Chapter 6

10.8K 1.6K 115
                                    

Ah... Kepalaku pusing.

"Maaf yang mulia, saya pun sepertinya tak bisa menekan mana sebesar itu. Saya hanya bisa mengatakan jika terus seperti ini, tubuh tuan putri akan hancur karena mananya sendiri dalam kurun waktu satu tahun saja."

Mana?

"Renjun?"

Perlahan kelopak mata Renjun terbuka, hal pertama yang menyapa indera penglihatannya adalah raut cemas Hendery yang tengah duduk disampingnya dan juga sang ayah yang sepertinya tengah mendiskusikan sesuatu pada seorang lelaki tua yang tampak seperti penyihir.

"Apa ada yang sakit?"

Renjun menggeleng pelan, kemudian ia teringat kembali kejadian sebelum dirinya jatuh pingsan. Saat itu rasanya ia tengah berbincang dengan putri bangsawan Richard, Azurite. Lalu tiba-tiba saja rasanya ada kekuatan yang menekan dadanya hingga membuat ia memuntahkan darah.

Mengerikan.

Renjun bergidik ngeri, dari sudut matanya ia dapat melihat laki-laki yang seperti penyihir itu membungkukkan badannya dan pamit keluar. Ia juga dapat melihat sang ayah memijit pelan pelipisnya, kemudian mengalihkan pandangan dan tersenyum kearahnya.

"Tenang saja, kau akan baik-baik saja. Ayah akan carikan penyihir lain untuk menyembuhkanmu, dan jika memang tak bisa, mungkin ayah akan terpaksa membatalkan pernikahan itu."

"Memangnya ada apa? Apa segawat itu?" Ucap Renjun heran meski di sudut hatinya yang lain ia sedikit bahagia karena pernikahannya dibatalkan. Akan tetapi ia juga ngeri karena menurut penyihir tadi, tubuhnya akan hancur dalam kurun waktu satu tahun.

Lebih baik aku menikahi orang itu daripada harus mati dua kali dengan cara mengerikan seperti itu.

"Bukan apa-apa, sebaiknya kau istirahat lebih banyak dan jangan terlalu dipikirkan."

Hendery tersenyum kecil dan mengusap lembut pucuk kepala Renjun, kemudian ia bangkit dan keluar bersama dengan sang ayah.

Tepat setelah pintu megah itu tertutup, Renjun menyibak selimut yang menutupi separuh badannya dan beranjak dari tempat tidur. Nyawanya ada diambang kematian, bagaimana bisa ia hanya diam disini menunggu kematian? Setidaknya ia harus melakukan sesuatu.

Mana mereka bilang? Aku pernah mendengar kata itu saat bekerja paruh waktu di warnet dulu. Anak-anak yang bermain game menyebutnya energi, jadi--

"Apa konsepnya sama seperti qi?"

Renjun berdiri di pinggiran balkon, dan barulah ia sadari jika langit telah sepenuhnya gelap. Dibawah istananya pun tak terlihat ada tanda-tanda makhluk hidup, yang artinya semua orang tengah beristirahat. Penjaga pun tak terlihat dibawah sana.

"Yosh aku bisa pergi leluasa," ucapnya.

Dengan degup jantung yang terasa menggila, Renjun mulai naik ke pembatas balkon tersebut. Angin yang tiba-tiba berhembus kencang membuatnya mulai goyah, Renjun meneguk ludah gugup dan menguatkan pegangannya pada pinggiran balkon.

"Jangan lihat kebawah dan lompat saja, di dunia ini ada sihir. Hendery saja masih hidup saat lompat dari sini kebawah."

Dengan sugesti dan keyakinan yang dibangunnya, ditambah pengalamannya melihat Hendery melompat Renjun mulai melepaskan pegangannya pada pinggiran balkon.

Angin kuat menampar wajahnya saat ia melompat kebawah dengan mata tertutup.

Apa sih yang sedang kulakukan!? Bagaimana jika gagal dan aku mati konyol?

Dan baru saja Renjun ingin berteriak, tubuhnya berhenti jatuh tapi masih belum menapak tanah.

Wah apa nih? Aku benar-benar melayang?

I'm A Princess/Noren (End) ✔Where stories live. Discover now