Chapter 14

9.3K 1.3K 99
                                    

Kenapa lagi... Bukannya Mark sudah menghilangkan kutukannya?

"Panggil penyihir kerajaan!"

Teriakan Jeno yang membuat suasana seketika berubah menyadarkan lamunan Renjun, ia mendongak dan menatap Jeno yang terlihat samar di matanya. Tangan lelaki itu masih menahan tubuhnya yang sepertinya sedikit lagi kehilangan kesadaran.

Kenapa aku begitu merepotkan...

____________

"Humph! Hampir saja kau mati lagi."

Renjun yang baru saja membuka kedua kelopak matanya sontak terbangun dan memekik tertahan, namun sedetik kemudian ia menghela nafas lega ketika menemukan Aro tengah duduk disampingnya.

"Eh? Apa aku mati?" Ucap Renjun.

Aro menggelengkan kepalanya dan menatap Renjun. Surai hitam pendek pemuda itu terbang mengikuti arah kemana angin berhembus.

"Hanya hampir mati," ucap Aro sembari mengangkat tangannya kedepan wajah Renjun, dalam sekejap sebuah sinar kehijauan yang menyilaukan mata muncul untuk beberapa saat.

"Wah ternyata kalau begini lebih mirip dengan saudarimu," ucap Aro.

Renjun yang tak mengerti hanya mengerjap beberapa kali, hingga kemudian Aro menyodorkan sebuah cermin yang muncul secara ajaib di tangannya.

Pandangan takjub tak dapat Renjun sembunyikan. Surai keabu-abuan yang senada dengan iris matanya saat ini benar-benar tampak mirip dengan milik saudarinya.

"Harusnya tak perlu setakjub itu, lagipula ini penampilan aslimu."

Cukup lama ia memandangi dirinya sendiri di pantulan cermin yang diberikan oleh Aro, hingga kemudian Renjun tersadar akan satu hal.

"Ah aku ingin bertanya sesuatu."

Aro beranjak dari duduknya dan berjalan kecil, "silahkan. Aku akan menjawabnya jika tak menyalahi aturan alam."

"Bukannya kami kembar? Lalu kenapa usiaku berbeda dengannya saat aku terbangun di tubuh saudari ku di tempat ini?" Ucap Renjun.

Aro menghentikan langkahnya tepat didepan sebuah bunga, gadis bersurai kehijauan itu berjongkok lalu menyentuh salah satu kelopak bunga tersebut. "Pada dasarnya waktu di bumi yang kau tinggali dulu berjalan lebih cepat daripada di tempat ini. Jadi yah... Usiamu bisa lebih tua dari saudarimu seperti ini," jawab Aro lembut.

Renjun menganggukkan kepala mengerti.

"Satu lagi! Apa aku akan mati di tangan Lee Jeno?" Tanyanya dengan nada penuh antisipasi.

Aro menghentikan kegiatannya, seulas senyum tipis nan lembut terpatri di wajah sang dewi. Ia kemudian berdiri dan menoleh pada Renjun.

"Aku tidak bisa menjawabnya, maaf ya."

"Ah tentu saja," gumam Renjun lirih. "Pasti aku juga tidak bisa bertanya tentang siapa yang memberikan kutukan padaku terus menerus."

Aro tertawa kecil, membuat Renjun mengalihkan pandangan padanya.

"Sebenarnya bisa kok!" Ucap Aro, mengundang tatapan penuh antisipasi dari Renjun.

I'm A Princess/Noren (End) ✔Where stories live. Discover now