Part 8

7.4K 328 1
                                    

Jam istirahat akhirnya tiba. Aku melirik kearah Ikham. Dia sudah bersiap untuk ke kantin.

"Ikham, mau kemana?" Tanyaku tiba-tiba. Aduh bodoh banget sih! Udah tau dia mau ke kantin.

"Kantin." Jawabnya singkat. Aku diam saja tak menjawab.

"Mau ikut?" Tanyanya. Aku melongo saat di tanya begitu. "Oy!" Dia mengibaskan tangannya didepanku.

"Eh? Bo-boleh." Jawabku tanpa sadar. Aku pun mengikutinya. Tak lupa Icha dan Hari juga ikut bersama kami.

"Tumben banget kamu mau bareng kita Vy." Celetuk Hari.

"Eum.. gak apa-apa kok." Gak mungkin kan aku bilang kalau mau deket sama Ikham.

"Kesambet kali." Ujar Ikham. Kami pun sampai di kantin dan memesan makanan.

"Tadi pagi kamu dijemput Imam?" Tanya Ikham tiba-tiba.

"Eum.. engga." Jawabku. Ikham sepertinya kaget mendengarnya.

"Bukan dia bilang mau jemput kamu?" Tanyanya lagi.

"Dia emang mau jemput. Tapi nanti pulang sekolah." Jawabku.

"Cih, dia emang gak pernah bener kalo ngomong." Umpatnya.

"Gak apa-apa kok." Ujarku.

Kami pun kembali fokus dengan makanan kami masing-masing. Sesekali aku melirik ke arah Ikham.

Tiba-tiba seseorang datang menghampiri kami.

"Kamu Lavya ya?" Tanya laki-laki itu. 

"Iya? Ada apa?" Tanyaku sopan. Aku lihat dia tersenyum.

"Boleh kita bicara?" Tanyanya. Aku pun mengangguk dan menurutinya. Kami pergi ke tempat yang lumayan sepi.

"Kenapa?" Tanyaku padanya. Dia tampak malu-malu.

"Hm... aku suka kamu. Bukan, aku sayang kamu. Sejak pertama aku lihat kamu." Ungkapnya tiba-tiba. Otakku masih memproses setiap ucapannya.

"Kamu mau gak jadi pacar aku?" Tanyanya langsung. Ehhh? Dia nembak aku?

"Eh? Ano.."  Aku bingung harus jawab apa.

"Dia gak suka sama lo." Eh? Suara siapa itu? Dengan refleks aku menengok kebelakang. Ikham? Aduh jantungku kembali berdetak lebih cepat. Ngapain dia di sini? Dia pasti ngikutin aku.

"Lo emang siapa? Gua butuh jawaban dari Lavya bukan dari lo!"Tanggap cowok itu.

"Udahlah. Nyerah aja."Ujar Ikham. Cowok itu terlihat sangat marah. Dia berjalan mendekati Ikham dan menarik kerah bajunya.

"Diam!"Teriak cowok itu. Ikham hanya memasang wajah dinginnya. Aku gak sanggup melihat ini.

"Sudah! Tolong berhenti!" Teriakku. Kedua orang itu menatapku.

"Maaf sebelumnya, kita belum kenal. Aku gak mungkin bisa nerima kamu gitu aja," Ujarku, "Kita temenan aja dulu ya."

"Kalau gitu kenalin dulu, namaku Reza Maulana. Dari dulu aku selalu merhatiin kamu." Ucapnya.

"Bukan gitu. Aku tetep gak bisa sama kamu." Jawabku. Dia tampak diam. Wajahnya menyiratkan kekecewaan.

"Kenapa? Apa ada laki-laki yang kamu sukai?" Tanyanya.

"Eum.. bukan begitu. Aku memang tidak bisa menerima kamu." Jawabku. Wajahnya menahan marah. Aku takut melihat wajahnya dan menunduk.

"Kamu gak tau rasanya! Setiap hari aku merhatiin kamu! Aku ngumpulin keberanian buat nembak kamu! Tapi kamu malah nolak aku!" Bentaknya dengan nada tinggi.

Cold LoveWhere stories live. Discover now