Chapter 11

10K 1.5K 159
                                    

Renjun masih memandang takjub pada anak laki-laki bersurai keperakan itu, tepatnya ia tengah memandang takjub pada sayap yang membentang dibalik punggungnya.

Wajahnya imut, tapi tingginya...

Kemudian ia menyadari jika ruangan ini benar-benar terlihat seperti ruang pembantaian setelah anak laki-laki itu mengatakannya. Pandangan Renjun kemudian beralih pada luka di lengan Jeno yang ia balut dengan kain dari gaunnya sendiri. Tubuh lelaki itu masih berdiri tegap tanpa gemetar sedikit pun karena luka. Padahal luka lelaki itu lebih dalam apabila dibandingkan dengan luka di goresan di pinggangnya.

"Yang mulia, biarkan saya menyembuhkan luka anda."

Saat Renjun menyentuh lengan itu, si pemilik tak menolaknya seperti beberapa saat lalu. Ia hanya diam sembari memperhatikan wajah Renjun yang tampak serius menyembuhkan lukanya dengan sihir ditangannya. Wajah dibalik tudung putih yang bahkan belum disingkirkan sama sekali itu tampak sedikit berbeda dari empat tahun lalu.

Cukup cantik meski tak secantik seorang putri dari keluarga salah seorang Duke yang dikenalnya. Akan tetapi ada sesuatu dari Renjun saat ini yang membuatnya seolah tak dapat memalingkan pandangan.

"Sepertinya ini cukup menutup luka--"

Renjun menghentikan kata-katanya saat tiba-tiba saja jemari Jeno menyingkap tudung yang baru disadarinya masih menutupi seluruh wajahnya. Renjun refleks mengangkat wajahnya dan menatap lurus pada wajah tampan yang tengah menatapnya intens tersebut.

Renjun mengalihkan pandangan setelah beberapa detik lamanya Jeno tak mengucapkan sepatah katapun dan hanya menatapnya dalam diam. Ia dapat melihat dibalik punggung Jeno, pemuda bersurai keperakan tadi tengah menahan tawa. Sementara itu dari kejauhan juga ia dapat melihat Hendery tengah berjalan dengan pedang berlumuran darah ditangan. Ia sedikit bersyukur saat tau jika kakaknya baik-baik saja.

Kemudian ia mendengar Jeno mendengus pelan. "Jisung perintahkan beberapa orang untuk mencari tahu asal para penyerang itu, dan perintahkan orang untuk membersihkan tempat ini."

Renjun melebarkan mata dan refleks mencengkram erat pundak Jeno saat lelaki itu kembali menggendongnya.

"Kau terluka," ucap Jeno singkat seolah dapat membaca apa yang tengah Renjun pikirkan.

"Saya baik-baik saja yang mulia, anda bisa menurunkan saya," tolak Renjun dengan wajah sedikit bersemu menahan malu.

Jeno menaikkan sebelah alisnya dan mendengus. "Tidak terlihat baik-baik saja," gumamnya pelan.

Kemudian ia menoleh pada Hendery sejenak yang penampilannya tak berbeda jauh dengannya. Lelaki itu tampak menatap adiknya yang berada dalam gendongan sang kaisar sejenak. "Jisung, siapkan tempat untuk pangeran Hendery dan juga--"

"Maaf memotong, tapi anda tidak perlu repot-repot. Saya akan kembali ke kerajaan taaffeite bersama yang lain, untuk masalah ini juga saya usahakan untuk membantu mencari tahu."

Jeno tak bergeming selama beberapa detik dan hanya menatap Hendery. Sang pangeran tampak tersenyum tipis dan mengangguk samar.

"Semoga kemakmuran selalu meliputi scheelite," ujar Hendery sebelum akhirnya meninggalkan ruangan setelah sebelumnya tersenyum lembut pada Renjun.

_______________

Renjun mendesis pelan, luka dibalik gaun tidur putih yang dikenakannya saat ini terasa sakit kembali. Tadi setelah Jeno mengantarkannya ke tempat ini dan pergi begitu saja, ia sempat mencoba mengobati lukanya sendiri dengan kekuatannya, akan tetapi sepertinya tak terlalu banyak membantu. Bahkan setelah para pelayan ditempat ini membantunya berganti pakaian dan mengobatinya dengan obat-obatan, lukanya tak kunjung sembuh.

I'm A Princess/Noren (End) ✔Where stories live. Discover now