Elegi Dua Hati

By freddysan46

598 164 23

Elegi dua hati. Satu cinta sepasang manusia yang penuh perbedaan. Dunia yang jauh berbeda. Suku, adat, budaya... More

Bab 1 - Dua Hati
Bab 2 - Lain Kali
Bab 3 - Tak Berujung
Bab 4 - Pesisir Kasih
Bab 5 - Pantai Sayang
Bab 6 - My Plan
Bab 7 - Kunjungan
Bab 8 - Negosiasi Cinta
Bab 9 - Bincang-Bincang
Bab 10 - Sebuah Kesepakatan
Bab 11 - Pesonamu
Bab 12 - Perjodohan
Bab 13 - Bulan Purnama
Bab 14 - Mengenal Tuhan
Bab 15 - Perubahan Kecilku
Bab 16 - Denganmu
Bab 17 - Cemburu
Bab 19 - Tiga Hari Tanpamu
Bab 20 - Malapetaka
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29

Bab 18 Badai Besar

15 5 4
By freddysan46

Bukanlah cinta

jika tak pernah ada luka

Juga bukan cinta

bila tak mampu hadirkan bahagia
*****

"Assalamu'alaikum, Buk," ucap Fakhri menjawab panggilan telepon dari ibunya.

"Wa'alaikumsalam. Wis nyampe Malang, toh?"

"Sudah, ini malah perjalanan balik ke Jombang, kok," tutur Fakhri kalem.

"Lah dalah, kok cepet banget. Mestine istirahat dulu di sana, ngobrol-ngobrol sama Mia. Malah langsung bablas."

"Ini kosan cewek, Buk. Ndak enak kalau Fakhri lama-lama di sana," kilah pemuda itu menahan pedih di hati.

"Kamu kan tunangannya Mia. Orang juga ndak bakal mikir aneh-aneh, wong sudah resmi bertunangan."

"Tetep aja. Baru tunangan, Buk, belum halal untuk berdua-duaan terus. Udah ya, ini Fakhri nyetir, ndak enak sambil telponan. Assalamu'alaikum." Fakhri buru-buru menutup telepon, tidak mau ibunya terus menginterogasi.

Merasa ada yang tak beres, ibu Fakhri bergegas menelepon Mariyati untuk mengabarkan kecurigaannya. Sejurus kemudian Mariyati segera menghubungi Mia.

"Assalamu'alaikum, Buk. Ada apa?"

"Kamu berantem sama Nak Fakhri? Kok dia langsung bablas pulang ke Jombang, ndak rehat-rehat dulu, jalan-jalan, atau ngobrol sama kamu," cecar Mariyati tanpa jeda.

"Ya Allah ... ndak, Buk. Mas Fakhri sendiri yang bilang lagi sibuk, ada kerjaan yang harus diurus. Masak aku kudu nahan-nahan, kan ndak enak," bantah Mia sembari dongkol.

Ibunya benar-benar sangat mengistimewakan Fakhri. Mia semakin tidak yakin bahwa Fredy mampu menggusur kehadiran Fakhri di hati Mariyati.

"Bener ndak ada apa-apa?" Mariyati masih terus menyelidik.

"Beneran, Buk. Tanya aja sama Mas Fakhri kalau ndak percaya."

"Ya wis kalau gitu. Kamu telpon dia sekarang, suruh hati-hati di jalan. Jadi perempuan itu yang perhatian sama calon suami. Jangan cuek. Telpon sekarang! Assalamu'alaikum."

"Wa'ala ...." Belum selesai Mia menjawab, Mariyati sudah menutup teleponnya. "... ikumsalam."

Mia benar-benar sebal pada ibunya. Bisa dibilang, sang ibu justru jauh lebih sayang dan perhatian pada calon menantu kesayangan daripada dia yang anak kandung.

Daripada masalah melebar kemana-mana, aku telpon Mas Fakhri aja deh, batin Mia.

Aisyah, romantisnya cintamu dengan Nabi ....

Telepon genggam Fakhri berdering pelan. Pemuda itu tersenyum. Lagu tersebut memang khusus ia pasang untuk nada panggil Mia. Ia berharap, suatu saat nanti mereka bisa menjadi pasangan seperti Rasulullah SAW dan Aisyah.

Pasangan romantis yang tidak hanya mencinta di dunia, tapi juga berkumpul di surga-Nya kelak. Mencintai dan dicintai karena Allah Ta'alla. Tidak sebatas ucapan, tapi juga dalam perbuatan mengharap ridho-Nya.

"Assalamu'alaikum," ucap Fakhri dengan lembut walau hatinya sedang terluka.

"Wa'alaikumsalam. Mas Fakhri ngadu apa ke Ibuk?" todong Mia tiba-tiba.

"Ngadu ... gimana ya maksudnya, Mi? Aku ndak ngerti maksud kamu." Fakhri tetap menjawab dengan tenang.

"Ibuk marah-marah karena Mas Fakhri langsung pulang ke Jombang. Jadi, nuduhnya kita lagi berantem."

"Oh, aku ndak ngadu macem-macem kok, Mi. Jangan suudzan dulu, dong. Tadi itu, Ibuku nelpon, nanya udah sampai di Malang apa belum. Ya kujawab kalau sudah perjalanan balik ke Jombang. Demi Allah, aku ndak ngomong selain itu, Mia."

Mia terdiam sejenak. Melihat watak Fakhri, memang sepertinya tidak mungkin pemuda itu bicara macam-macam.

Dasar emak-emak rempong, keluh Mia dalam hati.

Mia kemudian menceritakan tentang kecemburuan pacarnya pada Fakhri. Semua cerita ditanggapi dengan sabar oleh pemuda tersebut, sembari menahan rasa nyeri di dada.

Untung saja Mia tidak bisa melihat ekspresi wajah Fakhri yang tersenyum kecut. Pria mana yang tidak cemburu, jika gadis pujaan hati bercerita tentang pria lain.

Fakhri tetap berusaha menanggapi dengan baik, bahkan mencoba memberikan solusi pada Mia untuk menghilangkan kemarahan Fredy.

Hatiku meronta, menggeliat menahan teriak. Aku terluka, andai saja kau memahaminya.

Mia berbincang dengan asyik, sampai tak terasa hampir satu jam dia menelepon Fakhri.

"Wis, Mas. Hati-hati di jalan. Aku mau telpon Mas Fredy dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumus salam. Jangan lupa, salat, ngaji dan terus belajar agama, ya," pesan Fakhri.

"Siap, Bos." Mia mengakhiri panggilan teleponnya.

Astaga! Mia berteriak dalam hati.

Terlihat beberapa panggilan tak terjawab dari Fredy. Rupanya pemuda yang sedang merajuk itu mencoba menelepon Mia saat gadis tersebut sedang asyik berdiskusi dengan Fakhri.

[Hebat. Pacaran terooooossssssss!!!!]

Sebuah pesan dikirimkan oleh Fredy setelah beberapa kali mendapati kekasihnya sedang berada dalam panggilan telepon lain.

Buru-buru Mia mengetik pesan balasan. Tidak ingin kesalahpahaman berbuntut panjang. Baru mengetik beberapa kata, sebuah ketukan pintu menghentikan jari jempolnya bergerilya.

Mia beranjak dari tepi ranjang, menyibak korden melihat siapa yang datang. Mata gadis itu membesar mendapati seseorang di luar sana sedang berkacak pinggang.

Fredy!

Dengan cepat Mia memutar handle pintu ....

"Mana handphone kau?" pinta pemuda itu dengan sorot mata tajam, mengulurkan tangan kanan.

Mia belingsatan, bingung apa yang harus ia lakukan, antara menyerahkan atau menahan ponsel yang masih tergenggam.

Mampus! Pasti Mas Fredy tambah marah, kalo sampe lihat log panggilan keluar, rutuk Mia dalam hati.

"Cepat, mana!" todong Fredy mendesak.

Ragu, Mia mengangkat tangan, menyerahkan telepon genggamnya. Pasrah.

Dengan sigap Fredy menyambar benda yang ada di hadapannya. Tanpa berkata apapun, lekas jari-jarinya bergerak mengutak-atik benda pipih tersebut.

Daftar panggilan, tujuan utama Fredy.

Sementara Mia hanya menunduk, menggigit bibir bawah, menunggu reaksi kekasihnya itu.

Rahang Fredy mengeras, gerakan tangannya sedikit meremas melihat nama panggilan terakhir yang berada di posisi teratas.

Masih diam, tanpa memberikan respon apapun, Fredy meraih tangan Mia dan memberikan gawai itu kembali pada pemiliknya.

"Aku bisa jelasin, Mas," ucap Mia meraih tangan kekasihnya saat pemuda itu berbalik badan, menahan. Ia tahu kali ini Fredy sangat marah, tampak raut wajah yang sudah merah padam.

Fredy sedikit menengok ke belakang. "Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Semua sudah jelas," ucapnya dingin.

"Tapi, Mas ... kamu sudah salah pah–," ucapan Mia terputus ketika Fredy mengibaskan genggamannya lalu pergi.

Dia bilang salah paham? Sudah jelas aku yang marah, tapi kenapa si kampret itu yang justru dihubungi, pikir Fredy meracau sambil terus berjalan menuju motor yang terparkir di luar sana.

Ternyata beberapa saat yang lalu pemuda itu tidak benar-benar pergi. Seperti biasa, ia hanya pura-pura ngambek, rindu ingin dirayu Mia. Fredy menghentikan kembali motornya hanya sampai di luar pagar, berharap kekasihnya akan mengejar.

Dengan pikiran carut marut, Fredy memutar stang motor lalu memacu kuda besinya itu dengan kecepatan tinggi.

Harapan bertemu kekasihnya untuk melepas rindu setelah hampir sebulan tidak bertemu, tapi malah kejutan demi kejutan tak terduga yang ia terima.

Apa ini pertanda hubunganku akan berakhir begitu saja? Fredy semakin menambah kecepatan seperti orang kesetanan.

Rasa kecewa hadir karena harapan yang terlalu tinggi. Pedih hati bukan karena orang yang dibenci, tapi justru yang sangat kita cintai. Dilukai musuh mungkin hanya sesaat ricuh. Disakiti kekasih, sungguh teramat pedih.


Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 260K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.4M 140K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...