Hargai Aku

8 2 0
                                    

Pagi yang cerah,disambut bunga yang merekah, meski jlanan nya sepi, seperti kkosongan hati.
Masih seperti kebiasaan nya, jaka yang bangun kesiangan, tergopoh gopoh mengambil handuk biru bergambar chelsea,di belakang pintu kost, sambil mengucek ngucek mata nya, dan berjlan antra sadar dan tidak, yang jelas melihat matahari sudah tinggi, kamar mandi adalah tujuan pasti.
Selesainya dari kamar mandi, dengan mlemparkan handuk biru ke atas kasur, cepat gerak nya mengambil baju kemeja ungu, dari lemari coklat,kemudian ia buka pintu sebelah lemari mengambil celana hitam merk polo, dan diambil nya dasi donker seraya berkata didepan cermin,sambil melirik jan tangan nya di sebelah kiri.
“aduuuh udat telat banget ni”.
Hp nya pun berdering dengan nada lagu despacito nan tak asing untuk anak muda sekarang.<br/>
Cepat tangan nya mengangkat telpon tersebut dari atas meja rias didepan cermin, rupa nya dari teman sekantor nya,aldi namanya.
“Bro…lo dimana,kesiangan lagi ya ?”
Masih mentap ke cermin,dengan memperbaiki dasi yang dri tadi compang camping, menyelipkan hp diatas bahunya di sandarkan ke telinga sambil berkata
“Ya …bro,njiir gara gara nonton bola semalem ni,”
Aldi menjwab
“Udah cepat ajha lo,jangan bola yang lo salahin,tapi bos nanyain lo karna lo salah,cepetan donk, ni ada persentasi dari Pt luar negeri”
Jaka menjawab
“Okay bro gua otewe ni”
Dengan nafas sesak, dan memakai sepatu pentofel hitam,dan kemudian menutup pintu.bejaln cepat ke parkiran motor, di rosok rosok nya saku,mencari kunci
“Njir pakai acra timggal pula ni kunci”
Lamgsung dia memutar badan kembali kekamar dengan berlari kecil.
Diperjalanan yang ramai mobil dan motor lalu lalang, klakson klakson saling bersahutan, banyak wajah gelisah karna takut telat ulah terkurung macet, pelan tetesan keringat dingin turun membasahi baju kemeja ungu.
“Gimana ni, pakai acara macet huufft”
Dengan menghapus keringat di dahinya, dan mata melihat kekiri dan kekanan,nafas nya masih sesak, jantung nya berdetak kencang karna sudah terlambat.
“Nah itu ada jalan tikus,gua lewat sana ajha dah”
Sambil memutar kpla honda nya,ditelusuri jaln kecil , dengan kecepatan maksimum, tanpa mempedulikan tanggul atau keramaian.
Di akhir lorong, ban depan nya menabrak batu kecil  yang menyebabkn ban depan ny tergelincir dan jatuh.
Sambil mengusap tangannya yang sakit,ia berkata kepada batu
“Dasar batu sialan !, gak tahu orang udah terlbat,malah berdiri di tengah jalan”
Denan menegakkan honda ny kmbli
Sayup terdengar sahutan batu
“ tuan !apa gerangan salah saya tuan ?”
Jaka dengan wajah memerah,menendang batu itu,

“Aduuh napa lo bertanya gua, jangan kyak orang gak brslah lo ?,jelas lo salah ,berdiri di tengah jalan,akhir ny buat gua jatuh nihh,liat ni masih ada lecet ny,”

<p>Smbil memperlihatkan, luka luka lecet di tangan dan dikaki nya.
Batu dengan menhan  sabar,ia berkata
“Tuan, kami ada mungkin tak pernah dianggap ada, jika pun ada orang menganggap kami ada, mereka hanya mengambil keuntungan dari kami,hari hari kami habis karna dinjak injak, bagi kami tak apa apa tuan,ada juga orang mengambil kami kemudian mereka lemparkan diri kami, dan itu bagi kami tak apa apa, asal semua itu membuat mereka bahagia, tapi perlu tuan ingat !
Kami memang keras, tapi kami punya hati, usah karena kesalahan tuan sendiri,
Lisan tuan ringan menghujat kami, merendahkan kami, mengutuk kami, kalau lah bukan karena kami kemana tuan bernaung diri dari hujan dan  terik panasnya matahari,?”

Mendengar perkataan dari sang batu, jaka tertegun, panjang ia melamun, di ingat ingat nya segala yang berlalu, masalah cinta, yang ada hanya pertengkaran karna sibuk mengkaji kesalahan, dalam keluarga masih menjadi benang kusut ,ulah harus dan patut orang tua seperti ini dan itu, seakan ia pandai dan paling benar sehingga mereka yang lain salah, tapi akhir nya semua nya pecah.
Lamunan jaka buyar,dengan perkataan sang batu yang tak bisa menahan diri
“Tuan, banyak orang mempertahankan kemenangan nya padahal cara mereka salah, mereka takut kalah, kini tuan belajar mengalah bukan berarti kalah, agar kelak tak dikejar rasa bersalah,tuan bisa berlari dari masalah tapi tidak dari rasa bersalah”

Mendengar perkataan sang batu, pelan pelan air mata nya menetes, karna segala yang disamapai kan benar adanya, rasa bersalah yang mengejar jaka, hingga ia sulit tuk melangkah karna takut mengakui dirinya bersalah,hingga di hadapan sang batu,benda nan keras, yang dipandang mati, tapi ternyata mereka lebih berhati, akhir nya jaka menerima kekalahan yang mutlak dari sang batu.

Padang, 19-oktober-2017
@qais_elkazni

Lentera dalam dukaWhere stories live. Discover now