Part 10

8.4K 335 6
                                    

#Flashback

Setelah apa yang aku alami hari ini, Ikham berhasil menghiburku. Bebanku seperti lepas terbawa oleh teriakan yang aku keluarkan. Dia sangat baik padaku. Tapi kebaikannya membuatku bingung. Apa ada yang istimewa dari semua itu.

"Kham.." Panggilku pelan.

"Kenapa?" Tanyanya. Wajahku memerah.

"Kenapa kamu baik banget sama aku?" Tanyaku. Aku memberanikan diri untuk bertanya. Ada harapan terselip dari pertanyaanku. Harapan kalau dia sebenarnya merasakan sesuatu padaku.

"Emang salah kalo aku baik sama kamu?" Tanyanya.

"Bukan salah, aku cuma heran aja. Kamu baik banget bahkan sampai aku ngerepotin kamu." Jawabku.

"Kebaikan itu gak perlu alasan kan?" Tanyanya lagi. Aku terdiam mendengar jawabannya. Bukan itu jawaban yang aku butuhkan.

"Aku gak ada maksud apa-apa. Aku ikhlas nolongin kamu. Anggap aja karena kita sahabatan." Jawabnya.

'Jleb..' Hatiku seperti terhempas jutaan pedang. Mendengar kata sahabat. Apa selama ini dia gak pernah menganggapku lebih? Apakah ini yang dinamakan terjebak... friendzone? Aku yang salah sangka ternyata. Harapanku terlalu tinggi padanya. Aku diam karena aku kecewa gara-gara ekpektasi yang aku bangun sendiri. Bodoh ya?

"Udah yuk, kita pulang. Udah mulai sore nih." Ajaknya. Selama diperjalanan aku diam saja. Pikiranku berkutat dengan kata-katanya tadi. Sahabat... sahabat... sahabat... aku gak lebih dari itu.

Setengah jam kemudian kami sampai di rumahku. Aku menundukan wajahku mencoba menetralisir perasaan kecewa.

"Kamu kenapa vy?" Tanyanya tiba-tiba. Aku gak menjawab, karena aku gak tau harus jawab apa. Penjelasan apa yang harus aku kasih. Gak mungkin aku bilang kecewa karena dia cuma anggap aku sahabat, sedangkan aku ngeliat dia lebih dari itu.

"Lavya.." Panggilnya. Tiba-tiba air mata menetes dipipiku. Eh? Aku nangis? Ternyata perasaan ini lebih besar dari yang aku kira.

"Lavya, kamu kenapa?" Tanyanya dengan nada panik. Aku masih terdiam.

"Lavya, tolong kasih tau aku, kamu kenapa? Jangan bikin khawatir gini." Ucapnya. Aku gak bergeming, hanya air mata yang mengiringi pembicaraan kami. Aku benar-benar gak sanggup menjawab.

Tiba-tiba dia memelukku. Namun, pelukannya justru membuat hatiku semakin sakit. Mengingat aku dan dia gak akan pernah menjadi kita.

"Vya, kamu kenapa?" Tanyanya lagi.

"Kham..." Suara akhirnya keluar juga dari mulutku. Aku menelan ludah karena merasa kerongkonganku mulai kering. Aku mendorong pelan tubuh Ikham.

"Kita gak bisa sahabatan sepertinya." Ucapku dengan nada parau. Aku mengalihkan pandanganku. Sungguh aku gak kuat melihat dia. Air mataku masih saja mengalir.

"Kenapa?" Tanyanya kaget. Aku menundukkan kepala.

"Aku mau kamu jauhin aku. Jangan dekati aku lagi." Ujarku. Emosi dan luapan perasaan ini besar, aku gak bisa mengontrolnya. Mungkin ini jalan satu-satunya agar aku bisa cepat ngelupain dia.

"Aku salah apa?" Tanyanya. Matanya menatap lurus padaku, dan lagi-lagi aku mengalihkan pandanganku.

"Kamu gak salah apa-apa. Aku yang salah." Jawabku. Ya, aku salah karena jatuh cinta padamu. Aku memberanikan diri menatapnya.

"Kenapa sih? Kamu marah sama aku?" Wajahnya menyiratkan kemarahan. Aku terdiam sesaat. Jantungku berpacu cepat dan kakiku mulai lemas.

"Aku..."Aku menggantung kalimatnya. Menarik nafas dalam dan..

Cold LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin