Part 17

5.9K 286 21
                                    

"Ikhaamm!!" Wanita itu masih memeluk Ikham dengan erat. Perasaan cemburu tiba-tiba datang.

"Kak Dania, ada apa kesini?"Tanya Ikham. Dia berusaha melepaskan pelukannya. Mungkin gak enak sama aku, mungkin.

"Ikham, kamu harus bantuin kakak ya. Tolongin kakak!!" Gadis yang dipanggil 'Kak Dania' oleh Ikham langsung menangis sejadi-jadinya. Aku gak ngerti kenapa.

"Kenapa kak? Ada apa?"Tanya Ikham jadi ikutan panik.

"Dara kham... Dara..." Mataku membulat ketika nama itu disebut. Dara? Cewek yang pernah suka sama Ikham? Penyebab dari rasa sakit hati Imam? Mau apa dia?

"Dara kenapa kak?"Mata Ikham juga menyiratkan ketidaksukaan saat nama itu disebut.

"Dara sakit. Dia mau kamu datang ke rumah sakit sekarang. Dia butuh kamu kham."Pintanya. Air mata mengalir deras dari matanya.

"Kenapa harus aku kak?"Ikham kayanya gak suka dilibatkan lagi dengan Dara.

"Kakak mohon kham, Dara cuma mau kamu datang. Dia sakit parah kham. Mungkin umurnya gak lama lagi. Setiap malam dia mengigau kamu. Apalagi setelah kalian pindah rumah, Dara kaya kehilangan semangat hidup. Kakak mohon kham, temui Dara ya." Kak Dania tiba-tiba berlutut di hadapan Ikham. Aku tidak tega melihatnya seperti ini. 

"Kham, kita temui Dara ya."Pintaku karena gak sanggup ngeliat Kak Dania yang sampai seperti itu. Ikham terdiam.

"Ikham..."Panggilku. Dia menghela nafas berat.

"Baiklah, besok aku kesana."Ujarnya akhirnya. Wajah Kak Dania berubah cerah.

"Kamu janji akan datang?"Tanya Kak Dania memastikan. Ikham hanya mengangguk saja.

"Oke, aku akan kasih tahu ini ke Dara. Makasih banyak ya!"Setelah bilang begitu, ia langsung pergi entah kemana.

"Kham... kamu gak apa-apa?"Tanyaku. Wajah Ikham terlihat pucat.

"Aku gak apa-apa... hanya saja..."Dia menggantung kalimatnya.

"Hanya apa?"Tanyaku. Dia menghembuskan nafas.

"Engga, udah sana masuk rumah terus mandi." Ikham mendorongku masuk kerumahku.

"Iih iyaa, gak usah di dorong-dorong kenapa sih."Protesku. Dia hanya tertawa kecil.

+++

Keesokan harinya, aku di ajak Ikham untuk menjenguk Dara di rumah sakit. Ikham pasti belum ngasih tahu Imam soal ini. Kali ini Ikham bawa mobil bukan motor seperti biasanya. 

"Kham?"Panggilku padanya yang masih fokus pada jalanan.

"Iya?"Jawabnya.

"Kamu... gak kasih tahu Imam?"Tanyaku. Dia terdiam sesaat.

"Aku gak mau gegabah. Aku khawatir si Dara cuma pura-pura. Kalau Imam ngeliat Dara lagi, bisa jadi ia akan terluka lagi."Jawabnya. Aku mengangguk tanda mengerti.

"Kamu kakak yang baik."Gumamku. Tiba-tiba pipiku dicubitnya.

"Awh! Kenapa sih?"Protesku. Ku lihat dari samping, ada senyum tipis diwajahnya.

"Kalau mau muji suaranya kencangin dong biar kedengeran."Ejeknya. Aku hanya memanyunkan bibir.

"Gak jadi muji ah!"Balasku. Dia tertawa.

"Haha... ngambek ya? Jelek kalau ngambek tau."Dia kembali meledekku.

"Emang aku jelek sih."Ucapku. Tiba-tiba tanganku digenggam olehnya. Dan... dia mencium punggung tanganku.

"Kamu cantik kok. Cantik banget."Ujarnya membuat pipiku merona merah. Dadaku berdetak cepat. Laki-laki ini emang paling bisa bikin jantung aku gak karuan.

Cold LoveWhere stories live. Discover now