ISEKAI | AOT X Readers

By LylianaEmeraldine

135K 31.8K 5.1K

[Name] memang berharap bisa masuk ke Isekai. Dimana ia bisa bertemu dengan para husbu husbu tampan dengan abs... More

Emma's Note
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

13

3.7K 950 96
By LylianaEmeraldine

Baik Mikasa atau Armin selalu berfikir bahwa [Name] memang seharusnya tidak ada disini.

Pertemuan mereka bisa dibilang hal yang sangat luar biasa mengejutkan. Siapa sangka ada manusia dengan pakaian aneh yang secara tiba-tiba muncul di kapal? Padahal sudah jelas tidak ada satupun pasukan pengintai yang melihat gadis itu masuk.

Dari semua itu, yang paling aneh adalah saat dimana gadis itu mengatakan fakta yang mencegangkan.

Sang pelintas dimensi katanya.

Mereka tidak ingin mempercayai hal itu. Tapi, ketika iris mata mereka bersiborok dengan netra [eye colour] yang begitu jernih. Mereka langsung sadar bahwa [Name] memang bukan bagian dari mereka.

Bukan bagian dari dunia ini.

Perkataan [Name] saat berada di restoran masih terngiang-ngiang dikepala Armin. Tentang betapa luar biasanya kehidupan di dunia [Name]. Disana penuh dengan kemudahan dan kebebasan.

Itu adalah dunia yang semua orang disini inginkan.

Hidup bahagia dan bebas.

Namun mengapa sepasang netra [eye colour] itu selalu menampilkan sebaliknya? Seakan-akan dia terjebak di suatu tempat.

Dan tersiksa disana.

"Menurutmu?"

Moncong pistol terasa begitu dingin ketika menyentuh dahi Armin. Connie, Jean, dan Mikasa spontan menodongkan senjata mereka kearah [Name].

"Sudah kuduga kau akan bekerja sama dengan Zeke!"

Teriakan Connie tak terelakan. Merasa emosi dengan sosok [Name] yang justru menodongkan senjata ke arah rekan, Armin.

Tidak, tidak, sekarang mereka sudah bukan lagi rekan.

"Jangan bilang alasan kau datang ke hutan itu untuk menemui Zeke?"

Iris mata Armin melebar ketika mendengar kalimat yang dikeluarkan oleh Jean. Apakah memang benar jika alasan [Name] begitu terburu-buru mencari lokasi hutan itu adalah karena Zeke?

Jika iya, mungkin [Name] memang sengaja melakukan itu untuk memastikan lokasi Zeke berada.

Tetapi, kenapa para Yeagerist justru membutuhkan bantuan Hange sebagai penunjuk arah?

Dan juga apa maksud dari perilaku [Name] salama ini? Mata jernihnya itu selalu menatap tajam Eren, seakan-akan dia adalah musuh yang meski dihancurkan.

"Tidak mungkin kau melakukan itu, iyakan?"

Iris biru bersiborok dengan iris [eye colour]. Dalam diam Armin meringis dalam hati ketika melihat mata kanan sang gadis terus mengeluarkan darah.

"[Surname]... apa kau benar-benar akan terus berada disana?"

Genggaman [Name] pada pistol mengerat. Pertempuran makin sengit, yang harus [Name] lakukan saat ini adalah mengulur waktu.

Benar, mengulur waktu.

"Aku selalu merasa kau seperti menahan diri tiap waktu. Seperti kau tidak bisa melakukan sesuatu yang kau mau."

Armin selalu merasa bahwa gadis didepannya itu memiliki sesuatu yang selalu menahannya. Seperti pengekang yang cukup kuat untuk membuat gadis serampangan macam [Name] berfikir keras ketika akan melakukan sesuatu.

Terkadang, Armin mendapati [Name] bergumam sendiri seraya menatap tajam suatu objek tertentu.

"Apa... kau akan terus menuruti hal yang mengekang kebebasanmu?"

DEG.

"Jika aku memberikanmu kebebasan, apakah kau mau menuruti satu perintahku?"

Selama ini [Name] tidak pernah memikirkan hal ini. Yang bisa ia lakukan adalah tidak ikut campur dalam setiap hal yang ada.

Ia tidak pernah merubah takdir. Sedikitpun tidak boleh.

Iris mata Mikasa, Connie, dan Jean melebar ketika melihat jari telunjuk [Name] bersiap menarik pelatuk.

Darah kembali mengalir di mata kanan sang gadis, seakan-akan [Name] tengah mengeluarkan air mata.

Air mata darah.

"Armin!"

DOR!

~

Pertempuran antara Marleyan dan Paradise makin sengit. Situasi yang berpihak pada Marleyan kini sedikit demi sedikit mulai berpihak pada Paradise. Zeke yang terluka parah berusaha bangkit. Namun, ia tidak bisa menghampiri Eren, begitu pula sebaliknya.

Reiner yang mati-matian menahan Eren membuat keduanya terdesak.

"Eren, sekarang aku akan memanggil para titan!"

Mulut Zeke terbuka, bersiap untuk berteriak. Namun, sebuah panggilan dari seseorang membuat ia urung sejenak.

Colt yang tengah menarik Falco berlari menghampiri Zeke.

"Falco, dia tidak sengaja menelan cairan tulang belakangmu! Kumohon, jangan berteriak!"

Iris mata Zeke melebar. Ia kembali diberikan pilihan sulit yang mempertaruhkan adiknya, Eren, dan pejuang cilik, Falco.

Colt terus berteriak, mengatakan segala isi hatinya terkait perilaku Zeke. Ia tidak mengerti dengan jalan fikiran Zeke yang berkhianat pada Marley. Ia juga tidak menyangka bahwa Zeke akan melibatkan anak kecil. Karna setahu dia, Zeke bukan orang yang sekejam itu.

"Aku tidak menyuruhmu untuk diam saja seperti itu dan mati! Aku hanya ingin kau menunggu sampai Falco berada di luar jangkauan efektif teriakannya!"

Sosok Gabi yang tengah menunggangi kuda datang, ia harus segera membawa Falco pergi sejauh mungkin dari sini.

"Colt... perasaanmu pada adikmu, aku sangat memahaminya."

Benar, ia paling tahu bagaimana perasaan ingin melindungi. Rasa ingin menempatkan sang adik dalam posisi paling aman. Memikul beban agar sang adik tidak lagi menampung kebencian. Merelakan nyawa agar bisa melindungi.

Zeke paling tau perasaan itu.

"Itulah kenapa... sayang sekali...."

Wajah Colt dan Falco memucat. Teriakan beast titan terdengar begitu keras, seakan menulikan pendengaran selama beberapa saat.

"Falco!"

Tanpa ragu, Colt memeluk sang adik erat. Tidak peduli jika nanti dia harus mati karna hal ini. Setidaknya ia mati dengan kondisi memeluk adiknya nanti.

"Tidak apa-apa Falco! Kakak akan selalu bersamamu!"

Mati-matian Falco berusaha melepaskan diri. Namun, Colt terus mendekapnya erat.

Cahaya petir mulai muncul dari tubuh Falco. Orang-orang yang tak jauh dari sana pun merasa demikian. Tubuh mereka membeku ketika menyadari apa yang terjadi.

SRET!

Di detik sebelum Falco berubah, suara gas serta gesekan tali maneuver gear terdengar.

BUM!

BUM!

BUM!

Serentak, seluruh warga paradise dengan ban dilengan telah resmi berubah menjadi titan.
















































"Sialan, si monyet itu bahkan tidak memberiku waktu untuk sekedar menarik bernafas!"























[A/N]

Percakapan singkat antara Emma dan mbak Nem.




































See you in next chap!

Continue Reading

You'll Also Like

142K 5K 39
โ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. โž She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...
90.5K 3.1K 52
"๐“๐ซ๐ฎ๐ญ๐ก, ๐๐š๐ซ๐ž, ๐ฌ๐ฉ๐ข๐ง ๐›๐จ๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž๐ฌ ๐˜๐จ๐ฎ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐ก๐จ๐ฐ ๐ญ๐จ ๐›๐š๐ฅ๐ฅ, ๐ˆ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐€๐ซ๐ข๐ฌ๐ญ๐จ๐ญ๐ฅ๐ž" ๐ˆ๐ ๐–๐‡๐ˆ๐‚๐‡ Caitlin Clark fa...
59.9K 1.2K 46
*Completed* "Fake it till you make it?" A PR relationship with a heartbroken singer in the midst of a world tour sounds like the last thing Lando Nor...