Ten: Seducer

14.4K 2.2K 204
                                    

Menjelang malam, Bona dan dua pelayannya memantau laut dari balik jendela. Mereka mengawasi para Diabolus Asten keluar dari permukaan laut dengan bersembunyi di dalam bola-bola air agar pakaian mereka tidak basah. Bak kupu-kupu tanpa sayap, mereka berbondong-bondong terbang menuju Clan Aneor untuk menghadiri pesta.

Hal tersebut masih berlanjut. Bona sendiri menanti kemunculan bola air yang ukurannya paling besar daripada bola air lainnya. Pastilah pemilik bola air tersebut, ialah Eduardo dan Casmira.

Gelsy geleng-geleng takjub, "Mereka seperti semut."

Damares menarik tangan Gelsy agar kepala gadis itu tetap menunduk di bawah daun jendela, "Jangan banyak bergerak! Biarkan nona yang mengurusnya. Tugasmu belum sekarang."

Damares sendiri masih terlihat cemas. Rautnya yang penuh akan kegelisahan menunjukkan keraguan pada rencana Bona yang dianggapnya gila. Damares tahu bahwa rencana tersebut pastilah memiliki akibat yang berbahaya. Namun, yang lebih dikhawatirkan oleh Damares, adalah keselamatan tuannya.

Yang dinanti akhirnya menampakkan diri. Bola air sang Penguasa Asten keluar dari permukaan laut. Dua gelembung transparan tersebut pecah. Sehingga menyisakan Eduardo dan Casmira. Mereka memimpin Diabolus Asten menuju Clan Aneor.

Sekarang, giliran Bona yang beraksi. Dia bersama Gelsy dan Damares, menyiapkan keperluan yang telah tersusun rapi dalam rencana.

Damares mengambil tiga jubah berwarna hitam di dalam lemari lalu memberikan dua jubah pada Gelsy. Sehingga penyihir berambut ungu itu segera membantu Bona memakai jubah.

Kini mereka telah siap dengan jubah masing-masing. Bona membuka portal di dalam kamarnya lalu masuk ke dalam.

Berlatar koridor istana bawah laut Asten, mereka berjalan cepat dengan pandangan mengedar. Berjaga-jaga jikalau ada pengawal yang lewat.

Dinding istana yang transparan membuat Bona waspada. Sebab bisa saja ada diabolus atau kaum mermaid yang lewat.

Tak jauh dari pintu ruang takhta, reflek mereka merapatkan tudung jubah kala melihat dua pengawal yang berjaga. Mereka bersembunyi dibalik dinding saat salah satu pengawal tersebut menoleh.

Damares yang merasa tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini tampak panik. Ia jarang melanggar perintah seperti Bona atau pun Gelsy. Namun, rasa khawatirnya pada Bona terpaksa membuatnya ikut andil dalam rencana gila ini.

"Apa yang harus kita lakukan, nona?" tanya Gelsy berbisik.

"Apa lagi? Gunakan sihirmu, bodoh!" jawab Bona balas berbisik.

Gelsy tepuk jidat, "Aku tidak membawa ramuan bubuk itu!" katanya panik. Menerima tatapan menyalahkan dari Bona membuatnya melanjutkan, "mana kutahu jika akan seperti ini."

Damares berdecak resah. Pria itu menoleh saat merasa diperhatikan oleh Bona dan Gelsy. Mereka menatap Damares penuh harap. Mengerti dengan maksud tatapan itu, lantas Damares berkata, "Aku berani bersumpah, aku tidak pandai berkelahi."

Bona tampak menahan kesal. Ia menoleh pada Gelsy, "Gunakan sihir transparan!"

"Apa nona lupa? sihir itu hanya mampu bertahan satu menit," Gelsy meragu.

"Dan aku tidak mau menyerah sebelum mencoba."

Segala penolakan telah Gelsy paparkan untuk meyakinkan Bona. Namun, jawaban gadis bermanik biru itu tetap sama. Sontak kegigihan Bona membuat Gelsy menyerah. Penyihir itu memejamkan mata dan mulai melafalkan mantera.

"Kau harus mengorbankan sepatumu, Damares," ujar Bona.

Damares menghela napas berat. Ia sudah menduga ini. Sebelum Gelsy menyelesaikan mantera, pria itu cepat-cepat melepas satu sepatunya. Di saat mantera telah bekerja, tubuh mereka mulai menghilang dan tampak transparan. Damares langsung melempar sepatunya di dinding hingga menimbulkan suara.

DiabolusWhere stories live. Discover now