64

483 69 12
                                    

Sakura duduk santai sembari menikmati segelas coklat panas di hadapan nya. Uap panas dari coklat, mengepul halus. Gadis itu menunduk, fokus dengan minuman nya.

Di depan nya ada sosok pemuda berambut raven. Duduk dengan tenang dan ekspresinya datar sekali.

"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Sakura angkat bicara. Sasuke diam. Entah mengapa, ia merasa kelu untuk mengatakan maaf dan terimakasih. Rasanya sulit. Bukan karena ia tidak mau. Tapi, karena ia mengingat perilaku nya yang dulu.

Dan merasa bahwa akan terlambat dan mengesalkan jika tiba-tiba meminta maaf. Ia takut Sakura berpikir, ia mengatakan itu hanya karena ucapan terimakasih atas ginjal yang diberikan nya.

Ia awalnya masih berada di mansion orang tua nya. Namun, begitu tahu Sakura sudah keluar dari markas nya dan pergi kesini, ia segera bergegas cepat kemari.

"Ma-maafkan aku."

"..."

Sakura menatap Sasuke tak percaya. Ada kilatan skeptis di mata nya.

"Tunggu, aku tidak salah mendengar, kan?"

Sasuke menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi gadis itu. Sungguh, Sasuke mengeluarkan banyak upaya untuk mengatakan itu. Karena itu tidak lah mudah. Sasuke bukan tipe orang yang akan mengatakan terimakasih dan maaf dengan mudah.

"Tidak. Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu, karena sikap ku di masa lalu, aku-"

"Aku sudah memaafkan mu. Jadi, santai saja, oke?" kekeh Sakura. Sasuke agak tertegun. Sejak kapan?. Sakura terkekeh halus. Ia bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua.

'Aku tidak mengampuni nya, Sakura.'

Setelah sekian lama, Lily akhirnya kembali ke permukaan.

'Kesalahan nya terlalu tak bisa dimaafkan. Belum lagi dengan si Tua Bangka Brengsek itu.'

Sakura memilih diam tak menanggapi.

'Kamu pikir aku akan diam saja? Sekarang sudah menuju ke pertempuran yang sesungguh nya, Sakura. Sebaiknya kamu jangan lengah dan terbuai. Dia itu seorang Uchiha.'

Sakura menghela napas. Dan ia menggunakan ketekadan nya untuk menghentikan suara-suara provokasi Lily padanya.

Sasuke menatap Sakura yang nampak asyik dengan pikiran nya. Gadis itu nampak merenung. Sesekali ia menyesap coklat panas nya.

"Ngomong-ngomong, Sasuke-kun... apa rencana mu tahun depan nanti?" tanya Sakura mengangkat topik pembicaraan supaya suasana tidak terlalu sepi dan canggung.

"Aku... belum memikirkan nya." jawab Sasuke ragu. Sakura tertawa pelan. Memang sesuai dugaan nya. Sasuke tak akan meributkan ataupun memikirkan hal sepele yang bagi nya tak berguna.

"Wuah, padahal itu penting loh, supaya-"

Kata-kata Sakura terhenti. Ia merasakan sakit di area tertentu. Ah, kenapa harus seperti ini? Ia melirik kearah jam. Pantas saja. Sudah lewat 5 jam, ya. Sial. Sial sekali.

"Kenapa?" tanya Sasuke curiga. Walau Sakura nampak berusaha menutupi nya, itu tetap terlihat jelas bagi nya. Terlihat dari pucat nya gadis itu. Tak lupa, walau ia mengernyit kecil, itu terlihat sangat jelas oleh nya.

"Tidak. Tidak apa-apa." jawab Sakura cepat. Menormalkan ekspresi nya. Ia mengambil tas kecil nya, mengecek sesuatu. Untung saja obat-obatan dan suntikan baru itu ada disana. Jadi, ia bisa memakai nya, ya.

"Etto... aku permisi sebentar!"

Setelah itu, ia segera bergegas pergi. Meninggalkan Sasuke yang menatap punggung gadis itu yang kini menjauh. Apa Sakura memang suka menipu? Skill nya tinggi sekali. Untung saja matanya tajam dan mampu menangkap nya.

YouWhere stories live. Discover now