16

894 108 6
                                    

Song : Breathe - Lee Hi
.
.
.

Setelah Sakura selesai, ia pun mengajari Yuki. Banyak para gadis meminta diajari, namun Sakura tidak yakin. Karena waktu nya padat sekali. Jadi, akhirnya Sakura meminta pelatih khusus pole dance untuk mengajar di panti.

Hari menjelang sore dan Sakura dkk meminta izin untuk pulang. Para anak panti jelas tidak rela. Tapi, mau bagaimana lagi. Juga, Kabuto yang memaksa ingin mengantarnya harus mengalah karena Sakura ingin pulang bersama teman-teman nya.

"Nee-chan!! Nanti malam nyanyikan kami lagu sebelum tidur ya!! Nee-chan kan sudah janji!" rengek Rei karena Sakura tidak bisa menginap disana. Sakura tersenyum dan mengangguk.

Setelah mengucapkan beberapa kata, mereka pun pergi.

"Mereka menggemaskan sekali!" seru Hinata gemas. "Benar sekali!!" setuju Temari. Sakura terkekeh. "Kapan-kapan, jika main ke Suna.. berkunjung lah kemari!" kata Sakura.

Hening...

Semua melirik Sakura. Gaara, Temari dan Kankurou jelas tak mempermasalahkan nya. Berbeda dengan mereka yang dari Konoha. Apa... Sakura melupakan kejadian dulu?

Sakura menoleh.

Tatapan itu...

Tatapan itu...

'Tatapan yang sama. Benci? Jijik? Keengganan? Lihatlah tatapan itu. Seolah segan, dan ragu karena tak ingin dekat dengan mu.'

Pikiran negatif nya muncul. Namun kini disertai dengan gabungan kilasan masa lalu. Apalagi tatapan Sasuke saat menatapnya saat akan pole dance. Seolah dia adalah sesuatu yang kotor dan menjijikkan dan seolah menyalahkan nya.

Sakura mendunduk. Pikiran itu terus menerus menekan nya. Membuatnya gelisah dan sedih seketika.

'Kenapa?'

Sakura mengepalkan tangan nya. Dia mendongak dan tersenyum tipis.

"Baiklah, ayo pergi. Sudah sore."

🌸🌸

Sakura merasa canggung.

Bagaimana bisa ia satu mobil dengan orang-orang dari Konoha itu?! Ia ingat, ada banyak yang ikut, tapi hanya ada dua mobil. Dan ia disarankan masuk ke mobil yang lebih besar dan luas. Takut ia merasa pengap.

Dan itu...

Semua mengobrol. Hanya dia dan Gaara yang diam. Gaara sendiri memutuskan untuk ikut bersama Sakura dan menyerahkan mobilnya pada Kankurou.

"Hari ini kau bersemangat sekali!" celetuk Gaara memecah keheningan Sakura. "Tentu saja karena anak-anak itu. Sudah lama sekali." balas Sakura cepat. Napas nya terasa berat. Sakura sendiri menahan sesuatu yang mulai terasa...

'Aku lupa inhaler'

Sebisa mungkin ia menutupi semuanya. Jadi sebagai penutup, ia pura-pura bersandar di bahu Gaara dan menutup matanya, seolah tertidur.

'Kumohon... cepat lah sampai...'

5 menit terasa sangat menyiksa bagi Sakura. Ia benar-benar merasa seperti sekarat. Kulit nya memucat dan ia mulai berkeringat dingin. Jelas Gaara mulai menyadari ada sesuatu yang salah dengan gadis itu.

"Hey, Sakura... kau baik-baik saja?" tanya Gaara khawatir. Sakura hanya mengangguk saja. Ia dengan susah payah mengambil tisu dari tas kecilnya dan mengeluarkan nya. Untuk membersihkan keringat dingin nya.

"Kau pucat sekali. Tangan mu dingin." komentar Gaara. Sakura hanya menggeleng saja dan kembali pura-pura tertidur.

15 menit adalah waktu yang paling menyiksa. Padahal Sai yang mengemudi, cukup cepat. Tapi waktu terasa melambat. Beruntung, dalam kurun waktu itu... Sakura dengan cepat sampai di depan gerbang mansion nya.

Ia turun tanpa mengatakan apa-apa. Hanya sekedar mengangguk seraya tersenyum. Menahan keinginan nya untuk mengambil napas besar-besar. Bahkan, Gaara yang mengulurkan tangan nya untuk membantu, ditepis.

Begitu berbalik, ia mulai tak menahan nya. Mengambil napas besar-besar seolah ia akan segera mati jika terlambat. Ia melangkah perlahan dan memegangi gerbang. Para penjaga laki-laki dan perempuan yang berjaga segera menghampiri. Mereka nampak panik melihat Sakura yang mulai tak karuan.

Sedangkan...

Gaara menyuruh Sai untuk tidak pergi dulu. Ia ingin memastikan Sakura masuk dengan selamat. Namun, melihat gerak-gerik mencurigakan gadis itu, membuat Gaara yakin. Ada sesuatu yang ditutupi gadis itu.

Hingga mereka lihat, begitu gerbang mansion terbuka, gadis itu nampak limbung dan akan ambruk! Namun, kedua penjaga itu menahan nya. Penjaga laki-laki membantunya dengan mengalungkan satu tangan gadis itu dibahu nya. Begitupun dengan penjaga perempuan itu.

Sakura nampak menyandarkan kepalanya. Pasrah dan gerbang secara otomatis tertutup. Namun mereka dapat melihat jelas Sakura yang kini dipapah menjauh dari sana.

"Sial, sebenarnya apa yang dia tutupi sejak tadi?" umpat Gaara seraya melompat turun dan bergegas ke gerbang untuk masuk. Namun, mereka yang dimobil, melihat Gaara seolah sedang berdebat dengan penjaga yang tersisa dan berakhir dengan remaja itu kembali dengan raut super dingin.

"Apa yang terjadi?" tanya Naruto cemas. "Tidak." jawab Gaara singkat. Dingin sekali. Ia menyuruh Sai untuk terus mengemudi sementara tatapan nya tak pernah lepas dari gerbang mansion itu.

🌸🌸

Malam hari, mansion Akasuna...

Sakura memejamkan matanya erat begitu merasa ada sesuatu yang terasa menyakitkan di ulu hati nya. Sementara dada nya naik turun berusaha meraup udara dari oksigen sebanyak mungkin, berusaha menenangkan dan meredakan sesak napas nya.

Ia melirik jam. Sudah pukul 8 malam. Satu jam lagi ia harus bisa bangun. Bagaimanapun juga, ia harus menepati janji nya. Jadi, disaat-saat seperti ini, ia berusaha pulih kembali. Kepala Maid dan Butler menunggu di luar. Ia melirik dokter tampan disamping nya dengan tatapan tajam.

Tidak, dia bukan Kabuto.

Dokter itu, Damian. Dokter yang ia pilih secara pribadi. Mana mungkin ia meminta Kabuto mengobatinya, bukan? Yang ada dia akan melaporkannya pada Sasori. Membuat Kakak nya khawatir dan berakhir dengan membebani nya. Tidak, Sakura tidak mau hal seperti itu terjadi.

"Pelan-pelan, Sakura."

Sakura mengangguk pelan dan berusaha mengikuti instruksi pria itu.

Hingga sekitar 15 menit kemudian, Sakura dapat bernapas dengan normal tanpa bantuan oksigen. Damian segera melepas nya, menatap Sakura serius.

"Kenapa terus memaksakan, hm?" tanya nya halus. Sakura tersenyum tipis. "Karena aku ingin berbahagia... walau sejenak." jawab nya lirih. "Kamu masih punya waktu yang banyak, Sakura. Yang terpenting... kau tidak boleh menyerah!" kata Damian seraya mengusap lembut surai soft pink gadis itu.

"Aku tidak janji"

Lagi, Damian menghela napas.

"Kamu benar-benar mengingatkan ku pada Crystal. Kalian sama-sama keras kepala, nekat dan juga... pembohong besar. Mau sampai kapan kau begini?" ucap Damian seraya menatapnya serius. Crystal yang dimaksud Damian adalah adik perempuan nya yang kini sudah meninggal.

Tentu saja dengan keadaan yang hampir persis seperti Sakura. Dan itulah yang membuatnya setuju untuk menjadi dokter pribadi gadis itu saat dia memintanya. Ia akan menolong nya sebagai tebusan karena ia tak mampu dan terlambat menyelamatkan Adik nya.

"Sampai aku benar-benar mencapai batasku. Sampai aku berhasil mengatakan isi hati dan pikiranku secara langsung. Sampai aku bisa tersenyum dan tertawa tanpa beban dan kesedihan yang menanti dan sampai... jantung ku berhenti berdetak."

🌸🌸

Huwaaaaa apa ini cukup mellow??

Pas dialog terakhir tuh saia cukup sedih. Pas banget sambil dengerin lagu yang sedih...

Gimana nih, kerasa gak feel nya? Semoga aja ya...

Udah gitu aja dari aku...

Semoga kalian suka

Arigatou

.
.
.

Selasa, 7 Juli 2020

YouWhere stories live. Discover now