Part 3

9.4K 367 2
                                    

Sesampainya di sekolah aku bergegas ke kelas. Saat melewati lorong ada perasaan tidak enak menghampiriku. Tiba-tiba...

"Eunhh!!" Aku dibekap oleh seseorang! Aku berusaha meronta tapi tidak cukup kuat. Tangan yang membekapku bukan tangan laki-laki... siapa dia?

Aku diseret menuju belakang sekolah. Dihempaskan tubuhku kedinding. Sekarang aku bisa lihat dengan jelas siapa orang yang membekapku. Ya dia adalah Silvia, Mira dan Rena. Ketua dari perkumpulan I-Champ. Aku menunduk karena takut.

"Hei!! Lo mulai berani ya deketin Ikham!" Silvia memukul dinding tepat disebelah wajahku.

"Eum... eng-engga kok." Jawabku gugup.

"Jangan bohong! Jelas-jelas tadi gua lihat lo boncengan sama Ikham!" Bentak Rena. Aku takut sekali. Tanganku dingin dan kakiku terasa lemas.

"Dasar cewek munafik! Bilang aja kalau lo juga suka kan sama Ikham!" Kali ini Mira tak diam saja. Air mata hampir menetes dari pelupuk mataku. Aku sangat takut. 'Ya Tuhan tolong selamatkan aku.'Batinku.

"Jauhin Ikham! Atau gua buat lo menderita selama jalanin sisa sekolah lo disini!" Teriak Silvia. Aku melihat gerakan tangan ingin menampar dengan segera aku menutup mata...

1 detik....

2 detik....

3 detik....

4 detik....

5 detik....

Aku tak merasakan tamparannya mengenaiku. Aku membuka mata perlahan. Dan saat itu mataku membulat sempurna. Ada Ikham dan Hari di depan kami. Ikham menahan tangan Silvia yang tadi ingin menamparku.

"Jangan ganggu hidup orang lain." Ucap Ikham dingin.

"Kalau kalian berani menganggunya lagi, gua akan buat kalian menyesal!" Terdapat kilat marah di mata Ikham. Baru pertama kali aku lihat ekspresi Ikham seperti itu.

"Tapi..." Rena berusaha buka suara.

"Pergi!" Perintah Ikham. Ketiga gadis itu berdecak dan pergi dari tempat itu.

Kakiku yang lemas tidak dapat menopang badanku. Aku jatuh terduduk. Sungguh menakutkan mereka.

"Lo gak apa-apa Vy?" Tanya Hari dengan nada khawatir. Aku mengangguk dengan senyuman. Walau sebenarnya aku takut sekali.

"Lemah sekali. Gak bisa membela diri sendiri."Setelah mengucapkan itu ia beranjak pergi.

"Satu hal lagi, jauhi aku." Ucapnya.

Aku tidak pernah mencoba mendekati dia. Dia yang mengajakku bersama tadi pagi. Jadi apa aku salah? Ah sudahlah memikirkannya hanya membuatku pusing.

"Tidak usah dipikirkan, dia memang begitu sama cewek." Ucap Hari seperti tahu apa yang sedang aku pikirkan.

"Tapi sebenarnya dia baik. Dia langsung lari kesini begitu gua kasih tahu kalau lo dibawa mereka," Jelas Hari. "Ekspresinya juga keliatan cemas banget. Gua baru pertama kali lihat dia begitu." Lanjutnya. Otakku masih memproses setiap kata yang dikeluarkan oleh Hari.

"Ayo kita balik ke kelas." Ajak Hari seraya membangunkanku.

Sesampainya dikelas aku langsung duduk. Tak lama setelah aku duduk, Icha datang dengan raut wajah cemas.

"Lavya!! Kamu gak apa-apa? Maaf ya aku gak ada disana tadi. Aku lagi dipanggil guru. Aku diceritain Hari. Aahh pengecut banget mereka beraninya keroyokan!" Omel Icha tanpa berhenti.

"Sudah cha, tadi Ikham sama Hari datang." Ucapku dengan senyum terpaksa.

"Lihat aja nanti aku hajar mereka!" Hawa membunuh terpancar dari Icha. Aku bergidik ngeri.

Cold LoveWhere stories live. Discover now