ISEKAI | AOT X Readers

By LylianaEmeraldine

135K 31.8K 5.1K

[Name] memang berharap bisa masuk ke Isekai. Dimana ia bisa bertemu dengan para husbu husbu tampan dengan abs... More

Emma's Note
00
01
02
03
04
05
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

06

5K 1.2K 342
By LylianaEmeraldine

[Name] benci mengakui bahwa ia hampir muntah karna menaiki kereta kuda.

Guncangan yang dihasilkan karna kondisi jalanan membuat wajah [Name] pucat lantaran menahan mual.

Oh tunggu dulu, sebelum itu mari kita memutar kejadian beberapa saat yang lalu.

Setelah menyaksikan bagaimana keributan yang dilakukan faksi Yeager hingga konferensi meja bundar antara Eren, Mikasa, Armin, dan Gabi. [Name] langsung melesat pergi meninggalkan restoran. Tidak peduli dengan Hange atau Falco yang dibawa pergi oleh Fraksi Yeager.

Toh, mereka akan selamat.

Dengan menggunakan nama Historia, [Name] meminta salah satu dari anggota pasukan militer untuk mengantarnya menuju suatu tempat.

Seharusnya tidak ada yang berani menolak karna [Name] memakai nama sang ratu. Seharusnya sih begitu.

Tapi sialnya, pasukan militer yang [Name] perintah itu ternyata seorang Fraksi Yeager.

Karma memakai nama orang dalam sembarangan.

Karena hal itu, sempat terjadi perdebatan panjang.

Tiap argumen yang keluar dari bibir kurang ajar [Name] sempat membuat orang itu berniat menembak kaki [Name] untuk peringatan.

Bahkan Floch sendiri sampai turun tangan untuk meredam keributan dan membawa [Name].

Tapi, bukan [Name] namanya kalau tidak berani melawan.

Dengan kurang ajarnya ia menyumpah serampahi Floch. [Name] hampir berteriak perkara masalah wine.

Untungnya [Name] bisa tahan.

Floch sendiri sudah nyaris menembak kepala [Name], jikalau tidak segera dihentikan oleh Eren.

Sepasang iris emerald dan [eyes colour] kembali bertemu. Tatapan keduanya bertabrakan. Begitu dalam dan asing disaat bersamaan.

[Name] yang seakan tahu segalanya menatap mata Eren tanpa rasa takut. Bahkan saat Floch berniat menarik pelatuk pun, [Name] masih saja mempertahankan tatapannya itu.

Dengan sengaja [Name] menaikan dagu, membuat kesan angkuh pada semua orang yang menyaksikan.

Para Fraksi Yeager lainnya juga ikut menodongkan senjata. Tetapi, aura yang keluar dari gadis bersurai [hair colour] itu terasa mencengkam.

Mereka sempat goyah, tapi teriakan Floch kembali menyadarkan.

Tidak diketahui nanti gadis itu akan mendukung pihak mana. Namun yang jelas, dia benar-benar berbahaya.

Lebih tepatnya pengetahuan yang dimilikinya.

"Eren, apa kau benar-benar bebas?"

Wajah Eren masih datar. Dalam diam, ia mempertanyakan mengapa [Name] menanyakan hal yang sama? Menanyakan sesuatu yang sudah di jelaskan secara rinci.

Bukankah ia terlihat begitu bodoh?

"Ya, aku bebas."

Jawaban yang sama untuk pertanyaan yang sama.

Kekehan pelan keluar dari bibir [Name]. Floch mengernyit, menanyakan apa yang lucu dari perkataan sang penyelamat.

"Benarkah?"

[Name] melirik Eren. Tatapan tajam ia layangkan untuk sang tokoh utama.

"Tapi, kau nampak begitu terikat. Terikat oleh masa depan yang kau lihat."

Iris emerald Eren menajam. Sepasang [eyes colour] menatap Eren dengan tatapan berjuta makna, begitu sulit ditafsirkan.

"Eren Yeager, kau tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti alur takdir, bukan?"

Jemari [Name] memijit pelipis pelan. Sebuah upaya mengurangi rasa pening yang mendera. Dalam diam memaki diri sendiri.

Kenapa pula dia berkata seperti itu pada Eren? Mana bilangnya didepan banyak anggota Fraksi Yeager pula.

"Mampus aku kalau alur ceritanya berubah."

Demi tuhan, [Name] ingin menjerit. Semua perkara yang ada di hadapannya membuat kepala [Name] pusing bukan kepalang.

Padahal dia masuk ke dunia ini secara tidak sengaja dan tiba-tiba.

Ia bahkan tidak diberikan persiapan apapun atau secuil strategi untuk menghadapi krisis di dunia ini.

Ditambah sebuah aturan menyebalkan yang diberikan makin membuat [Name] migrain mendadak.

"Tidak boleh merubah takdir katanya? Jelas-jelas kedatanganku saja sudah merubah takdir."

Tepat setelah [Name] mengucapkan itu, kereta kudanya berhenti. Yang mana membuat rasa mualnya makin bertambah karena gerakan yang tiba-tiba ini.

Seketika [Name] memuntahkan seluruh isi lambungnya ketika turun dari kereta kuda.

Kereta kuda lebih buruk dari mobil dengan wewangian jeruk. Setidaknya mobil ber-AC lebih ramah sedikit untuk lambung [Name].

[Name] mendongak, menatap pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tempat yang sangat ingin [Name] datangi sampai nyaris mempertaruhkan kepala.

Hotel sang monyet.

Tapi, bagaimana caranya menemukan lokasi mereka?

~

"Bangsat."

Untuk yang kesekian kalinya, [Name] kembali mengumpat. Nafasnya terengah-engah dengan keringat membasahi tubuh.

[Name] sampai melepas coat yang ia gunakan, kemudian melemparnya entah kemana. Menyisakan kemeja putih dan celana hitam panjang.

Hutan ini begitu besar dan luas. [Name] memakan waktu hampir setengah hari untuk mencari posisi Zeke dan Levi.

[Name] berdoa betisnya tidak bertambah besar karna terus berjalan.

"Sialan...."

Sungguh, [Name] benar-benar ingin memaki sang penulis yang membawanya ke dunia Attack on titan ini.

Sebenarnya [Name] tidak masalah andai kata ia di pindahkan ke dunia ini saat pelatihan kadet 104.

Jika tidak bisa, saat S3 dimulai juga tidak masalah.

Dengan begitu [Name] bisa sedikit belajar 3D maneuver gear. Setidaknya membangun hubungan erat bersama para tokoh utama.

Siapa tahu bisa dapat Levi atau Eren. Kan, hoki.

Atau mungkin [Name] berpindah dimensi bertepatan saat mereka datang ke laut. Jadi, [Name] bisa muncul selayaknya dewi laut yang elegan.

Namun, realita berkata sebaliknya. Jangankan elegan, [Name] bahkan muncul dengan keadaan menyedihkan.

Pertama, di kapal. Kedua, di koridor gelap. Ditemani sebatang coklat dan sekarang sekotak susu yang batas kadaluwarsanya saja kurang dari tiga hari.

Bukan Emma namanya jika tidak membuat [Name] tersiksa.

Lagipula Attack On Titan Final season lebih menegangkan.

Dan membuat sakit kepala juga tentunya.

"Siapa ini? Tikus yang dibawa oleh Hange?"

Suara familiar membuat badan [Name] tersentak. [Name] kenal dengan suara ini. Suara yang sukses membuat dirinya berteriak kegirangan di Season 3.

Sosok kapten yang pada masanya lebih terkenal dari sang tokoh utama.

"Levi!"

Kernyitan dahi nampak di wajah Levi. Iris matanya menajam ketika mendapati [Name] muncul dengan keadaan menyedihkan.

Badan berkeringat, kemeja kotor, dan sepatu yang penuh lumpur.

Benar-benar mirip tikus.

Ditambah gadis itu tidak memiliki sopan santun sama sekali. [Name] memanggil nama Levi seenak jidatnya. Tanpa embel-embel 'kapten' pula.

Sudah begitu masih berharap mendapatkan Levi. Ckck, saya hanya bisa mengiyakan sajalah.

"Levi! Aku datang untuk menemanimu!"

[Name] berteriak kegirangan, berniat menerjang Levi. Namun gerakannya terhenti ketika Levi mengetuk kepala sang gadis dengan gagang pedang.

Suara aduhan keras terdengar, membuat para anak buah Levi sontak menghampiri sang kapten.

Hanya didepan Levi, sosok angkuh dan misterius [Name] hilang.

Maklum, fangirl.

"Kapten, ada apa?"

Helaan nafas keluar dari bibir Levi. Dalam satu gerakan Levi mendorong [Name], membuat sosok rampingnya berdiri didepan puluhan para pasukan pengintai.

"Kita kedatangan tikus yang merepotkan."

[Name] berdehem singkat. Dengan segera memperbaiki sifatnya seperti biasa, pencitraan.

"Namaku [Fullname]."

Bisikan demi bisikan terdengar. Mereka mulai membicarakan sosok [Name] yang akhir-akhir ini sering menjadi bahan perbincangan di kalangan militer.

Gadis asing dan aneh yang berada di bawah perlindungan Historia. Selain itu, [Name] juga berada di bawah pengawasan Hange.

Awalnya pengawasan [Name] akan diserahkan pada Komandan Pixis. Tapi, [Name] mati-matian menolak dengan alasan Pixis botak.

Biadab, memang.

"Apa kau benar-benar [Surname]-san?"

Menurut rumor, [Name] adalah gadis yang frontal. Selain itu mereka juga dengar bahwa [Name] sangat misterius.

Tidak mungkin gadis yang berteriak kegirangan kala bertemu Levi itu merupakan sosok [Name].

Iya, tidak mungkin.

Alis Levi menyatu ketika melihat para anak buahnya tersentak. Kemudian iris matanya bergulir kesamping, menatap sang gadis yang tengah mengulas senyum.

Begitu mengintimidasi.

"Tentu. Buktinya aku tidak peduli kalian akan percaya dengan perkataanku atau tidak."

Sepasang netra [eye colour] gadis itu membawa perasaan aneh tersendiri. Tatapan tajam dengan ribuan makna yang sulit di prediksi.

Kemudian iris menakjubkan itu menatap lurus kedepan, menghunus langsung sosok Zeke dengan buku ditangan.






































"Toh, sebentar lagi kalian tidak akan bisa mengingatnya."

Continue Reading

You'll Also Like

64.9K 1.3K 47
*Completed* "Fake it till you make it?" A messy relationship with a heartbroken singer in the midst of a world tour sounds like the last thing Lando...
1.3M 58.2K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
314K 9.4K 101
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
105K 9.3K 111
"You think I'm golden?" "Brighter than the sun, but don't tell Apollo" Dante hates Rome's golden boy. Jason doesn't even remember him. Right person w...