Part 12

6.5K 283 3
                                    

Ini adalah bulan november. Bulan dimana ujian sudah menanti. Tak terasa juga aku sudah cukup lama tidak berhubungan dengan Ikham. Semenjak ia menyuruhku untuk menjauh, dia benar-benar berubah menjadi sosok yang asing seperti dulu.

Ikham dan Hari pindah duduk ke depan dengan alasan tidak bisa melihat papan tulis. Aku mencoba biasa tapi hatiku sakit. Semua yang dia lakukan dulu seperti hanya mimpi. Mimpi yang hilang tanpa jejak. Kebaikannya seolah sirna. Sikapnya berubah 180 derajat.

Kini aku dan Icha sedang belajar di perpustakaan. Karena sebentar lagi ujian maka aku harus mengesampingkan perasaanku. Aku harus fokus agar dapat nilai bagus. Aku sudah tidak mau memikirkan masalah Ikham lagi. Toh, dia juga tidak memikirkan aku.

"Vy, kok aku perhatiin kamu makin jauh ya sama Ikham." Ujar Icha di tengah konsentrasi sedang belajar.

"Engga ko cha, emang kita gak pernah dekat banget sih, biasa aja." Jawabku tanpa mengalihkan perhatian dari buku yang kubaca.

"Hm.. tapi Ikham sekarang jadi dingin lagi sama kamu. Sebenarnya ada apa sih Vy?" Tanyanya.

"Engga ada apa-apa cha, udah ya jangan ngomongin Ikham terus." Aku lelah kalau harus ngomongin Ikham terus. Perasaanku tidak bisa berkurang kalau terus mikirin dia.

"Kamu masih suka sama dia?" Pertanyaan Icha membuatku terdiam. Suasana hening beberapa saat sampai Icha kembali membuka suara.

"Udah aku duga. Pasti ada sesuatu kan, cerita dong kamu kenapa sama Ikham?" Tanyanya penasaran. Aku mengigit bibirku bawahku.

"Ikham...," Aku menggantung kalimatku. Dia memperhatikan dengan seksama. "Dia menyuruhku menjauhinya. Dia minta kita gak berhubungan lagi." Jawabku akhirnya. Aku menahan tangisku.

"Hah? Kenapa tiba-tiba gitu?" Tanyanya kaget. Aku menaikkan bahu. Aku tidak sanggup kalau harus meneruskan cerita.

"Pasti ada alasan dibalik ini semua. Kita harus cari tahu!" Ucap Icha. Raut wajahnya memancarkan kemarahan.

"Gak usah cha, lagian dia yang mau kita kaya gini. Jadi gak usah dipikirin." Tanggapku.

Walau dalam hati aku sangat ingin tahu apa alasan dia meminta kita berjauhan, tapi aku takut, takut jika jawabannya nanti hanya akan lebih menyakitiku.

"Tapi..." Ucapannya segera aku potong.

"Tolong cha, jangan buat ini sulit. Aku hanya ingin melupakan perasaanku pada Ikham. Perasaan ini memang tidak mungkin sejak awal. Aku harusnya sadar, dia itu bagai langit yang hanya dapat aku pandang tanpa bisa aku gapai. Gak seharusnya aku mikirbkedekatan kami punya arti. Jadi tolong biarin aku ngelupain Ikham." Ujarku dengan diiringi air mata yang menetes dipipiku. Icha memandangku iba. Aku bisa lihat raut simpati yang dia tunjukan.

"Vy, aku gak mau kamu sakit hati. Tapi aku tahu Ikham bukan orang yang mudah buat nyakitin orang. Walaupun dia dingin, dia masih mikirin perasaan orang. Aku akan cari tau sendiri apa alasan dia." Ujarnya dengan tangan mengepal.

"Terserah kamu kalau itu, aku gak ingin tahu apa-apa lagi soal Ikham." Jawabku. Kami pun terdiam. Ia menghela nafas, dan aku kembali fokus dengan buku di hadapanku.

Bel masuk berbunyi, kami pun kembali ke kelas tanpa ada satupun yang membuka suara lagi. Baru kali ini kami saling diam. Aku yakin ada sesuatu yang Icha pikirkan.

+++

Lima hari berlalu, dan pekan ujian akhir semester 1 pun telah berlalu. Kini tinggal menunggu hasilnya. Syukurlah aku bisa melewati ujian dengan baik. Aku hanya berharap nilaiku tidak mengecewakan.

Hari ini adalah hari sabtu. Aku ingin menghabiskan waktu dirumah. Namun sepertinya harus terganggu karena seseorang datang dan berteriak di depan rumahku.

Cold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang