Chapter 22

6.9K 1.1K 69
                                    

"Lihat? Aku benar-benar menemukan anak itu," bisik Jeno dengan nada bangga yang sebelumnya belum pernah Renjun dengar.

Bahkan penampilan dan segala ekspresi yang Jeno tunjukkan padanya semenjak di herkimer bukanlah sesuatu yang biasa ditunjukkan oleh Jeno. Jeno yang selama ini Renjun lihat adalah sosok seorang raja yang selalu tampil penuh wibawa.

Jeno menarik lengan Renjun untuk ikut bersembunyi dengannya dibalik tumpukan kayu. Dari sudut matanya, Renjun dapat melihat sosok kecil nan kurus yang bergerak dengan hati-hati dalam balutan pakaian lusuh. Anak itu bergerak masuk ke dalam sebuah gang buntu, menghampiri beberapa orang dewasa yang dimata Renjun tak tampak baik sama sekali.

"Aku ingin menjual ini," ucap anak itu.

Renjun sedikit kesulitan melihat wajah orang-orang di sana, tapi setidaknya dari jarak ini ia masih dapat mendengar percakapan mereka.

"Barang tidak berguna apalagi yang mau kau jual ha? Sudah kukatakan jangan datang kemari jika barang yang kau bawa tidak bernilai."

Dari suaranya saja Renjun bisa menebak jika orang ini adalah orang yang licik nan manipulatif. Dan sejujurnya tanpa melihat wajahnya pun Renjun sudah membencinya.

"A--aku janji ini barang yang bernilai! Tolong lihatlah, aku benar-benar butuh uang itu."

Renjun memperhatikan orang-orang itu kemudian Jeno. Meskipun diluar tampak tenang, ia bisa merasakan jika sang kaisar tengah menahan amarahnya.

Anak itu kemudian tampak membuka bungkusan ditangannya dan memberikan sebuah benda yang memang benar adalah belati miliknya pada orang didepannya yang sepertinya juga ikut terkejut sekaligus terkagum.

"Darimana kau mendapatkan barang seperti ini?" Ucapnya dengan mata tak lepas dari belati keperakan tersebut.

"Tidak penting dimana aku mendapatkannya, sekarang berikan uangnya padaku."

Lelaki itu berdecih kasar, ia menarik kantung yang digantungkan di bagian pinggangnya dan mengeluarkan beberapa buah koin.

"Barang ini tidak seberharga itu, siapa tau ini palsu kan? Jadi kuberikan 20 orbs perunggu padamu. Itu harga tertinggi yang bisa kau dapat."

Baik Renjun maupun anak itu tampaknya sama-sama terkejut.

"Apa!? Tapi ini berharga lebih dari 20 orbs perunggu! Aku bisa menjamin jika ini barang asli! Kumohon berikan aku setidaknya 10 orbs emas, aku benar-benar membutuhkannya."

"Hei kau tau aku sudah sangat bermurah hati dengan memberikanmu 20 orbs perunggu, jadi enyah sebelum aku berubah pikiran dan membunuhmu sekalian."

Renjun tak tahan lagi mendengarnya, meskipun anak itu telah mencuri darinya tetapi lelaki itu lebih tak punya hati. Namun belum sempat ia beranjak, Jeno sudah lebih dulu bangkit dan melangkah menghampiri orang-orang yang tampaknya terkejut dengan kehadirannya.

"Maafkan aku menginterupsi, tapi sepertinya belati yang kau pegang saat ini adalah milik orangku."

Orang itu, juga sang anak yang tampak paling terkejut diantara semuanya beringsut mundur perlahan sementara Jeno melangkah dengan santai.

"Siapa--"

"Dan kau hanya menghargai belati itu sebanyak 20 orbs perunggu? Sungguh penghinaan," ucap Jeno. Satu tangannya menggenggam gagang kavaleri yang bergelayut di pinggangnya. "Berikan padaku."

Lelaki itu tampak sedikit gentar, tapi sepertinya juga tak berniat untuk memberikan begitu saja barang berharga yang ia dapatkan dengan harga murah itu secara cuma-cuma. "Hah? Memangnya kau siapa? Apa kau tau siapa aku, aku adalah--"

I'm A Princess/Noren (End) ✔Where stories live. Discover now