Chapter 7

10.9K 1.6K 179
                                    

"Mustahil."

Renjun menatap penyihir yang didatangkan ayahnya untuk memeriksanya kembali, kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah sang ayah dan juga Hendery yang terlihat cemas.

"Ada apa? Katakan."

"Yang mulia, mana tuan putri sudah stabil kembali. Sihir hitam itu juga sudah menghilang sepenuhnya, tubuhnya sekarang benar-benar bersih."

Bahkan sang penyihir pun tampak tak percaya dengan apa yang ditemukannya. Tentu saja mustahil untuk menetralkan mana seseorang dalam waktu singkat, apalagi jika mana seseorang itu tercampur dengan sihir hitam. Paling tidak dengan bantuan seorang penyihir legenda pun, butuh waktu berbulan-bulan untuk menetralkannya.

Wajah Hendery dan juga sang raja tampak tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang penyihir.

"Saya berani menjamin jika tuan putri telah pulih sepenuhnya."

Sang raja mengangguk. "Aku mengerti, sekarang kau boleh pergi."

"Semoga kemakmuran selalu memberkati taaffeite," ucap sang penyihir sebelum akhirnya melangkah keluar.

"Syukurlah, aku tak tau apa yang terjadi tapi syukurlah jika tak ada yang perlu ku khawatirkan lagi."

Renjun tersentak saat Hendery tiba-tiba saja memeluknya erat, ia hanya bisa tersenyum dan menepuk pelan pundak orang yang sudah berperan sebagai kakaknya selama berbulan-bulan ini.

Mungkin saja nanti ia akan memberitahu Hendery siapa yang telah membantunya. Tentunya tanpa memberitahu bagian dimana dirinya melompat dari atas kamarnya dan hampir mati konyol.

Brak!

"Yang mulia--"

Ketiga orang didalam ruangan itu sama-sama menoleh kearah sumber keributan, terpaku beberapa detik saat tau siapa orang yang menimbulkan keributan tersebut.

Jeno tampak mengatur napasnya sementara ksatria pendampingnya yang tadi hendak menginterupsinya agar tak membuat keributan tampak membungkuk hormat.

"Kaisar Lee, apa yang membuat anda kemari?"

Pandangan Jeno beralih pada ayah Renjun yang tampak tak kalah kaget. Ia tak menyangka jika sang kaisar akan datang langsung setelah diberi kabar oleh utusannya mengenai keadaan sang putri.

"Maaf membuat keributan," ucap Jeno. Kemudian ia menoleh pada Renjun yang sedikit bersembunyi dibelakang tubuh Hendery. Gadis bersurai abu-abu itu langsung menurunkan pandangannya saat kedua maniknya tak sengaja bertemu dengan manik sewarna obsidian itu.

Jeno melangkahkan kakinya mendekat, kemudian menatap Hendery seolah meminta izinnya. Sang pangeran menghela napas samar dan kemudian menyingkir, namun terhenti saat ujung pakaiannya digenggam erat oleh Renjun.

"Tidak apa-apa. Aku masih disini," ucap Hendery meyakinkan Renjun.

Sialan, orang ini kenapa datang lagi? Bukannya dia bilang akan datang empat ahun lagi? Dia mengerikan.

Renjun masih tak berani mengangkat wajahnya, ia berasumsi jika ia melakukannya maka kepalanya akan terpisah dari lehernya. Kira-kira sudah berapa kali dirinya hampir mati ditempat ini? Jika dihitung mungkin sudah lebih dari lima kali.

"Hei, angkat wajahmu."

Ucapan yang terdengar sebagai perintah ditelinga Renjun itu membuatnya langsung mengangkat wajah, menatap wajah dingin tanpa ekspresi milik seseorang yang berdiri gagah dihadapannya. Renjun menutup sebelah matanya saat tangan Jeno menyentuh pipi hingga belakang telinganya.

I'm A Princess/Noren (End) ✔Where stories live. Discover now