Chapter 4

12.2K 1.7K 83
                                    

"Apa yang akan kulakukan saat di tempat itu nanti?" Gumam Renjun, sementara dirinya duduk menunggu rambutnya selesai ditata oleh gadis yang tampaknya hanya lebih tua beberapa tahun dari wujudnya saat ini.

"Tuan putri bisa berdansa dengan sang kaisar, bukankah menyenangkan?" Ucap gadis itu dengan senyum sumringah yang berbanding terbalik dengan wajah Renjun yang seolah tak memiliki gairah untuk hidup lagi. "Saya baru mengetahui jika ternyata kaisar sangat tampan, tidak heran jika para gadis bangsawan selalu membicarakannya."

"Membicarakannya? Maksudnya membicarakan si kaisar itu?" Ucap Renjun yang kemudian mengernyit saat rambutnya ditarik pelan untuk dipasangi hiasan berbentuk bunga.

Dari pantulan cermin, Renjun dapat melihat kakak pelayan itu mengangguk yang kemudian disusul dengan senyum puas melihat hasil karyanya. "Para gadis bangsawan itu sering sekali membicarakan para pria tampan di wilayah kerajaan scheelite."

Ah jadi kerajaan ini juga masih bagian dari kerajaannya si menyeramkan itu?

"Saya bersyukur karena sepertinya sang kaisar memilih tuan putri saya yang cantik ini untuk dijadikan istri, apalagi beliau sepertinya tidak seburuk yang digosipkan."

Renjun menekuk wajahnya sementara kakak pelayan itu terkekeh pelan sembari melanjutkan pekerjaannya.

Bisa-bisa aku mati konyol hanya karena melihat matanya yang menakutkan itu.

"Wah lihat ini, tuan putri benar-benar sangat cantik. Sebentar akan saya ambilkan sesuatu yang akan menyempurnakan penampilan tuan putri," ucap kakak pelayan itu penuh semangat.

"Tidak usah repot-repot hanya untuk membuat orang mengerikan itu senang," gumam Renjun pelan.

Kemudian ia berbalik dan melihat pantulan dirinya sendiri di cermin, mungkin saja jika ia bertemu dengan gadis ini di masa dimana ia hidup dulu, ia akan langsung jatuh cinta.

"Lagi-lagi kau melamun didepan kaca, kau pikir kau ini seorang putri di negeri dongeng yang bisa berbicara dengan cermin apa?"

Renjun tak lagi terkejut dengan suara Hendery yang muncul tiba-tiba tanpa dapat disadari siapapun, mungkin saja itu salah satu kemampuan dari sang pangeran.

Untung saja Hendery tak hidup dimasanya, jika iya maka mungkin sekarang lelaki itu sudah menjadi seorang pengintip karena kemampuan yang dimilikinya.

"Tuan putri! Ah maaf pangeran Hendery jika saya menginterupsi, saya hanya ingin memakaikan ini untuk tuan putri." Kakak pelayan tadi sedikit membungkuk hormat dihadapan Hendery.

Lelaki itu mengangguk dan sedikit mundur, mempersilahkan sang pelayan untuk memasangkan benda yang sepertinya kalung itu di leher adiknya. Senyum puas terpatri di wajah sang pelayan, kemudian ia mundur beberapa langkah.

"Semoga kemakmuran selalu memberkati taaffeite," ucap sang pelayan sembari membungkuk hormat sebelum akhirnya melangkah keluar.

"Ayo," ucap Hendery sembari menyodorkan lengannya, namun hanya dibalas tatapan lurus dari Renjun.

"Untuk apa? Aku harus menggandengmu?"

Hendery berdecak gemas, kemudian dengan paksa menarik tangan Renjun untuk dikalungkan pada lengannya. "Kau ini kerasukan apa? Memang kau tak butuh, tapi ini termasuk salah satu pelajaran sikap."

I'm A Princess/Noren (End) ✔Where stories live. Discover now