Teruntuk Dirimu Yang Sedang Patah

2 2 0
                                    

Angin pagi terasa tak lagi hangat, hembusannya begitu dingin dan merasuki qalbu laksana sembilu, keramaian bukan lagi jadi tempat idaman, hanyalah keheningan nan kuharapkan.
Daku,  ingin berteriak
Daku,  ingin bersorak
Daku,  ingin menangis
Mengapa, mengapa, mengapa harus aku
Mengapa bukan dia, Yang merasakan semua ini.
...
Kesunyian malam adalah suasana impian
bagi mereka yang sedang berjuang untuk bertahan,  namun selalu dipatahkan, lagi dan lagi.
Entah sampai harus berapa kali,  aku merasakan ini.
Aku sudah jenuh
Aku sudah bosan
Akankah kematian adalah jalan agar diriku
Damai tanpa beban.
...
Dikala air mataku menetes,  rembulan mengelus lembut rambutku,  seraya berkata:

"Duhai adindaku yang cantik,  air matamu begitu mahal, lantas mengapa kau teteskan air matamu untuk dia yang tak perduli, dengan perasaanmu. "

Sang gadis menjawab perkataan bulan:

" Bulan,  mengapa engkau begitu jauh, bukankah kau tahu,  bahwa diriku sedang rapuh, ambillah aku bulan, bawa lah aku bulan,  aku sudah bosan dengan sandiwara kehidupan, aku sudah mencoba berdiri kokoh namun hakikatnya rapuh "

Bulan tersenyum  manis dari kejauhan, dan kini ia berbisik kepada telinga sang gadis:
" duhai adindaku, diriku tak pernah beranjak walau selangkah, dari tempat diriku berada. Karna dari sinilah diriku belajar tuk bertahan dari segala luka dan kekecewaan, karna, hanyalah anjing yang  selalu menggonggong setiap orang yang ia temui,  namun singa sang raja rimba lebih memilih untuk diam, seraya memantau kematian. "
...
Hancurnya badan, belum tentu hancurnya ruh
Sekiranya hidup adalah permainan,  mengapa kita begitu serius menyikapi diri setiap  insani, yang hakikatnya mereka tidak utuh.

Padang,  14-agustus-2020
@qais elkazni

Lentera dalam dukaWhere stories live. Discover now