Part 14 (Ikham's POV)

6.6K 297 18
                                    

Banyak hal yang aku alami beberapa hari ini. Bukan hal yang mudah tentunya. Hal pertama yang aku alami adalah saat Imam mengatakan padaku perasaannya pada Lavya.

#flashback: on

"Aku pulaaangg~~" Teriak Imam ketika masuk kerumah.

"Waalaikumsalam." Ucapku menyindirnya. Dia terkekeh.

"Eh iya lupa. Assalamualaikum." Ucapnya.

"Hm.. Waalaikumsalam." Jawabku.

"Seneng deh hari ini." Ujarnya dengan senyum-senyum tidak jelas. Aku duduk di ruang nonton TV, dan dapat aku pastikan dia pasti mengekoriku. Dia duduk disampingku masih dengan senyumannya.

"Gila dasar." Tanggapku.

"Iih, lo mah gak bisa liat adik lo seneng." Ujarnya.

"Kenapa sih?" Tanyaku.

"Tadi gua sama Lavya pergi ke cafe baru gua." Ucapnya.

"Hn.. terus?" Tanyaku malas.

"Lo mah datar banget sih." Ujarnya dengan nada kesal.

"Ya, terus gua harus gimana?" Aku hanya terfokus pada TV.

"Gua mau cerita nih sama lo," Ujarnya.

"Tadi Lavya kagum banget sama kerja gua, dia bilang beruntung banget cewek yang gua sukain. Dia gak tau aja kalo cewek itu dia." Jelasnya.

'Deg...' Mataku membulat mendengarnya. Imam suka sama Lavya? Kenapa aku baru tau?

"Lo suka sama Lavya?" Tanyaku sedikit tak percaya.

"Iyalah, terus dia bilang gak mungkin cewek itu nolak gua, itu berarti dia gak bakal nolak kalo gua tembak." Jawabnya. Mataku kembali membulat sempurna ketika mendengar ucapannya. Aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Aku merasa... marah? Entahlah aku tidak mengerti.

"Kham, lo bantuin gua deketin Lavya ya." Pintanya dengan nada memohon. Kenapa harus aku? Harusnya aku langsung setuju kan. Aku udah janji akan buat Imam bahagia dengan orang yang disukainya. Tapi kenapa aku merasa sakit ketika nama Lavya yang disebut. Ada apa denganku?

"Kenapa harus Lavya?" Tanyaku padanya, pelan namun dia pasti bisa mendengarnya.

"Hm... Lavya itu beda dari cewek lain. Aku suka sama dia sejak aku ketemu sama dia. Dia manis, baik, cantik pokoknya tipe ideal aku banget." Dia mengucapkan itu dengan mata berbinar. Aku rasa dia benar-benar jatuh cinta sama Lavya.

"Terserah lah." Jawabku.

"Yah elah, ayolah bantuin gua. Lo kan jadi gak usah repot jemput-jemput Lavya lagi. Biar gua yang deketin dia sekarang." Ucapnya. Ada rasa tidak ikhlas mengingat aku tidak bisa bareng Lavya lagi. Tapi kalau itu bisa buat Imam senang, aku mengalah.

"Yaudah kalo gitu." Jawabku. Aku berdiri dan beranjak ke kamar. Sempat aku mendengar dia mengucapkan terima kasih.

#flashback off

Aku harus mengalah sama Imam. Bagaimanapun juga dia adalah adikku, dan aku pernah menyakitinya sekali, aku tidak ingin mengulanginya lagi. Sekarang aku hanya perlu menebus dosa dengan membuatnya bahagia.

Walaupun kini aku baru menyadari perasaanku pada Lavya. Tapi perasaan itu harus segera aku kubur.

#flashback on

Aku berangkat sekolah sendirian karena Imam yang menjemput Lavya. Entah kenapa perasaan kehilangan muncul. Ketika sampai kelas, Hari sudah ada di sana. Dia menatapku curiga.

"Kenapa?" Tanyaku seraya meletakkan tas di meja.

"Berantem lagi sama Lavya?" Tanya Hari langsung.

Cold LoveWhere stories live. Discover now