Part 18

6.6K 291 13
                                    

Imam mengemudikan ninjanya dengan sangat cepat. Sempat khawatir nabrak juga gara-gara kecepatannya diluar batas. Tapi aku tahu dia sangat khawatir saat ini.

Sesampainya di rumah sakit. Tanpa basa-basi kami langsung menuju ke ruangan Dara. Saat Imam membuka pintu....

'Klekkk...'

Mataku membulat seketika. Melihat pemandangan di depanku... Tuhan! Ambil nyawaku sekarang!

Mau tau apa yang aku lihat? Dara sedang memeluk Ikham, dan Ikham membalas pelukan itu. Sakit sekali aku melihatnya.

"Ikham!" Imam berteriak pada Ikham. Kedua orang itu yang tadinya gak menyadari kehadiran kami, langsung melepas pelukan mereka.

"Imam?"Ikham nampak kaget dengan kedatangan Imam.

"Gini jadinya? Gini balasan lu buat pengorbanan gua?"Mata Imam berkilat penuh amarah. Baru pertama kali aku lihat dia kaya gini.

"Mam, apa maksud lu? Gua gak ngerti!"Jawab Ikham. Imam langsung merangkulku.

"Cewek ini! Gua udah relain dia sama lo! Kenapa lo malah asik berduaan sama cewek lain hah? Lo gak tau tiap hari dia nyariin lo!" Imam benar-benar emosi. Aku juga marah, gak percaya dengan apa yang aku lihat tadi.

"Ini ada apa sebenernya?"Dara buka suara.

"Gak ada apa-apa Dar, kamu tidur aja ya."Kata-kata Ikham melembut, beda sekali dengan waktu pertama dia ngomong sama Dara. Kenapa bisa begitu?

"Mam, kita bicara diluar." Ikham langsung menyeret kami berdua keluar ruangan, tidak... tapi keluar rumah sakit.

"Sekarang lo mau ngomong apa?"Tanya Ikham.

"Kenapa lo disini? Kenapa lo gak kasih tau gua kalau Dara sakit? Dan kenapa lo ninggalin Lavya tanpa kabar?"Tanya Imam bertubi-tubi. Ikham sempat terdiam. Aku cuma bisa menatap dia, mataku sudah berkaca-kaca.

"Karena gua pengen ada di sini. Alasan gua gak ngasih tau lo? Karena gua gak mau lo sakit hati lagi! Gua juga gak ninggalin Lavya. Dia juga pasti ngerti siapa yang lebih butuh gua saat ini."Jawab Ikham panjang lebar.

Ngerti? Ya aku sangat ngerti Dara lebih butuh Ikham saat ini. Tapi aku juga butuh kali. Paling engga kasih kabar aja, atau muncul sesekali gitu. Ya walaupun aku bukan siapa-siapanya, tapi dia pernah minta aku buat jaga hatiku untuknya. Bukankah itu berarti lebih? Tapi gini juga akhirnya?

"Ya, aku sangat ngerti kham. Aku sangat ngerti Dara butuh kamu saat ini. Tapi... apa gak bisa kamu juga pikirin perasaan aku? Aku mikirin kamu kemana... lagi ngapain... sama siapa... tapi ternyata... kamu gak pernah peduli aku gimana." Air mataku berlinang. Aku gak kuat... sakit sekali.

"Lavya! Siapa yang gak peduli sama kamu! Aku gak mau ajak kamu kesini karena aku tau kamu gak akan kuat ngeliat sikap Dara yang manja sama aku. Aku gak mau buat kamu sakit hati!"Ucap Ikham. Gak! Itu alasan yang klasik.

"Udahlah, gua masuk dulu mau lihat keadaan Dara. Kham jangan jadiin gua sebagai alasan. Gua bisa nentuin hidup gua sendiri. Awas aja kalau lo sampe bikin Lavya sakit hati! Gak segan gua rebut dia dari lo!" Ucap Imam seraya pergi meninggalkan kami berdua.

Sunyi. Tinggal kesunyiaan saat Imam pergi. Aku tak buka suara.

"Vy, maafin aku. Aku gak bermaksud mau buat kamu sedih. Aku cuma gak tahu harus apa. Aku bingung vy!"Ucapnya dengan nada frustasi.

"Aku tau saat ini Dara butuh kamu, tapi aku juga butuh kamu. Aku butuh kabar dari kamu. Aku mau dianggap ada."Ujarku, air mata mengalir deras dipipiku.

Cold LoveWhere stories live. Discover now