Twenty Seven: Crazy Suggestion

8.3K 1.6K 347
                                    

Sepulangnya dari Clan Asten, Lady Bona langsung mengurung diri di kamar. Ia bahkan menolak tawaran Lord Milson yang ingin tidur bersama. Ketegangan sempat menyulut keduanya malam itu. Namun, Bona berhasil meyakinkannya bahwa ia ingin tidur sendiri.

Namun, hingga menjelang pagi Sang ratu belum juga tertidur. Yang dilakukan Bona hanya merenung dengan buliran air yang merebak keluar dari pelupuk mata.

"Maafkan aku, Lady. Ini salahku. Seharusnya aku tak terlalu banyak menceritakan perihal manusia padamu." Damares menunduk dalam. Pria itu duduk di samping Sang nona dengan perasaan menyesal yang begitu besar.

Bona mengelap air mata. "Ini bukan salahmu. Aku yang bodoh." Damares menghela napas mendengarnya.

Kebiasaan Lady Bona ini memang sulit diusir. Bagaimana tidak, sebelum Damares datang, Bona sudah tertarik dengan kehidupan manusia sejak dulu. Bona sering melihat kehidupan manusia melalui dosa-dosanya bersama Sang ayah, Ladarius.

Sebab dengan cara itulah Bona dapat mengenang ibunya, Sofiya yang bahkan belum pernah ia jumpai, walau hanya dalam mimpi.

Sehingga kebiasaan manusia ikut tertular pada Bona. Termasuk, bersalaman bila ingin berkenalan. Sebenarnya, ini bukan kesalahan. Melainkan, kesialan karena harus bertemu dengan Lord Gavriel.

Sudah 100 tahun lamanya Bona bersembunyi. Bahkan ketika ia muncul dengan identitas baru, kebohongannya seolah tak mempan bagi Sang raja Clan Dexter.

Kini Lord Gavriel sudah mencurigainya. Hidupnya tidak akan pernah tenang setelah ini. Sebab Lady Bona tahu bahwa pria itu akan selalu mengincar kematiannya.

Bona kembali menjatuhkan air mata. Tangannya gemetar dibalik selimut. Ia berada di ambang malapetaka sekarang. Asap dosa Sofiya dan buku hereditario merupakan bukti nyata yang dapat membawa kematian untuknya.

Bona hanya memiliki dua pilihan sekarang. Menemukan dua bukti nyata itu, atau mengakhiri hidupnya.

Lady Bona kemudian menatap belati di nakas yang merupakan pemberian Ladarius tempo hari. Satu kali tusukan di jantung, maka ketakutan terbesarnya langsung entah dalam sekejap.

Haruskah ia bunuh diri saja?

Bahu Bona langsung merosot lemas. Ia langsung meragu. Sebab kini Bona memiliki seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Lord Milson.

Bona tak mau meninggalkan pria itu.

Yang dipikirkan langsung muncul. Lord Milson berdiri di depan pintu kamar dengan raut dinginnya. Bona segera menghapus air mata dan memberikan senyum semanis mungkin.

"Selamat pagi, Lord." Bona menyapa dengan tatapan ceria.

Damares membungkuk dan langsung keluar ketika Sang raja melayangkan tatapan mautnya.

Kini Lord Milson telah berdiri di samping Bona. Sehingga gadis itu segera duduk dan keluar dari selimut.

Milson menatapnya dengan kerutan kecil di dahi. Ratu Akennaton itu menatapnya dengan senyuman ceria seperti biasanya, tetapi dengan mata yang sedikit bengkak. Lalu Milson melirik bunga escravo Sang Lady yang bertengger manis di mulut jendela. Bunga itu tampak layu. Tak selaras dengan ekspresi ceria majikannya.

Sejak tadi malam, Lord Milson sudah sadar bahwa ada yang tak beres dengan ratunya. Lantas ia bertanya. "Kau kenapa?"

Bona meneguk ludahnya susah payah. "Aku t-tidak apa-apa."

"Siapa yang mengganggumu?"

Bona menggeleng keras. "Tidak ada!"

Lady Bona menunduk gugup saat Lord Milson menatapnya dengan pandangan yang begitu dingin.

DiabolusWhere stories live. Discover now