68

524 66 18
                                    

Sakura melewati malam yang menyiksa itu dalam diam dan kesendirian. Ia benar-benar menguatkan dirinya.

Air mata menggenang di pelupuk mata nya. Mimpi buruk itu kembali menghantui nya. Saat dimana orang tua dan putra nya meninggal. Belum lagi, sakit karena penyakit nya muncul ke permukaan.

Dan rasa sakit nya tidak manusiawi sama sekali. Bahkan Sakura memaksakan agar kesadaran nya tetap terjaga.

Karena jika pingsan, ia tidak bisa membereskan semua kekacauan ini dan Maid akan menemukan nya, pasti akan berakhir dengan melapor pada Sasori dan semuanya akan kacau.

Sakura menghapus air mata nya kasar. Ia menghubungi anak buah nya untuk memastikan persiapan jaga-jaga. Siapa tahu kan ada bahaya untuk nanti?

Ia menyuntikkan obat-obatan itu dan membereskan kekacauan. Menghela napas, ia mendekat ke tempat tidur baby Taka. Dia tertidur dengan lelap sekali. Sakura mengulurkan tangan nya. Mengelus lembut pipi tembam bayi itu.

"Sayang... kamu harus selamat, ya. Jika nanti... aku... aku tidak selamat. Kuharap, kamu tak akan sedih ya... ya.. berjanjilah!" bisik Sakura lirih. Ajaib nya, dalam tidur baby Taka, bayi itu tersenyum, seolah sedang bermimpi indah.

Namun, bagi Sakura, itu adalah jawaban setuju dari bayi mungil itu.

🌸🌸

"He, sejak kapan kamu begitu berbaik hati padanya, Uchiha?"

Sasuke melirik malas kearah seorang pemuda bersurai merah maroon, yang menatap nya intens, tajam dan penuh selidik.

"Memang nya kenapa?" balas Sasuke dengan pertanyaan. "Kupikir kamu tidak pantas, yah... mengingat masa lalu buruknya dengan mu!" jawab Gaara tanpa beban. Sasuke mengernyitkan alis nya tak puas.

Sudah jelas dia menyesal dan si Iblis Merah ini berani menyinggung nya kembali.

"Itu bukan urusan mu. Toh, aku sudah meminta maaf dan memutuskan untuk berbaikan dengan nya." kata Sasuke sinis. Membuat remaja Sabaku itu tak puas.

"Di banding terus cemburu, lebih baik kamu memberikan nya perlindungan!" sambung Sasuke menohok. Gaara menyipitkan matanya. Apa maksud Sasuke?

"Huh, kupikir kamu mengenalnya dengan baik." kekeh Sasuke dan kembali asyik dengan secangkir kopi nya.

"Apa maksudmu?"

Sasuke tersenyum tipis.

"Tidak. Bukan apa-apa."

🌸🌸

Esok nya...

Karena acara nya malam, Sakura bisa bersantai di rumah dengan Sasori dan baby Taka.

"Cherry, kenapa tidak disini saja pesta nya?" tanya Sasori sekaligus menawarkan. "Aku dan yang lainnya sudah sepakat untuk berpesta di rumah Tenten. Jadi ya, begitu." jawab Sakura sembari menampilkan cengiran khas nya.

"Ah, begitu, ya. Sayang sekali!"

Entahlah, Sasori benar-benar tak nyaman. Dan hari ini, entah mengapa perasaan tak nyaman itu semakin intensif. Membuatnya takut setiap saat. Takut sesuatu yang buruk terjadi pada Adik tercinta, satu-satu nya ini.

"Hehe, kenapa? Kakak khawatir?" tanya Sakura memancing emosi tersembunyi Kakak nya itu. Tak tahan, Sasori akhirnya memilih untuk jujur.

"Perasaan Kakak tak enak akhir-akhir ini. Apalagi kamu sering sekali keluar. Kakak takut hal buruk akan terjadi padamu." jawab Sasori jujur. Sakura tertegun. Sebelum kemudian, ia kembali menormalkan ekspresinya.

"Ah, itu hanya perasaan mu saja, Kakak. Tenang saja, buktinya aku baik-baik saja, kan?" jawab Sakura yang diangguki Sasori dengan ragu. "Well, aku harus berusaha lebih ekstra untuk menemukan obat penyembuh untukmu!" kata Sasori berapi-api.

YouWhere stories live. Discover now