9: Rapuh (2)

545 69 1
                                    

Happy reading.....

Maaf lama ngak up.

“Diam Qila, kamu mau buat kita ketangkep dan dinikahin? mau kamu!” ujar Rendy dengan nada datar dinginnya ada sedikit kekesalan di sana.

Aqila hanya menggelengkan kepala.

“Makannya diam.” Rendy melepaskan bekapan tanggannya di mulut Aqila dan menyender di job mobilnya.

Banyak hal yang Rendy pikirkan, masalah kantor yang tiada ujungnya. Belum lagi melihat kedekatan Aqila dan Raka membuat mood-nya tambah buruk.

Aqila hanya diam menatap lurus ke depan, dan merapalkan doa-doa agar setan di tubuh Rendy pergi, jujur ia takut dengan perlakuan Rendy tadi. Dia juga perempuan. Bagaimana kalau Rendy ....

"ngak-ngak, kak Rendy ngak mungkin berbuat begitu,"

setelah di perhatikan mereka berada di jalan sepi dan sedikit keluar dari jalan besar. Pemikiran Aqila semakin menjadi-jadi.

"nggak mungkin kak Rendy ngapa-ngapain gue, nggak mungkin, lo gila qil tapi..." batin Aqila. Aqila ingin keluar dari mobil Rendy

dan

ceklek!

Suara mobil di kunci.

“kak Rendy buka pintunya, Qila mau keluar,” ucap Aqila dengan nada takutnya.

“nggak.” Aqila semakin takut dengan Rendy.

“Kak Rendy mau ngapain sih, aku mau pulang,” bentak Aqila lagi menahan tangisnya.

Rendy meghela napas. Sekarang Rendy tau ke khawatiran Aqila.

“Aqila dengar, kakak nggak bakal ngapa-ngapain kamu. kamu duduk manis aja di sana, kakak capek serius, bisa kan?” lirih Rendy kentara sekali Rendy sedang memikirkan sesuatu.
Aqila menatap mata Rendy mencari kebohongan di sana, tapi ia tidak menemukan itu

Mereka terdiam ....

“Qila kakak capek.”

Aqila kaget mendengar nada lirih Rendy, seakan laki-laki itu menyimpan banyak beban di pundaknya. apa yang terjadi dengan Rendy?

Dengan keberanian yang seciul Aqila memeluk Rendy sambil mengusap punggung Rendy.

Rendy sempat tegang berada di pelukan Aqila, tapi ia segera menghilangkan ketegangan itu, dan tersenyum tipis atas tidakan Aqila.

“Tadi takut sama aku, sekarang malah meluk gini,” ucap Rendy dengan senyum mengejeknya dan membalas pelukan Aqila bahkan lebih erat lagi.

Rendy sedikit tenang berada di pelukan aqila, membuat ia sedikit melupakan masalahnya. Ternyata benar, Aqila obat penawar di saat rendy merasa terpuruk.

Di ibaratkan parasetamol obat yang bisa menghilangkan berbagai nyeri, pracetamol menjadi obat wajib di rumah. Begitu juga Aqila yang selalu ada untuk mengobati nyeri sakit hati Rendy. Rendy bersyukur bisa bertemu dengan aqila lagi.

Mendengar Rendy mengejeknya, membuat Aqila tersadar apa yang ia lakukan.

“Jangan di lepas,” mohon Rendy masih dengan suara lirihnya.

Akhirnya Aqila hanya pasrah di dalam pelukan rendy, dan berharap tidak ada yang lewat.

“Aqila kamu temenin kakak pulang kerumah ya,” ucap Rendy masih mencari tempat ternyaman di pelukan aqila.

“hmmm, kalau ada apa-apa kakak ngomong aja ke qila, Qila siap dengerin kakak.” balas Aqila.

“kakak punya Aqila tempat berkeluh kesah, Qila janji ngak bakal ninggalin kakak lagi,” lanjutnya panjang lebar.

Rendy yang mendengar itu hanya tersenyum tipis, ternyata masih ada orang yang peduli padanya.

“Janji?” tanya Rendy yang melepasakan pelukannya.

“Iya kak Qila janji,” ucap Aqila dengan serius.

“Iya janji,” balas Aqila dengan jengah, yang ia lihat sekarang bukan Rendy yang tegas. Tetapi anak kecil berumur 5 tahun yang menagih janji ke Mamanya.

“Tadi kenapa ketawa sama Raka?" tanya Rendy sambil menjalankan mobilnya.

Aqila berpikir keras, kapan ia tertawa dengan Raka.

“ouh yang itu, aku sama kak Raka, di suruh bu Lili buat ikut PKM.

“Kamu udah iyain?” tanya Rendy lagi.

“Belum lagi mikir,” polos Aqila sambl memainkan ponselnya.

“Sekelompok sama kakak aja,” ucap rendy tanpa beban, dan tentu beban bagi seorang Aqila.

“Hahahaaha.” Aqila tertawa terbahak-bahak, lelucon seperti apa ini.

“Ada yang salah?” tanya Rendy kesal dengan Aqila, apa yang harus ditertawakan.

“kakak tau otak aku tu, nggak nyampek 50% dan sekarang kakak ngajak aku ikut PKM." Rendy melirik sekilas kearah Aqila tidak mengerti arah pembicaraan Aqila.

“kenapa? Ouh apa kamu ingin sekelompok dengan Raka, ia?” ujar Rendy yang sedikit kesal atas penolakan aqila.

“Bukan gitu kak, Kita bukannya menang kak, malahan nanti waktu kakak tersita dengan ngajarin aku. Ingat kak aku ngak sepintar kakak, ntar aku ngerepotin kakak lagi,” jelas Aqila panjang lebar.

“Ngak ngerepotin Qila, kakak bisa ngajarin kamu." Rendy kekeuh atas pendiriannya.

“Kak Rendy dengar, mendingan kakak cari orang lain, aku nggak sepadan sama kak Rendy. emang kak Rendy mau kita kalah terus di ejek sama semua orang. Seorang Rendy Pratama Presma BEM UI mendapat IPK di atas rata-rata setiap semester kalah di PKM, kan ngak lucu kak ntar image kakak di kampus turun lagi,” kata Aqila panjang lebar dengan tawa yang tiada hentinya bak prensenter terkenal.

“Kamu nyari tentang aku sebegitunya ya.” Rendy tersenyum dengan fakta itu.

Aqila pun tersadar apa yang dia ucapkan.

“Nggak kok, aku cuma dengar sedikit gosip dari anak-anak,” kilah Aqila, ia malu sangat malu ketahuan mencari tau tentang Rendy.

Rendy hanya tersenyum dengan kegugupan Aqila, ia senang sangat senang. Akhirnya ia bisa berbicara sesantai ini dengan Aqila.

“Aku nggak mau tau, kamu harus ikut PKM sama aku da..” Aqila ingin membantah tapi— “Dan ngak ada penolakan.”

Aqila menghela napas pasrah, selalu ia kalah berdebat dengan Rendy.
.
.
.
.
.

😊😊😊

Find You [REVISI]Onde histórias criam vida. Descubra agora