Chapter 19

8.4K 1.3K 108
                                    

"Yang mulia dan tuan putri akan pergi ke herkimer?" Seru Jisung.

Jeno hanya berdehem kecil tanpa mengalihkan pandangan matanya dari perkamen-perkamen yang bertumpuk diatas meja.

"Apa saya akan dibawa ju--"

"Tidak," potong Jeno cepat, ia menggulung salah satu perkamen dan menghilangkannya dengan sihir lalu meraih perkamen lainnya. "Sementara aku dan istriku pergi, kau tetap disini dan gantikan tugasku untuk sementara waktu."

Jisung mendesah kecil, dirinya ingin sekali menolak tapi disamping itu ia pun masih sayang pada nyawanya sendiri. "Tapi bagaimana dengan dokumen-dokumen penting yang butuh persetujuan anda?"

Tiba-tiba saja stampel kerajaan yang terbuat dari mineral scheelite melayang kearah Jisung, dengan sigap pemuda itu menangkap benda paling berharga di kerajaan tersebut. "Yang mulia! Bagaimana anda bisa melemparkan stempel kerajaan seperti barang tidak berguna begini?" Protes Jisung.

"Cuma stempel, jangan diperbesar. Kau gunakan saja itu untuk dapat persetujuanku, jika menurutmu dokumen itu menguntungkan setujui saja. Kalau cuma menguntungkan para bangsawan, buang saja dokumennya."

Dan Jisung memutuskan untuk tak mendebat Jeno lebih lanjut.

"Lalu apa yang anda lakukan pada keluarga Richard? Jelas-jelas yang bisa menanamkan kutukan semacam itu hanya orang-orang dari Richard manor."

Tangan Jeno berhenti sejenak. "Untuk saat ini aku jelas tak bisa terang-terangan melakukan apapun, Duke Richard punya banyak koneksi dengan keluarga bangsawan lain termasuk Marquess Eveross dan juga Duke Lancaster yang dulunya adalah pendukung kakakku. Jadi mengibarkan bendera perang sekarang akan sangat merugikanku, bukan? Sekarang ini aku belum punya cukup kekuatan untuk melawan mereka sekaligus."

Jisung mengangguk setuju kemudian sesuatu terbetik di benaknya. "Lalu-- Kapankah anda akan menarik keluar--"

"Jisung!"

Kini Jeno mengalihkan perhatian sepenuhnya pada Jisung. "Bisa jangan bahas hal ini sekarang?"

Jisung mengangguk gugup, bulir-bulir keringat mengalir turun dari pelipisnya. Sementara itu Jeno menghembuskan napas panjang, ia meletakkan pena bulu yang terasa sedikit panas akibat digenggam selama berjam-jam dan beranjak. "Tugasmu dimulai sekarang. Gantikan aku menyelesaikan ini semua, sore nanti aku akan berangkat." Dan Jeno melangkah menuju pintu keluar dengan tangan mengendurkan kerah pakaiannya.

"Tapi-- yang mulia anda bilang anda baru akan berangkat besok."

"Nah sekarang aku berubah pikiran. Kerjakan dengan baik, sampai jumpa satu Minggu lagi dan jaga kerajaanku baik-baik." Jeno pun melenggang pergi, meninggalkan Jisung yang menghela napas panjang.

"Bagaimana bisa aku terperangkap ditempat ini?"

____________

Renjun hampir menyemburkan kembali tehnya saat Jeno secara mendadak memberitahunya jika mereka berangkat menuju herkimer sore ini.

"Tapi yang mulia, anda mengatakan jika kita baru berangkat besok. Karena itu saya sama sekali belum berkemas."

Jeno menghendikkan bahunya, mengangkat cangkir tehnya dan menyesap teh hitam yang masih mengepulkan uap hangat. "Ada hal yang mendesak untuk itu aku memajukan waktu keberangkatannya. Jika kau keberatan, kau bisa membatalkan--"

"Tidak, saya tetap akan pergi ke herkimer."

Seulas senyum tipis tercetak di wajah Jeno.

I'm A Princess/Noren (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang