Fourteen: The New Lie

12.9K 1.9K 209
                                    

Di pagi-pagi buta, untuk memenuhi undangan rahasia Lord Milson, Lord Eduardo serta pelayan setianya, Djoser, bersama Damares mendatangi istana Clan Akennaton.

Di depan pintu gerbang utama istana, Zinki dan beberapa pengawal telah menanti kedatangan mereka. Setibanya di sana, Zinki langsung menunduk rendah pada Si penguasa clan air lalu berkata, "Selamat datang, Lord Eduardo," yang disambut hanya memberi anggukan singkat.

Zinki lekas mempersilakan masuk kemudian memimpin jalan. Kala mereka telah memasuki istana, ekspresi terpukau bercampur terkejut terlihat jelas di wajah Damares. Patut dimaklumi. Sebab pelayan setia Bona itu memang baru pertama kali menginjak istana Clan Akennaton yang terkenal akan kemewahan desainnya yang memberikan unsur kengerian bila dipandang.

Yang mengetahui kedatangan pihak Clan Asten dapat dihitung jari. Bahkan Lord Victor sendiri tak mengetahuinya. Milson yang memang merupakan raja sesungguhnya, sah-sah saja baginya bila mengundang tamu tanpa sepengetahuan siapa pun. Maka, jadilah seperti ini.

Zinki membawa mereka berjalan di sepanjang koridor istana. Gelap gulita menyambut seketika. Meski, ditiap sisi jendela koridor terdapat obor api, hal itu tak menjadikan kengerian dapat terungkap melalui kata.

Bagaimana tidak, ditiap jendela baik sebelah kiri maupun kanan, pemandangan yang disuguhkan hanyalah tanah yang begitu gersang, pepohonan tak berdaun yang kadang kala mengeluarkan bara api di batangnya, serta terdapat beberapa burung pemakan bangkai yang terlihat ketika kabut hitam di sekitarnya mulai menipis dan akhirnya menghilang. Pokoknya, tak ada indah-indahnya sama sekali, pikir Damares.

Perjalanan di koridor telah berakhir. Setelah belok kiri, mereka telah sampai di tempat tujuan dan berakhir berdiri di depan pintu sebuah ruangan.

Saat Zinki membuka pintu, terlihatlah Milson di dalam yang sudah sedari tadi menanti kedatangan mereka.

Milson berdiri dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Wajah pria itu sangat datar. Tatapan matanya tak berperasaan. Dagunya terangkat, menunjukkan kesan angkuh yang begitu mendominasi dirinya. Namun, ketika Lord Eduardo melangkah masuk ke dalam ruang pribadinya, ekspresi Milson berubah seketika. Pria itu tersenyum, terlihat begitu ramah, dipenuhi dengan kesan kepura-puraan.

"Selamat datang, Lord Eduardo." Milson tersenyum lebih lebar kali ini.

Milson mengalihkan pandangannya ke pintu. Setelah Eduardo, masuklah Djoser lalu Damares kemudian Zinki. Ketika Zinki menutup pintu, tanda tanya besar muncul di dalam kepala Milson. Di mana Bona?

"Bona tak datang," ujar Lord Eduardo, mengetahui alasan dari raut kebingungan di wajah Si bungsu dari Akennaton.

"Boleh kutahu mengapa?" tanya Milson. Eskpresi wajahnya kembali datar.

"Dia tak memberi alasan. Hanya bilang tidak mau."

Ketika Milson dan Eduardo bersitatap, ketegangan mengisi ruangan. Milson menaruh kecurigaan setelah mendengar jawaban Eduardo, meski begitu, ia memilih untuk tak membahasnya.

Milson kembali tersenyum, "Oh, begitukah? Mungkin dia belum siap menginjak rumah barunya."

Perkataan Milson jelas menimbulkan perasaan tak suka bagi Eduardo. Membayangkan adiknya tinggal di sini saja mungkin akan membuatnya gelisah setengah mati. Sebab Bona tak dapat bertahan lama di suhu yang begitu ekstrem. Baik itu suhu panas, maupun dingin. Dan Clan Akennaton merupakan satu-satunya tempat di dunia alam bawah yang memiliki suhu yang sangat panas. Bona tak akan tahan. Bisa-bisa adik bungsunya itu membuat lautan keringat dan berakhir menjadi mayat. Itulah alasan mengapa Eduardo tak mengikutsertakan Bona dalam pertemuan ini.

DiabolusWhere stories live. Discover now