kuno si Tua ini?” Cilla menunjuk Neneknya.
Deg!
Lagi-lagi Renata terpaku dengan perkataan Cilla. Hatinya saling meberontak dengan apa yang dipikirkannya.
“Cilla capek, mau istirahat!”
•••
Papa
Blm minta uang udh di tf aja
Bersyukur seharusnya
Ye
Bnyk bet tf nya
Gpp
Jdi sungkan
Anggp aja kyk tmn sendiri
Leh?
Kan emang anda papa saya
Gimana sih?
Lupa kalo pnya ank kyk kamu
Dahlah
Valcano mendengus kesal lalu mematikan handphonenya. Dia menghampiri Avines yang sedang bermain PS dengan Nams.
“Di tf dong sama bokap,” kata Valcano.
Nams menatap Valcano. “Asik, ke club kita.”
“Jangan ah, bosen!” Sahut Tara.
“Lebih enak disini, tenang, terang, nggak berisik. Palingan juga cuma denger Ciko misuh-misuh nggak jelas,” kata Seno sambil memakan snacknya.
Mendengar namanya yang disebut, Ciko yang duduk agak berjauhan dari mereka langsung menatap dengan tatapan menunjukkan jika dia tersinggung. “Gue lagi! Salah perasaan Ya Tuhan.”
“Lo nggak ada benernya, asli.” Valcano tertawa.
“Hidup aja salah,” balas Nams.
“Apalagi nafas,” jawab Seno.
“Anjing lo semua!” Teriak Ciko, emosi. “Gue kalau jadi psycho pasti lo semua udah mati!”
“Tewas menggenaskan!” Avines mendramatisir.
“DUAR!” Teriak Tara.
“Me—”
Belum sempat Ciko melanjutkan perkataannya, namun Valcano langsung melemparkan botol soda ke arah Ciko agar tidak melanjutkan ucapannya.
“Me—Messa maksutnya,” kata Ciko.
“Yeuh,” cibir Tara.
Valcano menjauh dari sana ketika Cilla menelfonnya, dalam benaknya kenapa gadis itu menelfonnya? Apakah ada sesuatu hal yang membuatnya terusik?
“Halo? Kenapa, Cil?”
“Capek.”
“Istirahat.”
“Aku butuh kamu, bukan istirahat.”
“Gue lagi ngumpul sama temen gue,” kata Valcano pelan. Rasanya dia tak enak, padahal dia baru saja baikan dengan gadis itu. “Maaf ya.”
“Iya.”
Tut.
Valcano menghela nafas, sekarang dia jadi takut jika sampai membuat hati Cilla terluka. Bagaimana caranya agar dia lepas dari tanggung jawab untuk menjaga Messa? Dalam situasi sulit seperti ini itu akan membuat Cilla terluka, bisakah Valcano membuat Cilla bahagia?
•••
Cilla melihat King di gerbang, gadis itu langsung menghampiri King yang berjalan santai.
“King!”
“Eh, Cil? Baru datang nih ya?” King berbasa-basi.
Cilla mengangguk. “Iya.”
Jeane tiba-tiba muncul yang membuat mereka berdua kaget. Gadis itu berjalan di samping Cilla. “Ciah, kaget ya..”
“Enggak,” sahut King.
“Cilla, lo udah minum obat apa belum? Udah sarapan belum?” Tanya Jeane.
“Belum,” kata Cilla.
King mendengarkan mereka. “Lo sakit, Cil? Kok bisa? Sakit apa emangnya?”
“Pilek,” kata Jeane.
“Nyamber aja kayak petir!” King berjalan dahulu, Jeane langsung mengejar lelaki itu.
“Gitu aja ngambek.”
Cilla menggelengkan kepalanya melihat interaksi keduanya. Tangannya digenggam oleh Valcano yang memang sedari tadi mengikutinya di belakang. Cilla kembali kaget melihatnya, dia menatap Valcano yang lebih tinggi darinya.
“Sendirian ya.”
“Val.” Cilla memperhatikan tangannya yang di genggam oleh Valcano.
“Gue nggak mau lo deket-deket sama cowok lain, selain gue.” Valcano mengikis jarak diantara mereka lalu membisikkan sesuatu. “Milik Valcano akan selamanya jadi miliknya, nggak akan pernah di lepas atau di buang.”
“Dih, bisa gitu ya?”
“Bisalah.” Sebisa mungkin gue bakal berada disisi lo, Cil.
“Capek,” kata Cilla sambil berhenti melangkah. Valcano mengambil alih tas yang tersampir di pundaknya.
“Gue bawain.”
Cilla menghela nafas karena lelah, rupanya penyakitnya sudah mulai menyerangnya. Valcano mengajak Cilla duduk di bangku yang ada di depan area kelas sepuluh karena lorong kelas sebelas harus melewati lorong kelas sepuluh.
“Masih capek?”
“Iya.”
“Mau gue gendong?” Tawar Valcano, kedua alisnya naik turun.
Seketika mata Cilla melebar. “Ini disekolah.”
“Gapapa dong, biar mereka tahu kalau lo milik gue.”
“Hus.”
“Cantik banget, cewek siapa nih kiw?”
“Tengil banget kamu.”
Valcano menggaruk tengkuknya, apaya.. Dia hanya berusaha romantis dengan Cilla, Cilla menahan senyumnya melihat ekspresinya.
“Gendong..” Rengek Cilla, manja.
“Manja!” Jawab Valcano. Lalu, tangan lelaki itu terulur untuk menggapai tangan Cilla, membantunya berdiri. “Ayo ke kelas, sebelum Bu Pita menerkam.”
“Bu Vita.” Cilla mengkoreksi.
“Iya.” Valcano menjawab. “Cil, lo tau nggak bedanya lo sama ikan.”
“Apa?”
“Kalau lo manusia, kalau ikan hewan.”
Cilla melirik Valcano sekilas, setelah itu dia melepaskan tangan Valcano dan berjalan mendahului lelaki itu.
“Tunggu oy, baper amat lo jadi cewek.”
•••
Tengil bet jdi cowo lo Val😩