Fifty Two: Hope and Help

2.9K 469 216
                                    

Sang kegelapan membawa aura mencekam di langit Akennaton malam ini. Kilat tampak saling menyambar di atas menara istana fraksi barat. Kemudian menurunkan kabut berhawa panas yang menyapu clan api secara keseluruhan.

Kegelapan sudah menjadi ciri khas dari Clan Akennaton. Sang raja menyenanginya
sebab kegelapan merupakan sarang dari kejahatan.

Para diabolus tertidur tanpa merasa terganggu oleh suara gema lava mendidih yang bak sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun, sepertinya ada pengecualian kali ini. Sebab Lady Bona masih terjaga dengan kesadaran penuh.

Ratu Clan Akennaton itu terbaring dengan posisi tubuh menyamping. Mulutnya tertutup rapat, meskipun air matanya mengalir dengan deras.

Lady Bona kemudian merasakan sebuah tangan kekar melingkar di perutnya sehingga napas Lord Milson seolah memberi belaian lembut dari belakang.

Kegelisahan yang sungguh menyiksa ini membuat Lady Bona tak bisa tidur. Ia buru-buru menghapus jejak air matanya kemudian melepas tangan Lord Milson secara perlahan—takut membuat pria itu terbangun lalu bergegas ke kamar mandi.

Lady Bona membasuh wajah berulang kali. Ratu Clan Akennaton itu sempat tertegun menatap pantulan diri di cermin. Menyedihkan. Itulah satu kata yang tergambarkan.

Mata Lady Bona tampak memerah akibat kurang tidur. Lalu beralih menatap bibir kaku yang seolah tak bisa lagi mengukir senyuman itu.

Ketika Lady Bona berbalik, sosok Lord Milson di depan pintu mengagetkannya. "Milson..."

"Kau membuatku terganggu, Bona." Suara Lord Milson terdengar dingin. Namun, sudut matanya memancarkan kekhawatiran. Kegelisahan yang di rasakan oleh ratunya seolah tertular pada pria itu.

Lady Bona buru-buru merapikan rambut agar tak terlihat menyedihkan di hadapan Lord Milson.

"Kemarilah." Raja Clan Akennaton itu menarik Lady Bona masuk dalam pelukannya.

Bodoh jika ia tak menyadari gadis itu terjaga sepanjang malam. Mana mungkin ia tertidur lelap sementara pendampingnya dibelenggu kegelisahan? Lord Milson ikut terjaga dengan mata terpejam, berharap Lady Bona angkat bicara untuk berbagi kesedihan bersama jikalau memang ada.

Lady Bona balas memeluk erat dengan mata terpejam. Membiarkan kehangatan pria itu membawa ketenangan pada dirinya.

"Apa yang membuatmu gelisah? Kau bisa mengatakannya padaku," kata Lord Milson sembari mengusap bahu ratunya dengan lembut.

Mata Lady Bona kembali panas dan mengabur. Ia belum berani buka suara.

"Apa saudaramu melakukan hal yang buruk? Haruskah kuberi mereka pelajaran?" tanya Lord Milson. Sejak pulang dari Clan Asten beberapa hari lalu, Lady Bona menjadi murung.

Hal tersebut membuatnya begitu terganggu dan marah. Kondisi Lady Bona membuat konsentrasi Lord Milson pecah hingga tak bisa fokus bekerja.

Lady Bona berdongak. Bibirnya tak lagi kaku dengan senyuman merekah manis. "Aku tidak apa-apa, Milson. Kau harus tahu bahwa suasana hati perempuan memang sulit ditebak," kilahnya.

Lord Milson memegang kalung perak di leher gadis itu. "Apa kalung ini sudah membuatmu merasa lebih baik?"

"Ya. Tentu saja." Lady Bona keluar dari kamar mandi dan kembali merebahkan diri di tempat tidur.

Lord Milson melakukan hal serupa. Baru saja matanya ingin terpejam, tetapi Lady Bona langsung menindih dan tertidur di atas tubuhnya.

Lalu keheningan kembali. Bersama kegelisahan yang turut menyelimuti. Tak perlu membuat praduga mengada-ada. Yang membebani Lady Bona masih masalah yang sama, tetapi kali ini terasa lebih berat. Sebab satu-satunya harapan Ratu Clan Akennaton itu untuk bertahan hidup telah sirna.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DiabolusWhere stories live. Discover now