1 Bulan berlalu dan sedikit demi sedikit keluarga William diambang kehancuran. Bahkan perusahaan David William sudah diujung kebangkrutan.
Kondisi Rani juga tidak jauh berbeda, dia sakit-sakitan berawal syok tertipu oleh teman arisannya yang menjual kalung mutiara palsu dengan total 2 M.
Clara pun tidak habis pikir siapa yang membantunya, Abvin, Aldo, Daniel, atau Tenddy, dan jawabannya Teddy. Tapi jangan salah beranggapan karena perasaannya sehingga membantunya. Jika benar, kalian salah.
Teddy melakukan itu karena ternyata dulu keluarga Teddy juga menanam modal yang akan David kelola. Namun rencana itu gagal dan David tidak mau memulangkannya.
Keluarga Teddy mengiklasknnya, namun tidak ada yang tau dari situlah Teddy diperlakukan layaknya hewan peliharaan oleh kelurganya sehingga ia ditolong oleh seseorang dan dibawa pergi oleh orang itu.
Inti BMB semakin membenci Clara karena mereka mengira Clara lah dalang dibalik semua yang terjadi pada keluarga William, dan ayu? Tentu saja senang.
Disisi lain nama Clara menjadi bintang disekolahannya, karena kemenangan yang diraihnya No. 1. Bahkan Clara mendapat undangan dari salah satu Universitas terbaik di Amerika Serikat tentu saja membuat yang lain iri dan mengaguminya.
***
Saat ini Clara sedang memainkan Dart game dirooftop pribadinya dengan Abvin dan Aldo. Semenjak ia menang olimpiade, Clara menyuruh kepala sekolah untuk membuatkan rooftop khusus buatnya dan mengumumkan bahwa itu sebagian hadiah dari pihak sekolah.
"Kak, gimana hubungan kakak sama bang Teddy?" tanya Abel sembari makan es crim ditangannya.
semenjak di Amerika, Clara selalu ditolong oleh Teddy ketika ia terluka saat membantai orang-orang suruhan seseorang dan saat itulah mereka dekat bahkan mereka dikira berpacaran oleh Aldo, Kevin, dan liannya.
"Seperti biasa," acuh Clara yang masih asik dengan dunianya.
"Kakak, jangan suka sama bang Teddy sih... kenapa gak sama bang Daniel aja kan lebih ganteng," kata Kevin cemberut dengan mulut yang belepotan karena es krimnya.
"Ikh, aku sukanya kakak sama bang Teddy lebih macho... Laki banget, tinggi lagi," sahut Abel sembari menatap keatas membayangkan perawakan Teddy.
"Idih, masih jauh kali sama bang Daniel hmp," kata Kevin.
Adu mulut pun terjadi antara Abel dan Kevin. Clara pun hanya menggelangkan kepalanya membiarkan mereka adumulut. 'Nanti juga diem sendiri kalo udah capek' begitulah menurut Clara.
Brakk!
Clara menatap tajam orang yang menendang pintu dengan lancangnya sehingga mengagetkan Abvin, sedangkan Aldo masih tidur karena tadi traumanya kambuh lagi saat Ayu menyentuhnya dikantin dengan sengaja namun mereka mengira jika Aldo gila.
"Hehe peace, mba bro," kata Pretty yang baru datang menendang pintu dengan Sindy.
Clara mendengus tidak suka.
"Mba broo minta duit sih, abangku gak ngasih gue duit mana fasilitas disita lagi," keluh Pretty tanpa malu dan tanpa melihat situasi.
Pltak!
"Mikir... uang gaji lo kemarin aja masih utuh," kata Lilik menjitak kepala cantik Pretty.
"Ye, itu gue tabung buat masa depan haha," kata Pretty tertawa jahat.
"Berasa paling tersakiti sendri lo," sinis Sindy.
"Kalian ngapain kesini?" tanya Clara.
"Oh iya, gini bos ntar malem mereka mulai bergerak," kata Sindy serius mode on.
"Hati-hati, kalian jangan sampai terkecoh oleh mereka. Mereka licik dan picik." Clara berkata dengan dingin dan matanya menatap tajam kedepan.
"Tunggu kehancuranmu," gumum Clara dingin dan melempar anak panah mini kepapan bidikan dan tepat mendarat dititik merah.
"Kakak, Abel takut kakak kenapa-napa," kata Abel menunduk menutupi matanya yang sudah berkaca-kaca.
"En, Kevin pengen kakak batalin aja jangan pergi," sahut Kevin juga menunduk takut dimarah lagi.
"Hey, baby Abvinnya kakak jangan sedih donk... kakak cuma pergi sebentar buat habisi hama hiar Abvin gak sakit," jawab Clara lembut memeluk keduanya dan mengelus surai Abel dan Kevin menenangkannya yang mulai terisak.
"Hiks hiks, ta-tapi hiks... kakak harus ja-hiks, janji hiks," kata Kevin terisak.
"Sttt... iya kakak janji," kata Clara.
"Eughh kakak," cicit Aldo yang baru bangun dengan mata yang masih sembab.
Clara pun mengalihkan pandangannya ke Aldo dan menghampirinya, setelah Abvin terhenti menangis saat melihat Aldo.
"En, disini." Clara duduk disamping Aldo.
"Aldo takut hiks," kata Aldo terisak sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit.
Clara menghela nafas, ia merasa entah kenapa Aldo sekarang semakin cingeng saat ia kembali dari Amerika. Mungkin efek dari Abvin juga.
"Sttt... kakak disini, apa pusing?" tanya Clara lembut sambil memeluk Aldo.
Abvin yang melihat itu cemberut dan Aldo menjularkan lidahnya mengejek Abvin yang tengah menatapnya dengan wajah cemberut. Tentu saja Clara tidak melihatnya. Sedangkan Sindy dan temannya cekikikan karena ulah mereka.
"Khakakk... aduh palak barbey Atit," keluh Pretty dibuat kekanakan ke Lilik yang ada disampingnya.
"Gak suka gelay," kata Lilik sambil menyonyor kepala Pretty.
Pretty yang ditonyor cemberut bibirnya maju berapa Cm. Langsung dihadiahi pukulan dari Sindy.
"Zizik," kata Sindy.
"Ikh, kalian jahat! Jangan sentuh akoh, akoh zizik sama kamu mba... akoh zizik," kata Pretty lembay meragakan film yang sering ia tonton.
Ia pun dipandang ilfil oleh Clara, Aldo, Abvin, dan Sindy. Lilik merekamnya dan di Up ke instagramnya. Pretty yang sadar direkam pun langsung protes mau merebut Hp Lilik dan alhasil mereka kejar-kejaran.
***
"Idihh... itu pret pret kan? jago juga ektingnya haha,"
"Cantik sih, sayangnya otaknya gesrek,"
"Tapi lebih gesrekan Ai."
"Ho.oh, kadang normal kadang overdosis normal haha,"
"Bhaha... untung pinter."
"Haha anjir, gue aja iri sama itu ototnya."
"Hot, kayanya kuat 2 jam."
Plak!
"Mesum teros,"
Dll.
Begitulah para warga sekolah saat melihat postingan dari Lilik.
***
"Bos, dia udah tau rencana kita. Apa kita tetep laksanain bos"? tanya seorang pria dengan sesekali melirik tuannya.
"Apa kamu pikir saya akan mundur huh!" bentak tuannya.
"Bu-bukan begitu, Bos ha-" kata pria itu terpotong.
"Halah... PERGI DAN SIAPKAN SEMUANYA UNTUK MALAM INI," kata tuannya lantang.
Pria itupun langsung keluar ruangan melaksanakan apa yang tuannya printah.
"Hahaha... lihat saja bocah, tunggu kematianmu dan ayahmu akan menderita haha," tawa tuan pria tadi.
"Kemarilah baby, aku butuh asupanmu," kata laki-laki itu menarik wanita yang sedari tadi diam disampingnya kepelukannya dan langsung melumat bibir merah itu serta tangannya yg menjelajahi lekuk tubuh wanita itu membuat desahan keluar dari bibir wanita itu.
"Mereka tidak menyentuhmu kan? termasuk Dimas," kata laki-laki itu melepaskan ciumannya.
"Tentu saja mereka tidak menyentuhku, seakan aku barang paling berharga bagi mereka," kata wanita itu terkikik.
"Bagus, hanya aku yang boleh menyentuhmu baby Ayu," bisik laki-laki itu serak.
"Always for you daddy- Aghh, Andre. Emmh," kata wanita itu tidak lain adalah Ayu dan laki-laki itu iyalah Andre.
"Biarkan aku emm, jadi baby sugarmu selamanya ahh... daddy kau selalu memuaskanku," kata Ayu lirih.
"Tentu," kata Andre.
(bubar cah, saru!)
***
Malam pun tiba, dimana mereka mulai melakukan aksi mereka untuk saling menjatuhkan dan suara tembakan yang beruntun dari kedua kubu memecahkan kesunyian malam hari dibangunan tua ditengah hutan.
"Ara...
.
.
.
.
.
.
Udah?