Thirty Five: Wasted Women

17.2K 2.1K 1.4K
                                    

Setelah pertengkaran mereka kemarin, Lady Bona memilih berdiam diri di ruangan pribadinya hingga menjelang malam. Gadis itu bahkan lebih memilih tidur di sofa, walau Lord Milson diam-diam membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

Entah bagaimana kacaunya kamar Lady Bona karena ulah Lord Milson. Terakhir kali Bona melihat tadi pagi, kondisi kamarnya seperti sarang monster. Begitu berantakan dan penuh abu.

Kata Damares, kamar Lady Bona telah kembali bersih bahkan kelihatan lebih mewah daripada sebelumnya. Lord Milson telah memerintahkan pelayan untuk menangani kekacauan itu. Namun, hingga malam ini, Bona belum mau ke sana.

Tak dapat dipungkiri bahwa diam-diam Lady Bona merasa gundah pula. Entah ke mana lagi Lord Milson malam ini. Pasti pria itu sedang berada di The Black Soil bersama Lord Isaak. Sebab setelah Bona perhatikan, akhir-akhir ini Raja Clan Akennaton itu memang sering pergi ke sana.

Entah apa lagi tujuan busuknya. Yang jelas, Bona benar-benar muak bila memikirkan itu.

"Sudahlah, Nona. Percuma kau merobeknya!" kata Damares jengah.

Lady Bona merobek sebuah surat berwarna merah muda. Tak lama kemudian, surat itu kembali menyatu. Hal itu sudah ia lakukan berulang kali sejak tadi.

Merah muda, warna yang identik bagi kaum wanita bangsawan sosialita di dunia alam bawah. Surat undangan untuknya itu tiba tadi pagi di Clan Akennaton dan tertulis bahwa pestanya dimulai tadi siang.

Lady Bona awalnya tentu merasa senang menerima undangan untuk mengisi waktu luang. Sayang, rasa senangnya harus lenyap setelah tahu bahwa pesta itu diselenggerakan di Clan Dexter.

Lady Bona meremas surat itu kuat-kuat. Lalu kertas itu kembali utuh tanpa kusut sedikit pun.

Lady Bona memicingkan mata. "Pasti pria itu mati tersedak kertas di masa lalunya."

Ada-ada saja cara Lord Gavriel setiap kali mengirimkan surat. Raja Clan Dexter itu selalu berhasil membuat darah Lady Bona mendidih bahkan jika hanya melihat tulisan cakar bebeknya.

Damares geleng-geleng kepala lalu menghela napas. Pria itu berdiri saat pintu ruangan diketuk. Seorang pengawal berbisik menyampaikan kabar padanya.

Damares mengangguk singkat. Sehingga pengawal itu pun pergi.

"Lady Caitlyn datang, Nona." Damares berbalik.

Tak lama kemudian, datanglah Sang selir dari clan elemen alam. Lady Caitlyn masuk dengan senyuman lebar. Gadis itu mengenakan gaun seksi dengan belahan dada yang sangat menonjol.

Lady Bona berdiri dan membungkuk sopan. "Silakan masuk, Lady."

"Kenapa kau tidak datang, Lady? Aku menunggumu. Astaga!" kata Caitlyn kesal.

Lady Bona menghela napas dan kembali duduk di sofa.

"Aku baru saja dari Clan Dexter dan pestanya masih berlangsung sampai sekarang. Kau tidak akan percaya jika mendengar ini. Pestanya sangat meriah dan mewah! Kau tidak boleh melewatkannya! Pria-pria Dexter tampan semua!"

Lady Caitlyn kelihatan begitu senang. Senyumnya langsung memudar begitu menyadari wajah Lady Bona murung.

Lady Caitlyn duduk di sampingnya. "Ada apa?"

"Katanya sering tersenyum itu seperti seorang pelacur, ya?" tanya Bona hati-hati.

"Apa kau bercanda?" Caitlyn tampak kesal. "Ada yang mengataimu begitu?"

DiabolusOnde histórias criam vida. Descubra agora