57

551 75 23
                                    

"Kita harus segera pulang. Taka membutuhkan ASI."

"Taka?"

"Aku memberi nya nama Taka." jawab Sakura gusar akan kelemotan sesaat Damian. "Ah, begitu ya." Damian mengangguk-angguk. Nama yang cukup bagus.

"Oh ya, kamu perintahkan orang-orang untuk menyediakan ASI. Pastikan itu yang bagus dan terbaik!" kata Sakura seraya tetap menimang baby Taka. Damian mengangguk.

Ia pikir Sakura yang akan melakukan nya sendiri. Mengingat dia-

"Aku tidak bisa, walaupun mampu. Aku sakit-sakitan, sudah mengkonsumsi banyak obat-obatan dan bahkan...obat jalan terakhir pun." ia memelankan suaranya namun masih dapat di dengar Damian dengan jelas.

"Apa?"

Sakura memilih diam, tak menjawab. Namun, Damian sudah tahu jawaban pastinya.

"Resiko nya besar untukmu. Itu hanya bersifat sementara." kata Damian menahan kekesalan nya. Sakura tersenyum tipis. "Memang.. aku sedikit menyesalinya sekarang." kata nya sembari menunduk, menatapi baby Taka.

"...tapi tak apa. Aku akan mensyukuri dan memanfaatkan waktu ku sebaik mungkin." jawab nya menyambung kata-katanya yang sempat dia gantung tadi. "Kata-kata apa itu? Kamu akan tetap hidup sampai menua!" kata Damian tak senang.

Sakura tersenyum tipis.

Ah... sudah ia bilang sebelum nya bukan... dia tak dapat menjamin nya.

🌸🌸

"Ah, mungkin karena ia sering bersama anak panti, ia bisa seluwes dan cepat akrab dengan anak-anak!" kata Naruto yang optimis. Benar juga. Mereka baru ingat akan keakraban Sakura dengan anak-anak panti di Suna.

Tapi, berbeda dengan Sasuke. Entah mengapa ia merasa jika itu akan mengarah pada konflik Sakura dengan Kakek nya. Maka dari itu, ia tak akan meninggalkan celah sedikit pun dan segera menyuruh anak buah nya untuk mengawasi dan mencari tahu detail semacam ini.

Meanwhile...

Di dalam mobil, sepi... hening.

"Sakura, kamu baik-baik saja? Bagaimanapun, bayi ini- maksud ku, Taka, akan mengingatkanmu padanya, kan?" tanya Damian seraya meralat kata-kata nya.

Sakura duduk diam, sembari sibuk memperhatikan baby Taka yang kini sudah tertidur lelap.

"Benar sekali." jawab Sakura lirih. "Mungkin saja... jika dia hidup, dia bisa menjadi Kakak untuk Taka." bisik nya lirih, mengelus pipi super lembut baby Taka. Tetesan air mata turun tanpa bisa dicegah oleh nya.

"Andai saja, aku bisa membuatnya hidup kembali."

"Andai saja, aku berjuang sedikit lagi, dia pasti selamat."

"Andai saja saat itu aku berhati-hati."

"Shh, tenanglah Sakura. Itu bukan salah mu." kata Damian menghentikan Sakura. Bagaimanapun, sebagai seorang ibu, saat kehilangan anak nya, tentu akan mengalami syok berat dan depresi. Belum lagi, Sakura memang sudah depresi karena apa yang dialami nya selama ini. Ditambah kehilangan bayi nya, sudah sebuah keajaiban dan betapa hebat nya Sakura mau bertahan selama ini.

Sakura diam, namun tangisan nya semakin deras.

"Aku... aku... jahat! Aku tak bisa mempertahankan nya! Seandainya diberi pilihan, aku lebih baik mati selama dia bisa selamat." tangis nya terbata.

Bagaimanapun, walau keberadaan anak di usia yang begitu dini, bukanlah hal bagus untuk diinginkan, apalagi dari orang brengsek yang sangat dibenci nya, Sakura berusaha menerima nya, walau sulit.

YouWhere stories live. Discover now